BAB 3 • Sebagai muslim kita telah bersaksi bahwa “ Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Tuhan kita satu yaitu Allah, tidak beranak & tidak diperanakkan. Tuhan kita bukan Yahweh, Yesus, Syiwa, Genderuwo atau tuyul • Dalam Qs. ali ‘imran ayat 19 & 85, an-Nahl ayat 36 bisa di ambil intisari bahwa “ Allah hanya menurunkan satu agama untuk seluruh nabi-Nya, yakni agama yang mengajarkan tauhid “. Jika satu agama tidak mengajarkan Tauhid, berarti agama tersebut bukan agama yang diturunkan Allah untuk para nabi-Nya, melainkan agama budaya ( cultural religion ) • Dikisahkan bahwa ada sebuah film dengan judul tanda tanya ( ? ). Pada film tersebut diceritakan ada seorang murtad dengan inisial R, ia berdalih bahwa agama-agama ibarat jalan setapak yang berbeda-beda tetapi menuju tujuan yang sama, yaitu Tuhan. Pada awalnya, R mendapat penolakan dari keluarganya ketika menjadi seorang murtad. Namun, pada akhir film tersebut diceritakan R telah diterima sebagai seorang murtad, bahkan ada yang memuji karena ia telah mengambil langkah besar dalam hidupnya. • Padahal, dalam pandangan islam, murtad adalah kesalahan besar, karena telah melepaskan hal yang paling berharga dalam hidup manusia, yaitu IMAN. Dalam Qs. An-Nur ayat 39 disebutkan : ketika seseorang menjadi seorang murtad, maka amal perbuatannya tidak bernilai sama sekali di hadapan Allah SWT, laksana fatamorgana. • Nabi Ibrahim sendiri tidak berfikir untuk menyatakan, bahwa semua agama menyembah Tuhan yang sama, dan punya tujuan yang sama. Tapi, Nabi Ibrahim berdiri kokoh pada prisip tauhid dan mengajak kaumnya untuk meninggalkan tradisi syirik. Ketika seseorang berfikir bahwa “ semua agama adalah sama, sama-sama menyembah Tuhan yang sama, hanya caranya yang berbeda “. Maka cara berfikir inilah yang disebut sebagai paham Pluralisme. • Jika direnungkan secara serius, penganut paham pluralisme ini bisa dikatakan mendekati ateisme. ketika orang menyatakan bahwa semua agama itu benar, sejatinya bersemayam juga satu ide dalam dirinya bahwa semua agama itu salah. Sebab, bagi kaum pluralisme, Tuhan dipersepsikan sebagai Tuhan yang abstrak, boleh diberi nama apa saja, diberi sifat apa saja dan cara menyembahnya pun boleh sesuka kita. Padahal, sebagai seorang muslim kita telah bersyahadat “ Tiada Tuhan selain Allah “. • Ulama terkenal sekaligus salah satu Pahlawan Nasional di Indonesia yang bernama Buya Hamka menyatakan : Tauhid dan syirik itu tidak bisa dipertemukan. Ketika Tauhid dan syirik didamaikan, maka akan menjadi kemenangan syirik. ketika yang haq hendak dipersatukan dengan yang batil, maka akan menjadi kemenangan yang batil. • Pada era sekarang, kita sudah masuk pasar bebas informasi, termasuk kampanye paham Pluralisme. Katanya, demi kerukunan, demi toleransi , dan demi perdamaian. Padahal, toleransi harusnya dijalankan tanpa merombak nilai teologis pada masing-masing agama. Makna toleransi yang sebenarnya adalah saling menghormati dalam perbedaan. • Sejak awal, Islam mengakui dan menghargai perbedaan , tanpa harus kehilangan keyakinan. Dikisahkan bahwa Nabi Muhammad ketika di utus untuk menyebarkan agama islam tidak pernah menyatakan bahwa “ semua agama sama-sama jalan yang sah menuju Tuhan”. • Bahkan, dalam Qs. Surah al-Kafirun disebutkan yang artinya : katakan, “ Hai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah! Dan tidak pula kamu menyembah apa yang aku sembah! Dan aku bukanlah penyembah sebagaimana kamu menyembah! Dan kamu bukanlah pula penyembah sebagaimana aku menyembah!”. • Kaum pluralisme biasanya mengambil dalil surah al- Baqoroh ayat 62 dan al-Ma’idah ayat 69 untuk menyatakan bahwa semua pemeluk agama apapun, asalkan beriman kepada Allah, percaya kepada Hari Akhir, dan beramal sholeh pasti akan akan selamat. Padahal, yang dimaksud beriman kepada Allah dalam kedua ayat tersebut adalah iman yang sesuai dengan konsep iman islam, bukan konsep iman kaum musyrik arab, kaum kristen, atau agama-agama lain. • Kesalahan fatal dari kaum pluralisme tentang konsep ketuhanan adalah mereka menolak konsep kenabian dalam Islam. Mereka bersikap “sok netral agama” sehingga posisinya memang berdiri di luar semua agama yang ada. Oleh karena itu, jika seorang muslim konsisten dengan Syahadatnya, tentu ia akan menolak paham pluralisme ini.