Anda di halaman 1dari 13

ETIKA DALAM

PERPAJAKAN
Nama Kelompok 10
1. NI KADEK SRI ARIANI (1802622010566/16)

2. NI KADEK SUKERNI (1802622010567/17)

3. NI LUH GDE YUNI LESTARI DEWI (1802622010574/24)

4. NI PUTU SUARNI ASIH (1802622010579/29)


Pokok pembahasan
01 02
Etika Akuntan Pengambilan
Dalam Perpajakan Keputusan Etis Dari
Laporan Perpajakan

03 04
Kompleksitas Artikel Penelitian Terkait
peraturan Dengan Pengambilan
perpajakan Keputusan Etis Dalam
Perpajakan
Etika Akuntan Dalam Perpajakan
Statements on Standards for Tax Services merupakan
pertimbangan etika umum yang mendasari standar
yang dibuat oleh Tax Executive Committee of the
AICPA yang interpretasinya menggantikan SRTP
dan interpretasinya sejak 1 Oktober 2000. Yang
menarik adalah pada kalimat pembukaannya:
“Standar praktek adalah lingkup dari penyebutan diri
sebagai seorang profesional. Anggota harus
memenuhi tanggungjawabnya sebagai profesional
dengan mendukung dan mempertahankan standar
yang dengan itu kinerja profesionalnya bisa diukur”.
Ada 8 (delapan) standar yang ditunjukkan dalam Statements on Standards for Tax Services
(SSTS), yaitu:
 
a) Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan sebuah posisi kecuali adakemungkinan
realistik untuk kebaikan yang berkelanjutan
b) Seorang akuntan pajak tidak boleh membuat atau menandatangani return jika ini
berada dalam posisi yang tidak boleh disarankan menurut poin 1.
c) Seorang akuntan pajak dapat menyarankan sebuah posisi yang menurutnya
tidak ceroboh selama ini bisa diungkapkan.
d) Seorang akuntan pajak berkewajiban untuk menasehati klien tentang potensihukuman di
beberapa posisi, dan menyarankan disklosur.
e) Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan sebuah posisi yang “mengeksploitasi”
proses seleksi audit IRS atau;
 f) Dilarang bertindak sekadar dalam posisi “membantah”.
 g) Seorang Akuntan Pajak memiliki “pengetahuan tentang kesalahan administratif”
h) Seorang akuntan harus mengetahui bentuk dan isi advis
Pengambilan Keputusan Etis Dari Laporan Perpajakan
Perilaku etis dalam masyarakat dianggap penting untuk menjaga ketertiban
masyarakat. Selain itu juga dapat menjadi perekat yang dipegang oleh semua
anggota masyarakat. Keputusan etis (ethical decision) adalah sebuah
keputusan yang baik secara moral maupun legal dapat diterima oleh masyarakat
luas (Jones, 1991 dalam Novius dan Sabeni, 2008). Lebih lanjut Jones (1991)
dalam Novius dan Sabeni (2008) menyatakan ada 3 unsur utama dalam
pembuatan keputusan etis, yaitu pertama, moral issue, menyatakan seberapa jauh
ketika seseorang melakukan tindakan, jika dia secara bebas melakukan itu, maka
akan mengakibatkan kerugian (harm) atau keuntungan (benefit) bagi orang lain.
Kedua adalah moral agent, yaitu seseorang yang membuat keputusan moral
(moral decision) dan yang ketiga adalah keputusan etis (ethical decision) itu
sendiri, yaitu sebuah keputusan yang secara legal dan moral dapat diterima oleh
masyarakat luas.
Etika profesi merupakan hal yang harus ditaati, dipahami dan diamalkan
oleh setiap profesi termasuk profesi konsultan pajak. Etika profesi
konsultan pajak sudah tertulis dalam kode etik yang dibentuk oleh IKPI.
Seorang konsultan pajak harus tunduk pada kode etiknya. Oleh
karena itu, etika profesi disusun berdasarkan standar moral
universal, sehingga dapat membuka jalan / membuka kesadaran diri
untuk mengambil keputusan etis seperti yang diungkapkan oleh
Schwartz (2001) dalam Ludigdo (2007). Konsultan pajak diharuskan
untuk memahami dan mengamalkan kode etiknya sehingga dapat
mengambil keputusan yang etis. Penelitian lain mengenai pengaruh etika
profesi terhadap pengambilan keputusan etis dilakukan oleh Barnett
dan Valentine (2004), yang menyatakan bahwa apabila persepsi
individu mengenai etika lebih tinggi, maka individu tersebut akan
mengambil keputusan yang etis
Kompleksitas peraturan perpajakan
Pajak secara klasik memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi budgetair.
Kedua, fungsi reguleren. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal
23 ayat 2, disebutkan bahwa “segala pajak untuk keperluan negara
berdasarkan undang-undang.” Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa pajak memiliki fungsi yang luas antara lain sebagai sumber
pendapatan negara yang utama, pengatur kegiatan ekonomi, pemerataan
pendapatan masyarakat, dan sebagai sarana stabilisasi ekonomi. Kalau
kita lihat APBN, pajak selalu dituntut untuk bertambah dan bertambah.
Kompleksitas peraturan perpajakan
Berikut ini beberapa kasus yang mencerminkan
kompleksitas aturan perpajakan vs tuntutan klien :
1. Pajak Ganda pada Dividen
2. Sengketa Pajak
3. Tarif Pajak Yang Tinggi
Artikel Penelitian Terkait Dengan Pengambilan Keputusan Etis Dalam
Perpajakan

Judul : Faktor Dalam Pengambilan Keputusan Etis Oleh Konsultan 


Pajak Individual dan Situasional
Penyusun : Ni Made Ayu Dwi Lentari Dewi dan Kadek Trisna Dwiyanti
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh etika
profesi, machiavellianisme, dan preferensi risiko terhadap pengambilan
keputusan etis oleh konsultan pajak. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Persepsi Etika Profesi, Machiavellianisme dan Preferensi Risiko,
sedangkan Pengambilan Keputusan Etis sebagai variabel terikat. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data melalui
kuesioner. Sampel yang digunakan adalah 100 konsultan pajak yang terdaftar di
IKPI Cabang Bali. Analisis data menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persepsi Etika Profesi,
Machiavellianisme, dan Preferensi Risiko secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan Keputusan Etis.
Persepsi Etika Profesi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pengambilan Keputusan Etis. Machiavellianisme secara parsial
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pengambilan Keputusan
Etis. Sedangkan Preferensi Risiko secara parsial berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Pengambilan Keputusan Etis. Hasil
pengujian koefisien determinasi menunjukkan bahwa Persepsi Etika
Profesi, Machiavellianisme, dan Preferensi Risiko secara bersama-sama
berpengaruh sebesar 73,9% terhadap Pengambilan Keputusan Etis
Konsultan Pajak.
Hasil Penelitian :
 
a) Persepsi Etika Profesi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Pengambilan Keputusan Etis oleh Konsultan Pajak. Yang berarti jika seorang konsultan
pajak tunduk terhadap kode etiknya, maka akan cenderung mengambil keputusan yang
etis.
b) Machiavellianism memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Pengambilan
Keputusan Etis oleh Konsultan Pajak. Yang berarti, didalam penelitian tersebut semakin
tinggi kecenderungan sifat machiavellian seseorang maka semakin tinggi juga
kemungkinan berperilaku dan mengambil keputusan yang tidak etis.
c) Preferensi Risiko memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Pengambilan
keputusan Etis oleh Konsultan Pajak. Tingkat kecenderungan preferensi risiko pada
konsultan pajak dapat mempengaruhi pengambilan keputusan etis. Seorang konsultan pajak
yang berani mengambil risiko tinggi harus siap mendapatkan kemungkinan sanksi yang
akan diperoleh dari penyimpangan yang dilakukan.
Apakah ada
pertanyaan.?

Anda mungkin juga menyukai