Anda di halaman 1dari 27

STRATEGI MENINGKATKAN MUTU GENETIK

Genetic Improvement Strategies (Gis)

Perbibitan Ternak
Maskur Moehid
2013
Pendahuluan
Tujuan meningkatkan mutu genetik ternak:
 Mengasilkan pangan, serat atau produk ternak lainnya
yang berkualitas
 Meningkatkan efisiensi produksi so dpt menekan biaya
Peningkatan secara genetik :
 Sifatnya permanen
 Peningkatan terjadi secara komulatif—when selection is
continuous
 Biayanya tinggi tetapi effective
Strategies for Genetic Improvement
Secara tradisional, ada tiga strategi utama dalam meningkatkan mutu
genetik :
1) Seleksi antara breed atau strain – substitusi satu breed atau strain
dalam satu populasi
2) Seleksi dalam suatu breed atau strain – memilih keluarga yang terbaik
dalam suatu breed or strain tertentu untuk dijadikan tetua
3) Crossbreeding – mengawinkan dua atau lebih breed, strains or species
yang berbeda untuk menghasilkan generasi yang lebih baik

Modern strategies transfer gen dalam satu spesies atau antara spesies
dengan memanfaatkan teknik2 dalam bioteknologi molekuler. Teknik ini
memungkinkan untuk memindahkan suatu sifat yang diinginkan dari satu
individu ke individu lain, dan sifat ini dapat diwariskan ke keturunannya.
GIS menjadi efektif jika Sifat ternak yang
diinginkan memiliki nilai ekonomis –
Sehingga ... Pilih individu, breed atau
crossbreed berdasarkan sifat tersebut.
GIS in practice – informasi yang diperlukan :
performance breed/cross, finansial dan
sumberdaya fisik/infrastrutur, tradisi lokal,
permintaan pasar lokal dan preferensi individu
dalam memilih breed /cross, etc
Seleksi antar breed/Selection
Between Breeds (SBB)
o SBB – Perubahan genetic terjadi secara dramatis
dan cepat jika terdapat perbedaan genetik yang
besar antara populasi dalam sifat2 yang bernilai
ekonomis
- Keuntungan ini diperoleh hanya sekali
o Diperlukan biaya yang cukup besar
Perubahan komposisi genetik – dapat terjadi secara
gradual
o Jika induk yang akan diganti dikeluarkan dari
populasi dan diganti secara gradual dengan
membeli induk pengganti dari breed baru
o Jika induk pengganti adalah breed yang sudah ada
(hombreed), komposisi genetik dapat diubah
secara gradual melalui “grading up” atau silang
balik (backcrossing) secara berulang dengan breed
baru.
The proportion of gene from each of two breed following
successive generation of backcross

Proporsi Gene pada Setiap Generasi Backcrossing


Jantan Betina Keturunan
A B 1/2 A,1/2 B
A 1/2 A,1/2 B 3/4 A, 1/4 B
A 3/4 A, 1/4 B 7/8 A, 1/8 B
A 7/8 A, 1/8 B 15/16 A, 1/16 B
Seleksi dalam breed/Selection
Within Breeds (SWB)
 SWB adalah membandingkan antar individu ternak
dalam breed yang sama dan mengawinkan ternak2
yang terpilih untuk menghasilkan generasi
berikutnya.
Biasanya dilakukan secara berulang dalam setiap
generasi--- perubahan terjadi dalam setiap generasi.
 Biasanya perkawinan hewan ternak yang berkerabat
dekat dilakukan dalam upaya untuk
mengkonsentrasikan karakteristik yang diinginkan
pada keturunannya.
 EX. Strains of animal would be created from a series
of father – daughter or mother – son matings.
Praktek kawin kerabat dekat ini disebut line
breeding – dan sangat umum dilakukan dalam
program breeding saat ini
Linebreeding adalah bentuk yang lebih
dramatis dari Inbreeding – perkawinan ternak
yang memiliki satu atau lebih moyang yang
sama
Selection Within Breeds Strategy

SELEKSI KUANTITATIF

SELEKSI DNA
Seleksi dengan metode breeding
soundness evaluation (BSE)

Parameter Breeding Soundness Evaluation meliputi:


Pemeriksaan fisik umum seperti musculo skeletal system dan
kelainan-kelainan seperti straight-hocks (’post-leggedness”)
dan ’scissor’ claw, prepuce, sheath dan umbilicus;
Pemeriksaan fisik khusus organ-organ genitalia luar seperti
testes beserta isinya (bentuk, ukuran atau konsistensi
scrotum), lingkar scrotum dan pemeriksaan fisik khusus organ-
organ genitalia dalam seperti penis dan kelenjar-kelenjar
accessory setiap 3 bulan sekali sampai berumur 24 bulan,
Penilaian semen (semen traits) dan uji kemampuan mengawini
(serving capacity tests) calon pejantan.
Breeding Soundness Evaluation
calon pejantan
Breeding Soundness Evaluation (BSE) pedet calon
pejantan mencakup:
1). Pemeriksaan Fisik -- dilakukan melalui pengamatan
seluruh kondisi yang dapat mempengaruhi
kemampuan calon pejantan untuk mencari betina
yang birahi dan sekaligus mengawininya.
• Kondisi tubuh, Kaki dan Mata
• Gangguan penyakit
2). Pemeriksaan Saluran Reproduksi -- Melakukan
pemeriksaan secara lengkap saluran reproduksi
kemungkinan adanya penyakit dan kelainan-
kelainan.
• Pemeriksaan per rectum
• Kelenjar prostata
• Pemeriksaan luar
• Lingkar scrotum
• Penis dan prepuce
3). Penilaian kualitas semen
Penilaian visual atau makroskopis meliputi:
• Volume (dalam ml), diukur langsung pada gelas tampung berskala.
• Warna dan konsistensi dinilai langsung secara visual. Konsistensi
dinilai berdasarkan empat kategori warna yang berbeda untuk
pendugaan secara kasar konsentrasi sperma, yaitu: 1) berwarna
krem, 1x106; 2) berwarna seperti susu, 0.5x106; 3) sedikit buram,
0.2-0.5x106; dan 4) encer, 0.2x106.
• Konsentrasi ion-hidrogen (pH), ditentukan menggunakan kertas
indikator pH Whatman (berkisar antara 5 - 9 dengan interval 0.5
unit).
Penilaian mikroskopis meliputi:
• Motilitas massa, Motilitas makro/massa ditentukan
secara subyektif dengan memeriksa semen dengan
mikroskop fase-kontras perbesaran 400X.
• Motilitas progresif (individu) diperiksa secara subyektif
di bawah mikroskop fase-kontras menggunakan
perbesaran tinggi.
• Konsentrasi sel sperma per ml semen
• Jumlah spermatozoa hidup dan normal.
• Morfologi.
Seleksi Menggunakan Marka DNA

Method for molecular selection :


o Marker assisted selection (MAS)
o Gene assisted selection (GAS)
Gene marker for production traits :
o Growth hormone (GH)
o Growth hormone receptor (GHR)
o Insulin like growth factor (IGF)
o Leptin gene
o Pit-1 gene
o Etc
Growth hormone (GH)
• berperan sebagai regulator utama metabolisme dan
pertumbuhan setelah kelahiran pada hewan menyusui
dan mempengaruhi laju pertumbuhan, komposisi tubuh,
kesehatan, produksi susu, dan lama mengeram melalui
modulasi banyak gen termasuk insulin-like growth factor I
(IGF-I) (Sumantran et Al., 1992; Ho Dan Hoffman, 1993;
Lincoln et Al., 1995).
• Growth hormone receptor (GHR)
memediasi aktivitas biologi hormon pertumbuhan pada
sel target melalui transduksi myogenic-stimulating signal
melewati membran sel dan menginduksi beberapa gen
termasuk IGF-1 (Rotwein et al., 1994; Argetsinger dan
Carter-Su, 1996).
Pituitary-specific transcription factor/Pit-1
gen Pit-1 bertanggung jawab terhadap pengembangan
pituitary dan ekspresi hormon pada mammalia (Cohen et al.,
1997). Hal ini menunjukkan adanya pengontrolan transkripsi
terhadap hormon pertumbuhan, prolactin (Nelson et al.,
1988; Mangalam et al.,1989), thyroid-stimulation hormon, ß-
subunit (Simmons et al., 1990; Steinfelder et al., 1991), GHRH
receptor gen (Lin et al., 1992), dan Pit-1 Gen itu sendiri
(Rhodes et al., 1993).
Insulin-like growth factors (IGF)
Protein pengangkut di (dalam) darah, meningkatkan perkembang
biakan sel (Svoboda Dan Van Wyk, 1983) dan pengambilan gula
oleh sel (Poggi et al., 1979).
Leptin
Regulator penting metabolisme energi, konsumsi pakan,
pertumbuhan adiposa dan sifat reproduksi pada sapi. Leptin juga
terlibat dalam regulasi berat badan dan dapat dijadikan sebagai
salah satu penanda biologi terbaik untuk sifat kegemukan pada
binatang dan manusia (Oprzadek et al., 2003; Münzberg et al.,
2005).
Gene marker for reproduction traits
o Estrogen Receptor –β (ER-β) and Estrogen Receptor -α (ER- α)
memainkan peran penting dalam diferensiasi, pematangan
dan fungsi sistem reproduksi pada hewan mammalia.
Polimorfisma gen ERβ dan ERα telah teridentifikasi berasosiasi
dengan sifat reproduksi seperti fertilitas khususnya kualitas
sperma dan efek klinis lainnya (Georgiou et al, 1999, Syrrou et
al, 1999., Weel et al., 1999).
o Actinin Alpha 1 …
alpha-actinin diekspresikan dalam spermatozoa testis, epididimis,
dan ejakulat spermatozoa pada epitel epididimis sapi (Yagi dan
Paranko,1992) dengan implikasi penting pada fungsi sperma.
o Osteopontin (SPP1) ..
Osteopontin adalah sebuah matriks protein ekstraselular yang
berlokasi pada seminal plasma, merupakan protein yang
berasosiasi dengan fertilitas pada pejantan (Batal et al. 1999)
Requirement for Within Breed Selection
Objectives selection within breed or strains :
to increase average level of aditive genetic merit
(breeding value) of population.
The steps involved in a within breed selection :
1. Choose the breeding goal--- what to improve
2. Choose the selection criteria– what to measure and select
3. Design breeding programme (number of parent to be
selected, age at mating ect)
4. Implementing the programme – doing the routine recording,
evaluation and mating of animals
5. Monitoring progress and redesigning the programme if
necessary
Factor affecting rates of improvement

Economic importance traits in animal are under the control of large


number of genes. Annual rates of genetic improvement in these
polygenic traits depend on four main factors :
1. The selection intensity achieved. This is related to the
proportion of animals selected to become parent.
2. The accuracy with which genetic merit in the trait of interest is
predicted.
3. The amount of additive genetic variation in the trait of interest.
4. The generation interval, which depends on the average age of
parent when their offspring are born.
Selection for more than one traits

In most livestock production system profitability depends on several


different animal characteristics rather than on any single trait.
In GIS it is important to reflect the fact that several traits influence
profit, and so animal are usually selected on a combination of
traits.
This can be achieved in several ways, ie. :
a). Tandem selection, selection for one traits for one or more
generations, followed by selection for second traits for one or
more generations and so on.
b). Independent culling levels , is to set minimum qualifying standard
(thresholds) in several traits of interest.
Crossbreeding
Crossbreeding—mating animal of different breed, lines or
species.
Reasons for crossing :
o To improve the overall efficiency of a production system
o To produce individual animal of intermediate performance
o For grading up to a new breed or strain
o As an intermediate step in the creation of a new synthetic or
composite breed
o To introduce new variation to numerically small breed
o To introduce a single gene for a favourable characteristic to an
existing breed (introgression)
o To exploit heterosis or hybrid vigor

Anda mungkin juga menyukai