Anda di halaman 1dari 22

Oleh :

KONSEP TEORI DIFTERI 1. Jeki Ariantono


2. Rika Lionita Agustin
3. Sevia Ito Permadani
PENGERTIAN DIFTERI
• Difteri ialah suatu penyakit infeksi mendadak yang
disebabkan oleh kuman Corynebacterium difteria. Adalah
suatu penyakit infeksi toksik akut yang sangat menular,
disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae dengan
ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit dan/atau
mukosa.
• Difteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya
ditenggorokan dan paling sering pada bulan-bulan dingin
pada daerah beriklim sedang.
• Difteri adalah suatu infeksi akut yang mudah menular dan
yang serig diserang adalah saluran pernafasan bagian atas
dengan tanda khas timbulnya pseudomembran.
ETIOLOGI DIFTERI
• Disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae, bakteri gram positif, yang bersifat
polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Pewarnaan sediaan langsung
dapat dilakukan dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan
dengan sediaan langsung dari lesi.
PATOFISIOLOGI
DIFTERI
MANIFESTASI KLINIK
Gejala umum yang timbul berupa: Gejala khas yang menyertai:
1. Demam tidak terlalu tinggi 1. Nyeri menelan
2. Lesu dan lemah 2. Sesak nafas
3. Pucat 3. Serak
4. Anoreksia
KLASIFIKASI DIFTERI
Menurut tingkat keparahannya, penyakit ini dibagi menjadi 3 tingkat yaitu :
Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan gejala
hanya nyeri menelan.
Infeksi sedang bila pseudomembran telah menyerang sampai faring (dinding belakang
rongga mulut) sampai menimbulkan pembengkakan pada laring.
Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala komplikasi
seperti miokarditis (radang otot jantung), paralisis (kelemahan anggota gerak) dan nefritis
(radang ginjal).
LANJUTAN…
Menurut lokasi gejala yang dirasakan pasien :
Difteri hidung bila penderita menderita pilek dengan ingus yang bercampur darah
Difteri faring dan tonsil dengan gejala radang akut tenggorokan, demam sampai dengan
38,5 derajat celsius, nadi yang cepat, tampak lemah, nafas berbau, timbul pembengkakan
kelenjar leher.
Difteri laring dengan gejala tidak bisa bersuara, sesak, nafas berbunyi, demam sangat
tinggi sampai 40 derajat celsius, sangat lemah, kulit tampak kebiruan, pembengkakan
kelenjar leher.
Difteri kutaneus dan vaginal dengan gejala berupa luka mirip sariawan pada kulit
dan  vagina dengan pembentukan membran diatasnya. Namun tidak seperti sariawan yang
sangat nyeri, pada difteri, luka yang terjadi cenderung tidak terasa apa apa.
KOMPLIKASI DIFTERI
Komplikasi yang biasa muncul pada pasien difteria yaitu :
1. Miokarditis (minggu ke-2).
2. Neuritis.
3. Nefritis.
4. Bronkopneumonia
5. Paralisis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Schick Test
Tes kulit ini digunakan untuk menentukan status imunitas penderita. Tes ini tidak
berguna untuk diagnosis dini karena baru dapat dibaca beberapa hari kemudian
 Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan leukositosis
polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar albumin. Pada urin terdapat
albumin ringan.
 Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan leukositosis,
penurunan jumlah eritrosit dan kadar albumin.
Pada urine terdapat albuminuria ringan.
PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan medis
Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG yang
dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu berikutnya sampai
keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal dan pengobatan spesifik.
 Penatalaksanaan keperawatan
Pasien difteri harus dirawat di kamar isolasi yang tertutup. Petugas harus memakai gaun
khusus (celemek) dan masker yang harus diganti tiap pergantian tugas atau sewaktu-waktu
bila kotor (jangan dari pagi sampai malam hari). Sebaiknya penunggu pasien juga harus
memakai celemek tersebut untuk mencegah penularan ke luar ruangan. Harus disediakan
perlengkapan cuci tangan: desinfektan, sabun, lap, atau handuk yang selallu kering (bila
ada tisu) air bersih jika ada kran juuga tempat untuk merendam alat makan yang diisi
dengan desinfektan.
TINDAKAN PENCEGAHAN
1. Imunisasi
2. Isolasi pasien
3. Pencarian orang carier difteria
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Identitas
dapat terjadi pada semua golongan umur, namun sering dijumpai pada anak (usia 1-10
tahun).
2. Keluhan utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan kesulitan bernapas pada waktu tidur, nyeri pada
waktu makan, dan bengkak pada tenggorokan/leher.
3. Riwayat kontak dengan keluarga perlu dikaji.
4. Pemeriksaan fisik:
Pernapasan, sulit bernapas, produksi sputum meningkat, dspneu, pada tenggorakan ada
luka, edema mukosa, pembesaran kelenjar getah bening, pernapasan cepat dan dangkal,
penggunaan otot bantu pernapasan, terdengar wheezing (auskultasi).
LANJUTAN …
5. Nutrisi
Tidak nafsu makan, sulit menelan, turgor kulit menurun, berat
badan menurun, edema, laring, faring.
6. Aktivitas
Tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, kurang tidur,
penurunan kemampuan, beraktivitas, pusing, fatique,  insomnia.
7. Sirkulasi
Nadi meningkat (takikardi), aritmia, interaksi sosial,  merasa
tergantung, pembatasan mobilitas fisik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Disfungsi Neuromuskular.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
3. Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme virulen.
4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakit
(metabolisme     meningkat, intake cairan menurun).
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF B/D DISFUNGSI NERUROMOSKULAR
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pola napas pasien kembali normal.

INTERVENSI RASIONAL
Monitor pola napas yang meliputi irama pernapasan, penggunaan Mengetahui apakah ada kelainan dalam pernapasan untuk menentukan
otot-otot bantu napas, suara napas, dan frekuensi napas. intervensi selanjutnya.
Berikan oksigen sesuai advis (2-4Lt/menit). Apabila anak masih Oksigen memaksimalkan pernapasan  dan perubahan posisi dan
bayi atur kepala dengan posisi ekstensi. ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda
sehingga memperbaiki difusi gas.

Atur posisis tidur pasien (kepala lebih tinggi) Kepala lebih tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernapasan .
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan. Suara nafas yang tidak efektif bisa menyebabkan terjadinya obstruksi
jalan nafas / kegagalan pernapasan

Lakukan fisioterapi dada jika perlu. Memudahkan upaya pernapasan dalam dan meningkatkan drainase
secret
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
TUBUH B/D  ANOREKSIA
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan BB stabil,pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan pasien dapat
mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali
INTERVENSI RASIONAL
Pastikan diet memenuhi kebutuhan pernapasan sesuai indikasi Tinggi karbohidrat, protein dan kalori dibutuhkan selama ventilasi
untuk memperbaiki fungsi otot pernapasan.
Catat masukan oral saat makan dan tawarkan makanan yang Selera makan biasanya buruk dan masukan nutrisi penting mungkin 
disukai anak menurun. Tawaran makanan kesukaan dapat meningkatkan
pemasukan oral
Timbanglah berat badan setiap hari. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujan berat
badan dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
Aturlah pemberian makanan dalam porsi yang sedikit tapi sering. Meningkatkan atau memaksimalkan asupan nutrisi anak

Libatkan orang tua dalam pemberian makanan. Membantu dalam memenuhi asupan nutrisi anak, karena biasanya
orang tua tahu cara yang tepat agar anaknya mau makan
INTERVENSI KEPERAWATAN
3. RESIKO PENYEBARLUASAN INFEKSI BERHUBUNGAN DENGAN
ORGANISME VIRULEN
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan resiko infeksi tidak terjadi

INTERVENSI RASIONAL

Observasi TTV klien Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi

Turunkan faktor resiko nosokomial melalui cuci tangan yang tepat Faktor ini paling sederhana tetapi paling paling penting untuk
pada semua perawat mencegah infeksi di rumah sakit

Anjurkan keluarga klien untuk menyiapkan wadah sekali pakai Menurunkan transmisi organisme melalui cairan
untuk sputum, contohnya tissue

Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi Membantu memperbaiki tahanan umum untuk penyakit dan
menurunkan resiko infeksi

Berikan antimikrobial sesuai indikasi Satu atau lebih agen dapat digunakan tergantung pada identifikasi
patogen bila infeksi terjadi
INTERVENSI KEPERAWATAN
4. RESIKO KURANGNYA VOLUME CAIRAN BERHUBUNGAN DENGAN PROSES
PENYAKIT (METABOLISME MENINGKAT, INTAKE CAIRAN MENURUN).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan resiko kurangnya volume cairan tidak terjadi

INTERVENSI RASIONAL
Observasi tanda vital Peningkatan suhu, memanjangnya demam dan meningkatkan laju
metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi. Peningkatan
takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik

Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa ( bibir, lidah Indikator langsung keadekuatan volume cairan meskipun
) membran mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan
oksigen tambahan
Pantau masukan dan keluaran cairan Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan
kebutuhan pengganti

Tekankan masukan cairan yang optimal setiap harinya atau Memenuhi kebutuhan dasar cairan dan menurunkan resiko
sesuai kondisi individual dehidrasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
5. INTOLERANSI AKTIVITAS BERHUBUNGAN DENGAN KELEMAHAN SECARA
MENYELURUH.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan klien dapat beraktifitas sebagaimana mestinya

INTERVENSI RASIONAL

Evaluasi respon klien terhadap aktifitas. Catat laporan dispnea, Menetapkan kemampuan dan kebutuhan pasien dan
peningkatan kelemahan perubahan tanda vital selama dan setelah memudahkan pilihan intervensi
aktifitas
Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengujung Menurunkan stress dan rangsanga berlebihan, meningkatkan
istirahat
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan Pembatasan aktifitas ditentukan dengan respon individual
perlunya keseimbangan aktifitas dan istirahat pasien terhadap aktifitas dan kegagalan pernapasan

Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen
EVALUASI

1. Pola napas anak kembali normal.


2. BB stabil, pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan anak dapat
mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali.
3. Resiko infeksi tidak terjadi
4. Resiko kurangnya volume cairan tidak terjadi
5. Masalah intoleransi aktifitas teratasi, serta anak dapat beraktifitas
sebagaimana mestinya
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai