Bab 9. PPM Amdal
Bab 9. PPM Amdal
DAN MANFAAT
AMDAL
PERTEMUAN IX
PENDAHULUAN
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) mulai
berlaku di Republik Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986.
Terbitnya UU No. 23 Tahun 1997 pengganti UU No.4 Tahun 1982
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka PP No. 29 Tahun 1986
ini tidak memadai lagi, kemudian diganti dengan PP No. 51 Tahun
1993, dan disempurnakan lagi dengan PP No. 27 Tahun 1999 tentang
AMDAL dengan harapan pengelolaan lingkungan hidup dapat lebih
optimal.
Satu hal penting yang diatur dalam PP No. 27 Tahun 1999 adalah
pelimpahan hampir semua kewenangan penilaian AMDAL ke pada
daerah.
Adapun UU dan PP ini kemudian ditindaklanjuti dengan peraturan
peraturan yang terkait, antara lain:
1. KepmenLH No. 2 Tahun 2000, tentang panduan Penilaian
Dokumen AMDAL.
2. KepmenLH No. 17 Tahun 2001, tentang Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib dilengkapi AMDAL.
3. Keputusan Kepala Bapedal No. 8 Tahun 2000, tentang keterlibatan
masyarakat dan keterbukaan informasi dalam Proses AMDAL.
4. Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2001, tentang pedoman
penyusun an AMDAL
DASAR HUKUM
Dasar hukum pelaksanaan AMDAL adalah :
UU No. 32 Tahun 2009 sebagai pengganti UU No. 23 Tahun 1997,
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin agar suatu usaha
dan/atau kegiatan pembangunan dapat beroperasi secara berkelanjutan
tanpa merusak dan mengorbankan lingkungan atau dengan kata lain usaha
atau kegiatan tersebut layak dari aspek lingkungan hidup
Melalui pengkajian AMDAL , kelayakan lingkungan sebuah rencana usaha
dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan mampu secara optimal
meminimalkan kemungkinan dampak lingkungan hidup yang negatif, serta
dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efesien.
Tercapainya sasaran tersebut, maka dalam penilaian suatu program/ proyek
atau usaha dan/atau kegiatan, perlu dilakukan :
studi kelayakan lingkungan,
studi kelayakan teknis, dan
studi kelayakan ekonomis
Ketiga studi kelayakan tersebut akan dapat memberikan masukan
untuk mendapatkan keadaan yang optimum bagi proyek tersebut,
terutama dampak lingkungan dapat dikendalikan melalui pendekatan
teknis, atau dapat disebut sebagai penekanan dampak negatif dengan
engineering approach,
Bila pendekatan ini yang digunakan, biasanya akan dapat
menghasilkan biaya pengelolaan dampak yang relatif murah atau
rendah (Gambar 1).
Kenyataan yang biasanya terjadi ialah bahwa hasil studi kelayakan
lingkungan (ANDAL) tidak dapat mempengaruhi atau meng- hasilkan
penyesuaian di dalam studi kelayakan teknis maupun ekonomis.
Keadaan ini dapat dikatakan usaha pengendalian dampaknya disebut
sebagai pendekatan limbah (waste approach) dan biasanya tidak
mudah dan mahal(Gambar 2)
Studi kelayakan teknis
Studi kelayakan
ekonomis
KERANGKA
ACUAN AMDAL
PENILAIAN
KA-ANDAL
KEPUTUSAN
KA-ANDAL
DASAR BAGI
PENYUSUNAN
PENYUSUNAN
ANDAL, RKL, RPL
STUDI AMDAL
PENILAIAN ANDAL,
RKL, RPL
KEPUTUSAN
ANDAL, RKL, RPL TIDAK LAYAK
LINGKUNGAN
DASAR
LAYAK PEMBERIAN IZIN
LINGKUNGAN USAHA
Pengumuman rencana
PENGUMUMAN usaha dan/ atau
PERSIAPAN
kegiatan
PENYUSUNAN
AMDAL
SARAN, PENDAPAT
DAN TANGGAPAN
PENYUSUNAN KA-
KONSULTASI
ANDAL
PENILAIAN KA-ANDAL
SARAN, PENDAPAT OLEH KOMISI
DAN TANGGAPAN ( maks. 75 hari)
PENYUSUNAN
ANDAL, RKL, RPL
PENILAIAN KA-ANDAL,
SARAN, PENDAPAT RKL, RPL OLEH KOMISI
DAN TANGGAPAN
( maks. 75 hari)
BIOTA AIR
VEGETASI KSEHATAN
PERTANIAN HIDROLOGI MASYARAKAT
PERKEBUNAN’ UDARA EKONOMI
SATWA LANGKA TANAH SOSIAL
TUMBUHAN LAIN-LAIN BUDAYA
LANGKA LAIN-LAIN
DLL
Gambar 5.
Contoh struktur organisasi Tim Penyusun AMDAL
SELESAI
BAB
PENGERTIAN,
PROSES DAN MANFAAT
AMDAL