Cara:
Masukkan swab sekurangnya 1 cm ke dalam
lobang hidung atau bila ada lesi ambil di
pinggir lesi
Putar swab dan diamkan 10 -15’
Tusukkan ke medium transpor
SPUTUM
Bukan saliva !!!
Mukolitik dan inhalasi sebelumnya
Bangun tidur – berkumur – batuk dalam
Wadah steril
… saluran napas bawah
Lain :
Bronchial washing
Bronchial brushing
Bronchoalveolar lavage
Transtracheal aspiration
Tracheal aspiration
Sputum (dahak) adalah bahan yang
dikeluarkan dari paru dan trakea melalui
mulut Biasanya juga disebut dengan
ecpectoratorian (Dorland, 1992).
Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga
terdapat penyakit paru-paru.
Membran mukosa saluran pernafasan
berespons terhadap inflamasi dengan
meningkatkan keluaran sekresi yang sering
mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit.
Warna. kejernihan
Epitel
Kuman (bakteri)
Bentuk
Gram negatif/positip
BTA
Jamur
Lekosit
PMN
MN
1) Pewarna gram :
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat
memberikan informasi tentang jenis mikroorganisme
untuk menegakkan diagnosis presumatif.
2) Kultur Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme spesifik guna menegakkan
diagnosis definitif.
3) Tes Sensitivitas :
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman
terapi antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik
yang mencegah pertumbuhan organisme yang
terdapat dalam sputum.
4) Basil tahan asam (BTA) :
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan
adanya Mycobacterium tuberculosa, yang setelah
dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami
perubahan warna oleh alkohol asam
5) Sitologi :
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk
mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma)
pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan
sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga
mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel
malignan menunjukkan adanya karsinoma,
namun tidak terdapatnya sel ini bukan berarti
tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat
tidak meruntuhkan sel.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada
pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat
sputum bagian dalam lebih besar, atau juga bisa
diambil sputum sewaktu.
Waktu yang diperlukan untuk pengambilan
sputum adalah 3 kali pengambilan sputum dalam
2 kali kunjungan, yaitu Sputum sewaktu (S),
yaitu ketika penderita pertama kali datang;
Sputum pagi (P), keesokan harinya ketika
penderita datang lagi dengan membawa sputum
pagi ( sputum pertama setelah bangun tidur),
Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di
laboratorium, penderita diminta mengeluarkan
sputumnya lagi.
Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh
menyikat gigi. Agar sputum mudah dikeluarkan,
dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak
pada malam sebelum pengambilan sputum.
Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh
untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien
harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum
diambil dari batukkan pertama (first cough).
Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas
dalam dan kuat (dengan pernafasan dada)
batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut
wadah penampung.
Wadah penampung berupa pot steril bermulut
besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).
a. Aspirasi transtracheal (transtracheal
aspirasi atau cuci transtracheal).
b. Bronchial lavage (Bronchoalveolar lavage)
c. Lung biopsy
1) Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan
tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran
hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
2) Sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg.
Abses paru)
3) Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → tanda
bronkhitis/ bronkhiektasis
4) Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
5) Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini
dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh
PMN dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan
pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum
dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
6) Sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
7) Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis
kronik.
8) Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
1. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak menunjukkan hasil BTA positif
b) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak
menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologik menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif
c) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak
menunjukkan BTA positif dan biakan positif
2. Tuberkulosis paru BTA (-)
a) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan
BTA negatif, meskipun gambaran klinik dan
kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis
aktif
b) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali
menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
tuberculosis positif
TRANSUDAT : Merupakan cairan patologis yang
berasal dari proses tanpa peradangan (non
inflamasi)
EKSUDAT : Merupakan cairan patologis yang
berasal dari proses radang (inflamasi/infeksi)
Tempat penimbunan : rongga-rongga tubuh
( peritonium, pleura, perikardium, syinovial, dll)
Terbentuk : adanya gangguan keseimbangan
antara tekanan darah kapiler
(tek.hidrostatik kapiler yang mendorong
cairan keluar dan tek.osmotik protein
plasma yang mempertahankan cairan
intravaskuler)
Patofisiologi :
- Tek.hidrostatik kapiler
- Tek.osmotik plasma(hipoalbuminemia)
- Vasodilatasi
- kerusakan endotel.
TRANSUDAT terdapat pada keadaan :
1. tekanan osmotik plasma :
- Sindroma Nefrotik.
- Cirrhosis Hepatis.
2. retensi Na dan air
- Pemakaian Na dan air berlebihan
- ekskresi Na dan air ( gagal ginjal)
3. tek.kapiler/vena :
- Kegagalan jantung (dekomp.kordis)
- Bendungan vena
- Perikarditis
4. Obstruksi limfe :
- Hidrotoraks
- limfedema
Terdapat pada keadaan :
1. Infeksi :
- bakteri, virus, parasit, jamur,dll
2. Trauma :
- Hematoma, hemathrosis,
hemopericardium
- Luka bakar
3. Keganasan atau metastase
4. Radang steril
Pengumpulan spesimen :
- Cara pungsi / pembedahan
- Cairan purulent : 4 – 5 ml
- Cairan jernih : 200 – 300 ml
- Penampung harus steril
- Antikoagulan : heparin, Na sitrat 20%, oksalat.
1.Jumlah cairan : menentukan luasnya
kelainan
2.Warna : kausa dan beratnya radang
3.Kejernihan
4.Bau : anaerob/E.coli bau busuk (eksudat)
5.Berat Jenis
6.Bekuan o.k adanya fifbinogen eksudat
1. Kadar protein kualitatif (Rivalta)
Rivalta
Prinsip : Penambahan asam asetat glasial pada cairan akan
menimbulkan terjadinyapenggumpalan protein, yang terlihat
sebagai kekeruhan.
Cara :
-Tabung silinder 100 ml masukkan 100 ml akuades
-Masukkan 1(satu) tetes asam acetat glasial dan campurkan
-Teteskan cairan yang diperiksa sebanyak 1 tetes (1 cm dari
permukaan)
-Amati kekeruhan
Interpretasi :
-negatif = tdk ada kekeruhan transudat
-positip = terbentuk kekeruhan/awan putih kebiruan
eksudat
2. Pemeriksaan protein kuantitatif
Berdasarkan berat jenis : Rumus
(BJ-1,007) x 346 = g/dl
3. Zat lemak :
Ciran berwarna putih seperti susu apakah
oleh karena chylus atau zat lan.
Cara :
-cairan putih + NaOH 0,1N + ether bila
menjadi jernih berarti putih tersebut
disebabkan chylus, jika tdk jernih, putihnya
disebabkan lechitin.
1.Menghitung jumlah leukosit :
Prinsip = jumlah leukosit tetapi tdk
menggunakan lar.Turk o.k Turk dapat
meyebabkan tjd bekuan dlm cairan. Bahan
pengencer NaCl 0,9 %.
Transudat < 500 sel/ul, semakin tinggi jumlah sel
menunjukkan eksudat.
2. Mengghitung jenis sel
Membedakan sel Limfosit (MN) dengan Neutrofil
segmen (PMN)
TRANSUDAT EKSUDAT
Kuning muda, encer, jernih, kadang ikterik Keruh(seropurulent, purulen, hemoragik,
(bilirubin) chylus), kental
B.J : < 1,018 B.J : > 1,018
Tidak berbau Kadang berbau busuk
Jml.sel leukosit sedikit (<1000/mm3) dan Jml.sel banyak (>1000/mm3), infeksi akut :
dominasi sel Mononuklear (limfosit) dominasi PMN, kronis: limfosit