Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ir. Diah Permata Wijayanti,MSC
• Mikroalga adalah alga berukuran mikro yang biasa dijumpai di air tawar dan air laut. Mikroalga merupakan
spesies uniseluler yang dapat hidup soliter dan berkoloni (Amini dan Susilowati, 2010).
• Mikroalga memiliki manfaat sebagai sumber energi karena memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi. Salah
satu sumber energi yang ingin dikembangkan dari mikroalga adalah biodiesel (Amini dan Susilowati, 2010).
• Kandungan asam lemak pada berbagai jenis spesies mikroalga bervariasi, sehingga biodiesel yang dihasilkan
memiliki karaktersitik yang berbeda (Amini dan Susilowati, 2010). Salah satu spesies mikroalga yang dapat
dimanfaatkan adalah Botryococcus braunii. Spesies ini memiliki hidrokarbon yang sangat tinggi mencapai ±15–
76% dari berat kering. Hidrokarbon merupakan salah satu bahan biodiesel (Amini dan Susilowati, 2010).
• Biodiesel merupakan salah satu jenis dari biofuel
BIOFUEL
• Biofuel merupakan bahan bakar dalam bentuk gas, padat maupun cair yang berasal dari biomassa yang dapat
dibudidayakan dan diperoleh dari berbagai sumber biologis.
• Biofuel merupakan bahan bakar terbaharukan yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
• Biofuel secara umum diklasifikasikan berdasarkan generasi yaitu generasi pertama, generasi kedua, dan generasi
ketiga.
• Biofuel generasi pertama berasal dari bahan baku pangan seperti gula, tepung, minyak makan, atau lemak hewan.
• Biofuel generasi kedua berasal dari bahan baku non-pangan seperti biomassa selulosa, bagian tanaman yang tidak
bisa dimakan, jerami, pupuk kandang, minyak goreng bekas, kayu, dan serbuk gergaji hingga sampah.
• Biofuel generasi ketiga terbuat dari mikroalga.
• Tipe dari biofuel terdiri dari bioethanol, biodiesel, biobutanol, biogas atau metana, dan hidrogen
BIOFUEL
METODE
Mulai
Penyusunan Rencana :
1. Seleksi Variasi Genetik
2. Strategi Kultivasi
3. Pemilihan Tempat
4. Kesediaan Sumberdaya
Melakukan Kultivasi :
Alga tumbuh dipengaruhi; medium, cahaya, CO2,
Nutrien
Panen Mikroalga :
Yang dikeluarkan dari medium, kemudian
dikeringkan
Selama dekade terakhir perhatian yang cukup besar ditujukan ke penelitian alga. Biofuel sintesis dari biomassa alga
dilakukan melalui langkah-langkah berikut :
• Kultur alga
• Pemanenan alga (atau) Pengeringan alga
• Ekstraksi minyak dari alga
• Pemurnian minyak alga
• Pengolahan minyak menjadi biofuel
Komponen mikroalga :
• Protein
• Lipid
• Karbohidrat
Ketiga komponen ini akan diubah menjadi bioproduk yang berbeda. Pemilihan spesies akan berpengaruh seperti
Nannochloropsis granulate lebih produktif untuk lipid (minyak) dengan berat kering maksimum 48% sedangkan spesies
lain paling baik untuk produksi protein misalnya, Spirulina maxima.
HASIL
• Keunggulan dari biomassa mikroalga adalah bahan bakar energi yang dapat diperbarui dan mempunyai kemampuan dalam
pengurangan emisi gas CO2.
• Mikroalga mempunyai produktivitas mengubah CO2 menjadi karbohidrat, lemak dan protein yang jauh lebih efisien
dibanding dengan tanaman darat.
• Pertumbuhannya relatif cepat dengan waktu pembelahan selnya sekitar 3,5 jam, memerlukan air lebih sedikit dan
menghasilkan bahan baku biofuel 15-300 kali lebih cepat dibanding dengan tanaman darat(6).
• Prospek ekonomi mikroalga untuk biofuel menemukan bahwa biaya per liter biofuel yang dihasilkan dari mikroalga masih
lebih tinggi daripada bahan bakar fosil.
• Melihat kenyataan harga minyak saat ini yang berfluktuasi serta cenderung akan meningkat, maka potensi mikroalga sebagai
bahan bakar terbarukan akan menjadi alternatif terbaik untuk terus menerus melakukan inovasi sebagai solusi pemenuhan
kebutuhan energi di masa mendatang.
KESIMPULAN
• Masih terdapat kesulitan dalam produksi biofuel dari bahan baku biomassa alga. Biaya produksi biofuel dari biomassa mikroalga masih
lebih tinggi dibandingkan dengan sumber lain. Selain itu, bahan baku biomassa alga belum terbukti sebagai sumber biofuel yang
berkelanjutan secara ekonomi.
• Sedang dilakukan penelitian untuk membedakan spesies alga paling produktif yang dapat diproduksi secara massal untuk mengurangi
biaya produksi. Beberapa spesies mikroalga hasil rekayasa genetika dapat menghasilkan hingga 70% lipid dari berat keringnya.
Perkembangan spesies baru dan strain mikroalga yang dimodifikasi secara genetik yang dapat menghasilkan hasil yang lebih tinggi dan
produksi skala komersial berpotensi menurunkan biaya.
• Proses panen yang dilakukan dengan teknik biologi, kimia, mekanik, atau elektrik masih mahal. Penelitian dan pengembangan baru
diperlukan agar metode panen lebih efisien dan hemat biaya untuk mengurangi biaya produks. Strategi produksi biomassa juga
memerlukan penelitian lebih lanjut agar produksi alga lebih ekonomis dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Amini, S. dan R. Susilowati. 2010. Produksi Biodiesel dari Mikroalga Botryococcus braunii. Squalen., 5(1) : 23-32.
Amy, A., dan A. Sachari. 2012. Perancangan Produk Reaktor Mikroalga Penghasil Biofuel Untuk Kawasan Pesisir., 1(1).
Bernard, D., Casanueva, A., Tuffin, M., and Cowan, D. 2010. Extremophiles In Biofuel Synthesis. Environmental Technology., 31:8-9.
Chowdhury H, Loganathan B, Mustary I, Alam F, Mobin SMA: Algae for biofuels: the third generation of feedstock. In Second and Third generation
Chowdhury, H., and B. Loganathan. 2019. Third-generation Biofuels From Microalgae: A Review. Current Opinion in Green and Sustainable
Chemistry., 20:39–44
Jorquera, O., Kiperstok, A., Sales, E.A., Embirucu, M., Ghirardi, M.L. (2010). Comparative Energy Life-Cycle Analyses of Microalgal Biomasa
Patil, V., Tran, K.Q., and Giselrod, H.R. 2008. Towards sustainable production of biofuels from microalgae. Int. J. Mol. Sci. 9: 118 –1195.
Scott, S.A., Davey, M.P., Dennis, J.S., Horst, I., Howe, C.J., Lea-Smith, D J., and Smith, A.G. (2010). Biodiesel from Algae: Challenges and