Anda di halaman 1dari 20

Kebijakan Pendapatan Dan Belanja

Daerah Dan Masalah Defisit APBN”

Kelompok 7:
1. Della Selvia Agustina (200231100023)
2. Solviria Pujiastuti (200231100024)
3. Maulana Fajreal A (200231100255)
 
A. Kebijakan pendapatan/ kebijakan fiskal
• Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah konsep pengelolaan ekonomi diperkenalkan
oleh John Maynard Keynes, yang kemudian umum dipakai dunia
sejak peristiwa Depresiasi Besar (Great Depression) terjadi pasca
Perang Dunia I tahun 1929. Menurut Keynes, pemerintah suatu
negara sebenarnya punya hak mengatur pengeluaran dan
pemasukan sebuah negara dengan menetapkan pajak dan membuat
kebijakan demi ekonomi makro negara.
Dari segi definisinya, pengertian kebijakan fiskal adalah kebijakan
yang diambil pemerintah demi menjaga pemasukan dan
pengeluaran negara tetap stabil sehingga perekonomian negara bisa
bertumbuh baik. Lebih spesifik lagi, menurut OJK pengertian
kebijakan fiskal adalah kebijakan tentang perpajakan, penerimaan,
utang piutang, dan belanja pemerintah dengan tujuan ekonomi
tertentu.
Tujuan Kebijakan Fiskal

• Menjaga dan Mengembangkan Perekonomian Negara


Poin pertama tujuan kebijakan fiskal adalah demi menjaga stabilitas sekaligus
mengembangkan kondisi ekonomi negara. Penerapan kebijakan fiskal diharapkan mampu
mempengaruhi seluruh sektor ekonomi negara dan memperbaiki masalah di dalamnya,
mulai dari sektor korporat, perbankan, hingga usaha mikro.
• Meningkatkan Kualitas SDM
Tujuan kebijakan fiskal salah satunya adalah meningkatkan kualitas SDM masyarakat,
terutama dari segi teknologi dan perekonomian. Apabila kualitas SDM meningkat,
harapannya SDM tersebut punya kapabilitas bersaing di dunia kerja nasional dan
internasional, sehingga bisa meningkat kesejahteraan hidupnya.
• Menjaga Stabilitas Harga Barang
Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga barang dalam pasar, mulai dari faktor
positif seperti meningkatnya demand sampai faktor negatif seperti terjadinya
penimbunan dan monopoli. Salah satu tujuan kebijakan fiskal di Indonesia adalah demi
menjaga harga barang tetap terjangkau bagi masyarakat dan terhindar dari fluktuasi
karena pihak tidak bertanggungjawab.
• Mendorong Investasi
Tujuan kebijakan fiskal yang terakhir adalah untuk menciptakan iklim investasi lebih baik
bagi pelaku pasar modal, utamanya investor. Sehingga negara bisa memperoleh lebih
banyak pendapatan dari pajak usaha.
Instrumen Kebijakan Fiskal
• Pajak
Poin pertama instrumen kebijakan fiskal adalah pajak dari seluruh sektor domestik
dan luar negeri. Demi mencapai tujuan kebijakan fiskal, pemerintah dapat
memanipulasi pajak dalam bentuk pengurangan, penambahan, penundaan, sampai
peniadaan.
• Pengeluaran Belanja
Instrumen kebijakan fiskal berikutnya adalah pengeluaran belanja negara, yang juga
bisa dikurangi atau ditambah sesuai kebutuhan. Apabila neraca pembayaran negara
defisit, maka pemerintah bisa mengurangi pengeluaran belanjanya di sektor tertentu,
misalnya penundaan pembayaran THR bagi PNS.
• Obligasi Publik
Instrumen kebijakan fiskal yang ketiga adalah penerbitan obligasi atau surat utang
bagi warga negara. Berbeda dengan utang luar negeri, obligasi publik memiliki coupon
rate atau bonus komisi saat pemerintah mengembalikan pinjamannya ke masyarakat.
• Alokasi Anggaran
Instrumen kebijakan fiskal terakhir adalah alokasi anggaran. Agar tujuan kebijakan
fiskal dalam periode tertentu berhasil, pemerintah punya wewenang memindahkan
alokasi anggaran dari satu sektor ke sektor lainnya. Misalnya di masa pandemi,
pemerintah dapat memprioritaskan anggaran untuk fasilitas kesehatan.
Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia

• Tax Amnesty
Contoh kebijakan fiskal di Indonesia pertama yaitu tax amnesty,
pembebasan pajak berupa pengurangan atau peniadaan dalam
kurun waktu tertentu bagi masyarakat yang mau melaporkan
seluruh kekayaannya.
• Subsidi BBM dan Gas
Contoh kebijakan fiskal yang kedua adalah subsidi BBM dan gas.
Tujuan kebijakan fiskal di bidang bahan bakar ini adalah
memperlancar mobilitas dan transaksi ekonomi masyarakat.
• Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET)
Contoh terakhir kebijakan fiskal adalah penetapan harga jual
maksimum untuk barang tertentu, yang disebut dengan
kebijakan HET. Barang dengan HET umumnya adalah obat-
obatan dan sembako.
Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter

• perbedaan kebijakan fiskal dan moneter yang pertama adalah


dari segi pengambilan keputusan. Kebijakan fiskal adalah
kebijakan yang diputuskan dan dikelola Kementerian
Keuangan, sedangkan wewenang kebijakan moneter
sepenuhnya ada pada Bank Indonesia.
• Selanjutnya, perbedaan kebijakan fiskal dan moneter adalah
dari segi tujuan. Kebijakan moneter bertujuan menjaga jumlah
uang beredar di masyarakat. Sementara itu, tujuan kebijakan
fiskal adalah mengelola dan menjaga kesejahteraan sektor-
sektor pelaku perputaran uang, mulai dari konsumen, pekerja,
sampai pelaku usaha.
B. Belanja negara
DEFINISI
• UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 1
angka 14 : Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

• PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan Belanja adalah semua pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas
dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
KLASIFIKASI BELANJA

1. Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan


a. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Dalam Pasal 15
ayat (5) dan Pasal 20 ayat (5) UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, disebutkan bahwa APBN yang telah disetujui oleh
DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan
dan jenis belanja.
b. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Belanja diklasifikasikan menurut ekonomi (jenis belanja), organisasi
dan fungsi. Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah Pusat meliputi
belanja operasi (belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi,
hibah, bantuan sosial), belanja modal, belanja lain-lain. Klasifikasi
belanja menurut fungsi dibagi menjadi pelayanan umum,
pertahanan, ketertiban dan ketentraman, ekonomi, perlindungan
lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman, kesehatan,
pariwisata dan budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.
2. Menurut fungsi artinya klasifikasi ini digunakan sebagai dasar
untuk penyusunan anggaran berbasis kinerja guna memperoleh
manfaat sebesar-besarnya. Rincian belanja Negara menurut
fungsi1 antara lain terdiri dari pelayanan umum, pertahanan,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup,
perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya,
agama, pendidikan dan perlindungan sosial, disesuaikan dengan
tugas masing-masing Kementerian Negara/Lembaga. Oleh
karena itu program kementerian negara/lembaga harus
diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan rencana kerja pemerintah.
3. Menurut jenis belanja Pasal 11 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003
menyebutkan bahwa belanja negara dalam APBN digunakan untuk
keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan
perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan
daerah :
• Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi baik dalam bentuk uang
maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang diberikan kepada Pejabat Negara, PNS dan pegawai yang
dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan
atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal. Contoh : gaji, tunjangan, honorarium, lembur,
kontribusi sosial dan lain-lain yang berhubungan dengan pegawai.
2. Belanja barang adalah pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk
memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak
dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan
atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja barang ini
terdiri dari belanja pengadaan barang dan jasa, belanja pemeliharaan, dan
belanja perjalanan.
3. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang digunakan
dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset
lainnya yang ditetapkan pemerintah. Suatu belanja dikategorikan
sebagai belanja modal apabila :
• pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset
tetap atau asset lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dan
kapasitas.
• pengeluaran tersebut melebihi minimum kapitalisasi asset tetap
atau asset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
• perolehan asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
• pengeluaran tersebut dilakukan sesudah perolehan asset tetap
atau asset lainnya dengan syarat pengeluaran mengakibatkan
masa manfaat, kapasitas, kualitas dan volume asset yang dimiliki
bertambah serta pengeluaran tersebut memenuhi batasan
minimum nilai kapitalisasi asset tetap/asset lainnya.
4. Pembayaran bunga utang adalah pengeluaran pemerintah
yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang
(principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun luar
negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman.
5. Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan pemerintah
kepada perusahaan Negara, lembaga pemerintah atau pihak
ketiga lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau
mengimpor barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang
banyak agar harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Terdiri
dari Belanja Subsidi Lembaga Keuangan, Belanja Subsidi BBM,
Belanja Subsidi Non BBM-Harga/Biaya, Belanja Subsidi Non
BBM–Bunga Kredit, Belanja Subsidi Non BBM – Pajak, Belanja
Subsidi Non Pajak-Lainnya, dan Belanja Subsidi PSO.
6. Hibah adalah pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam
bentuk uang, barang atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara
spesifik yang telah ditetapkan peruntukannya dan tidak
mengikat serta tidak terus menerus kepada pemerintahan
Negara lain, pemerintah daerah, masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan serta organisasi internasional.
7. Bantuan sosial adalah transfer uang atau barang yang
diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pengeluaran ini bertujuan
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak
terus menerus dan selektif.
8. Belanja lain-lain adalah pengeluaran yang sifat
pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos
pengeluaran diatas. Sifatnya tidak biasa dan tidak berulang
seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan
pengeluaran tidak terduga lainnya
Transfer ke Daerah
• Dana Perimbangan (dana bagi hasil, dana alokasi umum dan
dana alokasi khusus)
• Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
C. Masalah Defisit APBN
• Defisit anggaran negara adalah selisih antara penerimaan
negara dan pengeluarannya yang cenderung negatif, artinya
bahwa pengeluaran negara lebih besar dari penerimaannya.
Para ahli ekonomi cenderung menghitung defisit anggaran
negara itu bukan dari angka absolut, tetapi mengukur dari
rasio defisit anggaran negara terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB).
Sebab-sebab Terjadinya Defisit Anggaran Negara

• Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi


• Rendahnya Daya Beli Beli Masyarakat
• Pemerataan Pendapatan Masyarakat
• Melemahnya Nilai Tukar
• Pengeluaran Akibat Krisis Ekonomi
• Realisasi yang Menyimpang dari Rencana
• Pengeluaran Karena Inflasi
Dampak Defisit Terhadap Ekonomi Makro
• Dampak Terhadap Tingkat Bunga
Defisit anggaran ditandai dengan kurangnya pembiayaan pengeluaran
negara karena kurangnya penerimaannya yang berasal dari pajak. Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan anggaran
pembangunan maupun rutin, negara memerlukan penambahan modal,
yang berarti permintaan terhadap uang meningkat. Bunga, yang
merupakan harga modal itu, akan mengalami tingkat keseimbangan yang
lebih tinggi, atau tingkat bunga akan meningkat.
• Dampak Terhadap Neraca Pembayaran
Dalam ekonomi terbuka, defisit anggaran dapat mempengaruhi posisi
ekspor dan impor dari dan ke manca negara. Dengan meningkatnya
tingkat bunga, investasi dalam negeri akan menurun, yang berarti
peluang modal asing cenderung masuk mengalir ke dalam negeri untuk
memenuhi kebutuhan investasi dalam negeri. Apabila ini terjadi, maka
defisit anggaran mempunyai dua dampak yang berkaitan, yaitu : pertama,
defisit anggaran akan meningkatkan defisit neraca pembayaran; kedua,
dengan membengkaknya defisit neraca pembayaran
• Dampak Terhadap Tingkat Inflasi
Pengeluaran negara yang melebihi penerimaannya berarti
anggaran negara itu ekspansif, artinya ada kecenderungan
terhadap kenaikan harga-harga umum (inflasi). Mengapa, karena
pengeluaran negara yang digunakan untuk pembangunan
proyek-proyek dengan biaya besar dan berjangka lama, selama
dalam pembangunan belum dapat menghasilkan dalam waktu
yang cepat, tetapi sebaliknya, negara telah melakukan
pengeluaranpengeluaran, antara lain untuk upah buruh yang
berakibat meningkatnya daya beli masyarakat.
• Dampak Terhadap Konsumsi dan Tabungan
Inflasi yang diakibatkan karena defisit anggaran negara itu akan
mengurangi pendapatan riil masyarakat. Pengurangan pada
pendapatan riil masyarakat itu akan berakibat pada
pengurangan baik konsumsi maupun tabungan
• Dampak Terhadap Penggangguran
Pengganguran berarti penurunan tingkat kesempatan kerja. Kesempatan
kerja tergantung pada besarnya investasi yang dilakukan baik oleh negara
maupun masyarakat. Naiknya tingkat bunga akibat dari anggaran negara
yang defisit itu, akan berdampak menurunnya gairah untuk investasi, yang
berarti banyak proyek-proyek maupun perluasan proyek yang sudah ada
tidak dapat dibangun, sehingga berakibat pada pemecatan tenaga kerja
atau kurangnya tenaga kerja baru yang masuk dalam lapangan kerja.
Dengan demikian defisit anggaran ini juga secara langsung berakibat pada
kenaikan peningkatan tingkat penggangguran.
• Dampak Terhadap Tingkat pertumbuhan
Pertumbuhan yang meningkat adalah akibat dari meningkatnya investasi,
baik dari negara maupun masyarakat. Peningkatan investasi itu bisa terjadi,
kecuali disebabkan oleh situasi keamanan yang kondusif, juga tingkat bunga
yang rendah. Tetapi apabila perubahan variabel-variabel tersebut
berlawanan dengan yang disebutkan diatas, terutama tingkat bunga yang
tinggi akibat defisit anggaran, maka tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak
akan tercapai atau dapat dikatakan defisit anggaran itu juga mengakibatkan
pada penurunan tingkat pertumbuhan
Membiayai Defisit Anggaran

Sisi penerimaan
• Meminjam dari perbankan dalam negeri
• Meminjam dari non perbankan dalam negeri atau masyarakat
dengan cara menerbitkan obligasi.
• Meminjam dari luar negeri
• Meningkatkan penerimaan pajak
• Mencetak uang
Sisi pengeluaran
• Mengurangi subsidi
• Penghematan pada setiap pengeluaran baik pengeluaran rutin
maupun pembangunan.
• Menyeleksi sebagian pengeluaran-pengeluaran pembangunan
• Mengurangi pengeluaran program-program yang tidak produktif
dan tidak efisien

Anda mungkin juga menyukai