Anda di halaman 1dari 17

BEA MATERAI

Lusiana Putri Ahmadi, S.E., M.Ak


BEA MATERAI
Dasar Hukum:
UU No. 13 Tahun 1985 Disebut Juga UU Bea Materai
Berlaku:
Tanggal 1 Januari 1986
Aturan Pelaksanaan:
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1995, diubah
PP No. 24 Tahun 2000
Tentang:
Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya Batas
Pengenaan Harga Nominal yg dikenakan Bea Materai
Prinsip umum pemungutan atau pengenaan
bea materai

• Bea materai dikenakan atas dokumen


(merupakan pajak atas dokumen).
• Satu dokumen hanya terutang satu Bea
Materai
• Rangkap/tindasan (yg ikut ditandatangani)
terutang Bea Materai sama dengan
aslinya.
Pengertian:
• Bea Materai adalah pajak atas dokumen
• Dokumen adalah kertas yg berisikan tulisan yang mengandung arti
dan maksud tentang pembuatan, keadaan, atau kenyataan bagi
seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan.
• Benda Materai adalah materai tempel dan kertas materai yang
dikeluarkan oleh Pemerintah RI.
• Tanda tangan adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya
dipergunakan, termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan
atau cap paraf, teraan cap nama atau tanda tanda lainnya
sebagaimana pengganti tanda tangan.
• Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan bea materai
yang dilakukan oleh pejabat pos atau permintaan pemegang
dokumen yg bea materainya belum dilunasi sebagaimana mesinya.
• Pejabat pos adalah pejabat PT Pos dan Giro yg diserahi tugas
melayani permintaan pemeteraian kemudian.
Tarif bea materai Rp. 6.000,- dikenakan atas
dokumen:
• Surat perjanjian dan surat-surat lainnya.
• Akta-akta notaris termasuk salinannya
• Akta-akta yg dibuat PPAT termasuk rangkapnya.
• Surat yg memuat jumlah yg mempunyai harga
nominal lebih dari Rp. 1 juta.
• Surat-surat berharga yg nilai nominalnya lebih
dari Rp. 1 juta.
• Efek yg nilai nominalnya lebih dari Rp. 1 juta.
• Dokumen yg akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan.
Tarif bea materai Rp. 3.000,- dikenakan atas
dokumen:
• Surat yg memuat jumlah yg mempunyai harga
nominal lebih dari Rp. 250.000 tetapi tidak lebih
dari Rp. 1.000.000,-.
• Surat-surat berharga yg nilai nominalnya lebih dari
Rp. 250.000 tetapi tidak lebih dari Rp. 1.000.000,-.
• Efek yg nilai nominalnya lebih dari Rp. 250.000
tetapi tidak lebih dari Rp. 1.000.000,-.
• Cek dan bilyet giro dengan harga nominal
berapapun.
Bukan Objek/Tidak Dikenakan
Bea Materai
Pasal 4 UU No. 13 Tahun 1985
PP13/22 Sept. 1989, PP 7/21 April 1995, PP 24/20 April 2000
1. Dokumen yang berupa :
a)Surat Penyimpanan Barang
b)Konosemen
c)Surat Angkutan Penumpang dan Barang
d)Keterangan Pemindahan yang dituliskan diatas dokmen
sebagaimana dalam huruf a, b, dan c
e)Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
f)Surat Pengiriman barang untuk dijual atas tanggunan
pengirm
g)surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-
surat sebagaimana dimaksud dalam huruf a-f.
Bukan Objek/Tidak Dikenakan
Bea Materai
Pasal 4 UU No. 13 Tahun 1985
PP13/22 Sept. 1989, PP 7/21 April 1995, PP 24/20 April 2000
1. Segala bentuk ijasah
2. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya
yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk
mendapatkan pembayaran itu.
3. tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah dan
bank
4. kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
disamakan engan itu dari kas negara, kas pemerintah daerah dan bank
5. tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi
6. dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada
penabung oleh bank, koperasi dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang
tersebut
7. surat gadai yang diberikan oleh perusahaan umum pegadaian.
8. tanda pembagaian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
SAAT DAN PIHAK YANG TERUTANG BEA METERAI
Pasal 5 dan 6 UU No. 13 Tahun 1985

Saat terutang :
Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, pada saat
dokumen diserahkan
Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, pada
saat selesainya dokumen dibuat.
Dokumen yang dibuat di luar negeri, pada saat digunakan
di Indonesia.
Pihak yang terutang :
Bea Meterai terutang oleh pihak yang menerima atau
pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali
pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain
Cara Pelunasan Bea Materai
Pasal 7 ayat (2) UU No. 13 Tahun 19985
Dengan Benda Meterai
BIASA
•Meterai Tempel
•Kertas Meterai oleh Wajib BEA
PEMETERAIAN BIASA

Dgn cara lain Ditetapkan MENKEU


ALAT LAIN (SE-11/PJ.3/1986)
•Pencetakan Tanda Lunas
•Bea Meterai oleh PERUM PERURI
MESIN TERAAN METERAI (KMK No. 104/KMK.04/1986)
Cara Pelunasan Materai dengan Materai Tempel
Pasal 7 ayat (3) s/d (6) UU No. 13 Tahun 1985

 METERAI TEMPEL direkatkan seluruhnya dng utuh dan tidak rusak


di atas dokumen yang dikenakan BEA METERAI.
 METERAI TEMPEL direkatkan di tempat dimana tanda tangan akan
dibubuhkan.
 Pembubuhan tanda tangan disertai dgn pencantuman tanggal,
bulan, dan tahun dilakukan dgn tinta atau yang sejenis dgn itu,
sehingga sebagian tanda tangan ada di atas kertas dansebagian
lagi di atas METERAI TEMPEL.
 Jika digunakan lebih dari satu METERAI TEMPEL ,tanda tangan
harus dibubuhkan sebagian di atas semuaMETERAI TEMPEL dan
sebagian di atas kertas.
CARA PELUNASAN METERAI
DENGAN KERTAS METERAI Pasal 7 UU No. 13 Tahun
1985

Kertas meterai yg sudah digunakan tidak boleh Digunakan lagi (ayat


7)
Jika isi dokumen yang dikenakan BEA METERAI terlalu Panjang
untuk dimuat seluruhnya di atas KERTAS METERAI yang digunakan
(ayat 8), MAKA:Untuk bagian isi yang masih tertinggal dapat
digunakanKertas tidak bermeterai.
Bila ketentuan penggunaan dan cara pelunasanBEA METERAI tidak
dipenuhi, dokumen yangBersangkutan dianggap TIDAK BERMETERAI
(ayat 9)
CARA PELUNASAN BEA METERAI DENGAN MESIN TERAAN
METERAI
SE-11/PJ.3/1986

 Pengusaha harus mengajukan permohonan tertulis kepada direktur


PPN dan PTLL atau kepala KPP, untuk memperoleh izin
menggunakan MESIN TERAAN
 MESIN TERAAN yang digunakan adalah MESIN TERAAN yang
tidak dapat melampui jumlah angka pembilang sesuai dengan
jumlah penyetoran BEA METERAI.
 Perusahaan harus menyetor dimuka BEA METERAI sebesar Rp ,-
sebelum dikeluarkan izin penggunaan MESIN TERAAN METERAI.
 Sebelum MESIN TERAAN digunakan dilakukan pemasangan segel.
Sanksi-sanksi:
• Sanksi administrasi tidak atau kurang dilunasi bea
materai sebagaimana mestinya, maka akan
dikenakan denda administrasi sebesar 200% dari
bea materai yg tidak atau kurang dibayar. Caranya
dengan pemateraian kemudian.
• Sanksi pidana untuk pemalsuan, pengedaran,
penyimpanan alat pemalsuan, penggunaan materai
bekas pakai (dgn menghilangkan tanda pemakaian
materai) dan dengan sengaja menggunakan cara
lain untuk pelunasan bea materai tanpa seijin
Menkeu.
Bea Materai 10.000
Bea Materai 10.000
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea
Materai.

Per 1 Januari 2021 pemerintah


memberlakukan tarif bea meterai baru
menjadi tarif tunggal, yaitu senilai Rp10.000
per lembar. Namun, sepanjang tahun 2021
ini meterai Rp3.000 dan Rp6.000 masih bisa
digunakan sambil menunggu materai Rp10
ribu dirilis pemerintah.
Bea Materai 10.000
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea
Materai.
bea materai Rp 10.000 dikenakan atas beberapa dokumen yang meliputi:

1. Surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis, beserta rangkapnya;

2. Akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya;

3. Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya;

4. Surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apapun;

5. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak berjangka, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;

6. Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah lelang, salinan risalah lelang, dan
grosse risalah lelang;

7. Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah)
yang (1) menyebutkan penerimaan uang; atau (2) berisi pengakuan bahwa utang seluruhnya atau
sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan;

8. Dokumen lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai