Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

“Pasien Laki-laki 31 Tahun dengan Ektima pada


Tungkai Bawah Dextra”

PEMBIMBING:
dr. Rani, Sp.KK., M.Kes., FINDV

Disusun Oleh :
Ruhbaniyah (2018086016480)
Pendahuluan

 Kulit adalah organ yang esensial dan vital serta merupakan


cermin kesehatan dan kehidupan.
 Infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma.
Salah satu bentuk pioderma yaitu ektima yang akan dibahas
pada kasus ini. Di daerah tropis seperti Indonesia, ektima lebih
umum terjadi pada semua usia. Higienitas yang buruk dan
kurangnya gizi juga merupakan faktor predisposisi dari ektima.
Tinjauan pustaka

A. Definisi Ektima
Ektima adalah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi
oleh Streptococcus. Pada umumnya mengenai usia anak-anak dengan
predileksi tempat yang mudah terkena trauma, seperti tungkai dan bokong.
Etiologi

01 Streptococcus Beta
Hemolyticus
Atau 02 Staphylococcus aureus

Step 01 Step 03
Patogenesis

Infeksi streptokokus yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam,


menembus epidermis, menghasilkan suatu ulkus berkrusta yang
dangkal.

 Lesi-lesi ektimatosa dapat berkembang dari suatu pioderma,


dermatosis sebelumnya, atau bagian dari trauma.

 Higiene yang buruk dan kelalaian pengobatan merupakan elemen


kunci dalam patogenesis.
Gejala Klinis

 Manifestasi klinis diawali dengan vesikel atau vesikulopustul


yang membesar dan dalam beberapa hari menjadi berkrusta
tebal dan lekat. Ketika krusta diangkat terdapat ulkus dengan
bentuk seperti piring superfisial dengan dasar yang kemerahan
dan tepi yang meninggi (punch out)
NEXT. . .

Ulkus mempunyai suatu bentukan “punch


out” ketika krusta kuning-keabu-abuan kotor
dan material purulen dibersihkan. Tepi ulkus
berindurasi, meninggi, dan berwarna
keunguan dan dasar bergranulasi meluas ke
dalam dermis.
Lesi ini cenderung sembuh setelah beberapa
minggu, yang meninggalkan jaringan ikat
Pemeriksaan penunjang

Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai


berikut :
1. pemeriksaan sederhana dengan pewarnaan Gram;
2. kultur dan resistansi lesi apabila tidak responsif terhadap
pengobatan empiris;
3. kultur dan resistansi darah
4. biopsi apabila lesi tidak spesifik.
Diagnosis

1. Anamnesa
Seringkali pasien datang ke dokter dengan keluhan adanya luka dan gatal.
Terjadi dalam waktu yang lama akibat trauma berulang, seperti gigitan
serangga. Riwayat penyakit sebelumnya. Misalnya, Diabetes melitus dapat
menyebabkan penyembuhan luka yang lama.

2. Pemeriksaan fisik
Lokalisasi : ekstremitas bawah, wajah dan ketiak
Efloresensi : awalnya berupa pustul kemudian pecah membentuk ulkus yang
tertutupi krusta tebal.
Diagnosis

3. Pemeriksaan penunjang
biopsi kulit dengan jaringan dalam untuk pewarnaan Gram dan kultur
 pemeriksaan histopatologi : didapatkan peradangan dalam yang diinfeksi
kokus. Pada dermis, ujung pembuluh darah melebar dan terdapat sebukan sel
PMN.
Krusta yang berat menutupi permukaan dari ulkus pada ektima
Faktor resiko

Faktor resiko terjadinya ektima adalah sebagai berikut :


ᴥ tingkat kebersihan dari pasien dan kondisi kehidupan sehari -harinya
merupakan penyebab yang paling terpenting untuk perbedaan
angka serangan, beratnya lesi, dan dampak sistemik yang
didapatkan pada pasien ektima.
ᴥ Frekuensi pada anak-anak lebih tinggi daripada dewasa
ᴥ Daerah yang panas dan lembab, Malnutrisi, dan riwayat penyakit DM
Diagnosis Banding

Impetigo krustosa, didiagnosa banding dengan ektima karena


memberikan gambaran Effloresensi yang hampir sama berupa
lesi yang ditutupi krusta. Bedanya, pada impetigo krustosa lesi
biasanya lebih dangkal, krustanya lebih mudah diangkat, dan
tempat predileksinya biasanya pada wajah dan punggung serta
terdapat pada anak-anak.
Diagnosis Banding

Folikulitis, didiagnosis banding dengan


ektima sebab predileksi biasanya di
tungkai bawah dengan kelainan berupa
papul atau pustul yang eritematosa.
Perbedaannya, pada folikulitis, di
tengah papul atau pustul terdapat
rambut dan biasanya multipel.
penatalaksanaan

Jika hanya memiliki sedikit, krusta


di angkat lalu diolesi dengan salep
antibiotik. Kalau banyak, juga
diobati dengan antibiotik sistemik.
Penatalaksanaannya adalah
membersihkan luka dan personal
hygine yang baik, diikuti dengan
pengolesan antibiotik topikal.
penatalaksanaan

2. Topikal
Pengobatan topikal digunakan jika
infeksi terlokalisir, tetapi jika luas
maka digunakan pengobatan
sistemik. Contohnya Neomisin,
Asam fusidat 2%, Mupirosin, dan
Basitrasin
Prognosis dan komplikasi

ᴥEktima sembuh secara perlahan, tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut (skar).
Beberapa lesi lambat untuk sembuh, membutuhkan beberapa minggu perawatan antibiotik
untuk resolusi.

ᴥ Ektima juga dapat menetap selama beberapa minggu dan terjadi komplikasi skar. Infeksi
dapat menyebar akibat autoinokulasi, melalui vektor serangga, atau sequelae dari post
streptokokal.

ᴥKomplikasi ektima, antara lain selulitis, dan erisipelas.


Edukasi dan pencegahan

ᴥMenjaga higiene perorangan yang baik dan lingkungan serta dapat membatasi penularan.

ᴥMenghindari bergantian memakai handuk secara bersama

ᴥmencegah kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita

ᴥperbaiki keadaan umum


Laporan Kasus

Nama : Tn. AA
Tanggal Lahir : 03-06-1990
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Hamadi
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Sulawesi Selatan
Tanggal pemeriksaan: 11-10-2021
Anamnesis

Keluhan utama : luka pada kaki kanan

Perjalanan penyakit :
 awalnya timbul gelembung kecil berisi nanah seperti bisul, gatal, pasien
menggaruk daerah yang gatal tersebut kemudian dalam beberapa hari bisul itu
pecah dan menimbulkan luka dengan mengeluarkan cairan kuning dan darah
yang mengering disertai rasa gatal dan pasien sempat mengalami demam.
NEXT. . .

 beberapa hari kemudian timbul gatal-gatal


disekitar luka, pasien mengaku menggaruk lagi
di daerah yang gatal tersebut, kemudian
keesokan harinya muncul beberapa gelembung
kecil yang berisi nanah, disertai kemerahan
disekitar bisul tersebut, serta terasa nyeri pada
luka.
NEXT. . .

 Pasien juga mengaku merasa demam sesaat sesudah


gelembung berisi nanah tersebut pecah dan menjadi
luka sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari
pasien
NEXT. . .

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit jantung, DM, dan Alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit jantung, DM, dan Alergi disangkal

Riwayat Sosial dan Kebiasaan


Pasien bekerja sehari-hari sebagai supir rental
Pemeriksaan fisik

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : Compos Mentis

 TD :90/70 mmHg
 N : 70x/menit
Tanda-tanda vital  RR : 20x/menit
 SB : 36,8◦C
 SpO2: 99 %
Pemeriksaan fisik

 Kepala : Normocephal, simetris, tidak ada kelainan, warna rambut hitam


 Muka: Simetris, edema (-)
 Mata: Exoftalmus (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), pupil bulat isokor, reflex
cahaya (+/+).
 Hidung dan telinga : Tidak dilakukan
 Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-), oral candidiasis (-), stomatitis (-), caries (-).
 Leher :Perubahan warna kulit (-), tampak benjolan dan teraba benjolan/ KGB ((-)
Pemeriksaan fisik

 Paru
ᴥ Pergerakan dada simetris,retraksi (-/-), Ekspansi dada (+) Dextra = Sinistra. Suara napas vesikuler/vesikuler, wheezing
(-/-), rhonki (-/-).
 Jantung
ᴥ Thrill (-), BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan fisik

 Abdomen : dalam batas normal


 Ekstremitas atas : Simetris. Warna kulit sawo matang, sianosis (-), ikterik (-),Akral hangat, CRT < 2 detik, Udem (-).
 Ekstremitas bawah : Simetris. Warna kulit sawo matang, sianosis (-), ikterik (-), Akral hangat, CRT < 2 detik, Udem
tungkai (-) 
 Genitalia
ᴥ Sex: Laki-laki , tidak dilakukan evaluasi. 
 Vegetative : makan dan minum : baik, BAK/BAB: Baik
Status dermatologis

 Status Lokalis
ᴥ Lokasi I: regio cruris anterior dextra
terdapat ulkus dangkal dengan krusta
tebal diatasnya
ᴥ Lokasi II: regio cruris anterior dextra
terdapat beberapa vesikulopustul dan
beberapa yang telah pecah dengan
krusta diatasnya.
Diagnosis Kerja :
Ektima

Diagnosis banding :
ᴥ Impetigo Krustosa
ᴥ folikulitis
Penatalaksanaan

 Farmakologi
ᴥ Clindamicyn 2x300mg
ᴥ As. Fusidat cr. 2% 2 x 1
ᴥ As. Mefenamat 2x500 mg
ᴥ Nacl 0,9% (untuk membersihkan luka)
 Non farmakologi
ᴥ Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan diri, rajin membersihkan luka dan
mematuhi pengobatan yang diberikan untuk menyembuhkan luka
Anamnesa Pembahasan
Teori Pasien

keluhan utama pasien luka pada kaki


Pasien datang ke dokter dengan keluhan adanya luka sebelah kanan dan terasa gatal sejak 1
dan gatal. Terjadi dalam waktu yang lama akibat
trauma. seperti gigitan serangga. Riwayat penyakit minggu yang lalu. Riwayat alergi dan
riwayat penyakit Diabetes Melitus, gigitan
sebelumnya. Misalnya, Diabetes melitus dapat
serangga, dan riwayat penyakit yang sama
menyebabkan penyembuhan luka yang lama. sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan fisik

Teori Klinis pasien

manifestasi klinis diawali dengan vesikel atau awalnya timbul gelembung berisi nanah dan gatal
dalam beberapa hari. pasien menggaruk daerah
vesikulopustul yang membesar dan gatal dalam
yang gatal tersebut sehingga menimbulkan
beberapa hari akan pecah menjadi berkrusta
tebal dan lekat. Ketika krusta diangkat terdapat beberapa gelembung-gelembung berisi nanah (pus)
yang baru. Dalam beberapa hari gelembung itu
ulkus dengan bentuk seperti piring superfisial pecah dan menjadi ulkus disertai krusta yang tebal
dengan dasar yang kemerahan dan tepi yang
meninggi. dengan kemerahan disekitar luka dan tepi yang
meninggi
Tatalaksana
Pada kasus Tn.AA diberikan terapi topical dan sistemik, serta anti analgetik
berupa As. Mefenamat 2x 500mg karena pasien mengeluhkan nyeri pada luka.

Terapi sistemik berupa Clindamycin 300 mg sesuai dengan teori terapi sistemik
pada ektima berupa clindamycin 15mg/kgBB/hari Jika penderita telah
mengalami gejala sistemik seperti, demam, dan nyeri. Pemberian Clindamycin
yang merupakan obat yang bekerja dengan cara memperlambat dan
menghentikan perkembangbiakan bakteri (menyebarluaskan bakteri).
Terapi
terapi topikal berupa fusidat acid cr. 2%, dimana As. fusidat 2%
merupakan obat topikal yang digunakan untuk mengobati lesi primer dan
sekunder pada kulit akibat infeksi bakteri Streptococcus.

Namun, terapi yang sangat efektif pada kasus ektima ialah kebersihan
perorangan (personal hygine). Oleh karena itu, pada kasus ini diberikan
edukasi kepada pasien untuk menjaga kebersihan diri, dan untuk
membersihkan luka atau ulkus setiap hari dengan menggunakan cairan Nacl
0,9%, dan juga menggunakan kassa steril.
Kesimpulan

Telah dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis Ektima pada seorang Laki-
laki usia 31 tahun berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Kemudian
pasien diberikan terapi berupa clindamycin 300 mg 2 x 1, as. fucidate cr. 2%
2 x1, dan As. mefenamat 2x500mg, serta di edukasikan kepada pasien
untuk menjaga personal hygine dengan cara membersihkan luka dengan
cairan Nacl 0,9% dan dilanjutkan dengan pemberian terapi topikalnya.
Prognosis pada kasus ini yaitu dubia ad bonam. Ektima sembuh secara
perlahan, tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut (skar).
Terima kasih

Any questions?

Anda mungkin juga menyukai