20500119046 Analisis Kritis Jurnal Tanaman sagu (Metroxylon spp,) adalah Salah satu tanaman penghasil karbohidrat Berpotensi karena penghasil karbohidrat tertinggi Satuan luas dibandingkan dengan tanaman Karbohidrat lainnya. Sagu adalah makanan pokok yang cukup Disambut oleh beberapa orang yang tinggal Semenanjung Kendari adalah wilayah daratan Sulawesi Tenggara. Masalah utamanya adalah pohon sagu belum Budidaya, sulit untuk diproses Perencanaan produksi dan pemrosesan produk. Di tempat lain Semua pihak berusaha untuk memperkenalkan teknologi Budidaya sagu akan menghadapi masalah karena Orang biasanya tidak tahu atau tahu Dulu menggunakan teknik budidaya sagu. Berdasarkan potensi, nilai ekonomi dan Manfaat sagu sebagaimana tersebut di atas, perlu dikaji lebih lanjut: (1) Jenis tanaman sagu di daerah pesisir dan daerah rawa; (2) Hasil panen masing-masing jenis sagu di kedua ekosistem pertanian tersebut, dan (3) pendapatan dari pengolahan sagu Jenis sagu yang terdapat di lokasi penelitian baik pada daerah pesisir maupun daerah rawa adalah Molat/Roe (Metroxylon sagu Rottbol), Tuni/Runggamanu (Metroxylon rumphii Martius) dan Rotan/Rui (Metroxylon micracanthum Martius). Umur sagu pada saat panen sama pada kedua agroekosistem tersebut yaitu antara 9-12 tahun, umur panen dipengaruhi oleh jenis tanaman sagu. Berat batang produktif, berat tepung sagu dan persentase (kadar) tepung jenis tanaman sagu Tuni/Runggamanu lebih rendah dibandingkan dengan jenis sagu Molat/Roe baik pada daerah pasang surut maupun pada daerah rawa. dari pengolahan sagu sebesar Rp. 912.500,- per pohon sagu. Komponen Analisis Kritis Jurnal Judul : Karakteristik Produksi dan Pendapatan Pengolah Sagu (Metroxylon spp.) pada Agroekologi Tanaman Sagu yang Berbeda di Kota Kendari Identitas jurnal : Jurnal: Robiatul Adawiyah dan Muhammad Arief Dirgantoro, 2019, Karakteristik Produksi dan Pendapatan Pengolah Sagu (Metroxylon spp.) pada Agroekologi Tanaman Sagu yang Berbeda di Kota Kendari, Jurnal Berkala Penelitian Agronomi, Kendari. Tujuan penulis jurnal : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) jenis-jenis tanaman sagu di daerah pesisir pantai dan daerah rawa; (2) Produksi masing-masing jenis sagu pada kedua agroekosistem tersebut, dan (3) Pendapatan dari pengolahan sagu. Fakta unik : Indonesie menduduki posisi pertama (55%) pemghasil sagu dunia. Bobot produksi sagu tuni/runggamanu saat dipanen berumur 9 tahun di daerah pasang surut lebih rendah dibandingkan di daerah rawa, tetapi jika dipanen dalam 10 tahun, rata-rata berat produksi batang sagu di daerah pasang surut lebih tinggi daripada di rawa daerah. Satu kali pengolahan sagu terdiri atas 4 batang dan dikerjakan selama 4 hari. Tanah mineral di rawa-rawa air tawar dengan kandungan tanah liat >70% dan bahan organik 30% baik untuk pertumbuhan sagu. sagu Molat/Roe yang paling lebih diminati dan lebih dikembangkan oleh masyarakat setempat. Latar Belakang Tanaman sagu (Metroxylon spp,) adalah Salah satu tanaman penghasil karbohidrat Berpotensi karena penghasil karbohidrat tertinggi Satuan luas dibandingkan dengan tanaman Karbohidrat lainnya. Sagu adalah makanan pokok yang cukup Disambut oleh beberapa orang yang tinggal Semenanjung Kendari adalah wilayah daratan Sulawesi Tenggara. Masalah utamanya adalah pohon sagu belum Budidaya, sulit untuk diproses Perencanaan produksi dan pemrosesan produk. Di tempat lain Semua pihak berusaha untuk memperkenalkan teknologi Budidaya sagu akan menghadapi masalah karena Orang biasanya tidak tahu atau tahu Dulu menggunakan teknik budidaya sagu. Berdasarkan potensi, nilai ekonomi dan Manfaat sagu sebagaimana tersebut di atas, perlu dikaji lebih lanjut: (1) Jenis tanaman sagu di daerah pesisir dan daerah rawa; (2) Hasil panen masing-masing jenis sagu di kedua ekosistem pertanian tersebut, dan (3) pendapatan dari pengolahan sagu Penelitian ini dilakukan melalui metode deskriptif dan teknik pengambilan sampel selektif Pengambilan sampel setelah peninjauan situs penelitian dan situs memenuhi standar yang ditetapkan Sudah ditentukan sebelumnya. Terdapat tiga (3) jenis sagu yang dominan baik pada daerah pasang surut dekat laut maupun daerah rawa yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut yaitu: sagu Molat/Roe (Metroxylonsagus Rottbol), sagu Tuni/Runggamanu (Metroxylonrumphii Martius), dan sagu Rotan/rui (Metoxylon microcanthum Martius). Dari ketiga jenis tanaman sagu yang dominan, jenis sagu Molat/Roe yang paling banyak dibanding jenis sagu lainya karena jenis sagu tersebut lebih diminati dan lebih dikembangkan oleh masyarakat setempat. Komponen Analisis Kritis Jurnal Kesimpulan jurnal : Jenis sagu yang terdapat di lokasi penelitian baik pada daerah pesisir maupun daerah rawa adalah Molat/Roe (Metroxylon sagu Rottbol), Tuni/Runggamanu (Metroxylon rumphii Martius) dan Rotan/Rui (Metroxylon micracanthum Martius). Umur sagu pada saat panen sama pada kedua agroekosistem tersebut yaitu antara 9-12 tahun, umur panen dipengaruhi oleh jenis tanaman sagu. Berat batang produktif, berat tepung sagu dan persentase (kadar) tepung jenis tanaman sagu Tuni/Runggamanu lebih rendah dibandingkan dengan jenis sagu Molat/Roe baik pada daerah pasang surut maupun pada daerah rawa. dari pengolahan sagu sebesar Rp. 912.500,- per pohon sagu. Pertanyaan yang muncul dari reviewer: Mengapa pada sagu Molat/Roe (Metroxylonsagus Rottbol) tidak memiliki duri? Apa faktor yang mempengaruhi sehingga beberapa jenis sagu memiliki kandungan yang berbeda? Refleksi : Ternyata masih ada tiga (3) jenis sagu yg lebih banyak didominasi baik padawilayah pasang surut dekat laut juga wilayah rawayg tidak ditentukan oleh pasang surut air lautyaitu: sagu Molat/Roe (Metroxylonsagus Rottbol),sagu Tuni/Runggamanu (MetroxylonrumphiiMartius), & sagu Rotan/rui (Metoxylonmicrocanthum Martius). sagu Tuni/Runggamanu (Metroxylonrumphii Martius), dan sagu Rotan/rui (Metoxylon microcanthum Martius) pada tangkai dan daunnyamemiliki duri, sedangkan pada sagu Molat/Roe (Metroxylon sagus Rottbol) tidak memiliki duri sama sekali. Analisis Kritis Jurnal Maksimal 3-4 halaman Catatan: Jenis huruf Candara dengan spasi 1,5 kertas A4 dengan margin 3333 File yang dikirim di Lentera ada dua yakni File dalam bentuk word dan power point. Sertakan link jurnal yang dianalisis pada file power point.