Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman
hayati cukup tinggi terutama dibidang perikanan. Garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas wilayah perikanan laut sekitaran 5,8 juta km2. Sehingga sebagian besar perekonomian masyarakat Indonesia dipicu oleh hasil sumber daya perikanan (Enikusrini, 2018). Potensi sumber daya perikanan yang banyak ditemukan dan memiiki kandungan gizi yang cukup tinggi namun masih banyak masyarakat tidak memperdulikan keberadaannya yaitu ikan timpakul (Periopthalmodon schlosseri) atau lebih dikenal dengan nama mudskipper. Ikan timpakul sering ditemukan di ekosistem bakau dan bergerak dengan cara melompat-lompat di lumput rawa bakau, sungai ataupun bagian muara (Ramadhani & Muhtadi, 2016). Ikan timpakul merupakan ikan unik karena dapat bertahan di darat dalam waktu yang cukup lama. Sehingga ikan ini biasa disebut dengan ikan amphibious karena kemampuannya yang dapat bertahan lama di daratan ( Kadarsah et al, 2019). Timpakul memiliki bentuk tubuh yang panjang, mata saling berdekatan di atas kepala yang besar, bagian dada terdapat sirip yang digunakan untuk bergerak di darat, warna ikn dari bagian kepala dan batang tubuh yaitu keabu-abuan sampai dengan coklat kekuningan. Sirip ekor tidak simetris dan sirip pektoral mengayun kedepan saat bergerak di lumpur (Hidayaturrahmah & Muhamat, 2013). Ikan timpakul merupakan konsumen tingkat pertama dan tingkat kedua dalam rantai makanan di ekosistem bakau. Biasanya masyarakat sekitar pesisir menggunakan ikan timpakul sebagai bahan pangan maupun umpan untuk memancing. Ikan timpakul mampu hidup menoleransi perubahan salinitas air dan suhu yang cukup ekstrim (Djumanto, 2012). Metabolisme dalam tubuh ikan timpakul juga dipengaruhi oleh beberapa zat. Salah satunya adalah glukosa. Glukosa adalah hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada ikan. Glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan sumber energi utama pasaokan bahan bakar untuk metabolisme sel terutama sel otak. Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukogenesis. Menurut Nasicah et al. (2016), kadar glukosa darah dalam tubuh ikan yang normal adalah 40-90 mg/dl. Keberadaan glukosa darah pada ikan timpakul dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pakan, status kesimpangan glokogen hati, stadia perkembangan dan musim. Ikantimpakul cukup berpotensi untuk dikonsumsi karena kandungan gizi yang ada pada ikan timpakul. Namun masyarakat masih banyak yang kurang mengetahui akan hal tersebut dikarenakan pengetahuan masyarakat khususnya Desa Tanipah dan Desa Kuala Lupak yang kurang terhadap kandungan yang ada pada ikan timpakul. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengkaji profil glukosa pada ikan timpakul (Periopthalmodon schlosseri) di Desa Tanipah dan Desa Kuala Lupak, Kabupaten Tanah Laut sebagai sumber pengetahuan. METODE
Alat dan bahan yang digunakan yaitu ikan timpakul
(Periopthalmodon schlosseri), strip glucometer, Blood Lancet, glucometer, alkohol 70%, dan kapas. Pengukuran kadar glukosa sewaktu ikan timpakul. Pertama, membersihkan bagian vena caudalis, lalu mengambil darah menggunakan strip glukometer dan menunggu hasil kadar glukosa darah selama 10 detik. HASIL
Parameter Sampel Glukosa sewaktu (mg/dL)
Tanipah 45,87 ± 13,6
Kuala Lupak 49,75 ± 27,6
PEMBAHASAN Keberadaan glukosa darah pada ikan timpakul dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pakan, status kesimpangan glokogen hati, stadia perkembangan dan musim, Hal ini juga faktor yang membuat hasil glukosa sewaktu timpakul Desa Tanipah dan Desa Kuala Lupak berbeda. Nilai glukosa sewaktu ikan timpakul juga menggambarkan ketersediaan energi pada ikan serta mengindikasi level stress pada ikan. (Suwandi et al, 2013).