SULFA
HP 0852 4268 5043
KAPAN PANCASILA ?
- SOEKARNO -
I. Pancasila (Nilai2 Pancasila) Pada
Masa Kerajaan Nasional:
Sriwijaya dan Majapahit
Nilai2 Pancasila Kerajaan Sriwijaya
Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama
Budha dan Hindu hidup berdampingan secara damai.
Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan
India (Dinasti Harsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar
di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas
dan aktif.
Nilai sila ketiga, sebagai Negara maritim, menerapkan konsep
Negara kepulauan, sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.
Nilai sila keempat, memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi (Indonesia sekarang) Siam, dan Semenanjung Melayu.
Nilai sila kelima, menjadi pusat pelayanan dan perdagangan,
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
Nilai2 Pancasila Kerjaan Majapahit
Pengamalan Sila 1, terbukti pada waktu agama Hindu dan
Budha hidup berdampingan secara damai
Sila ke 2, yaitu hubungan Raja Hayam Wuruk dengan
kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja.
Sila ke 3, keutuhan kerajaan, khususnya Sumpah Palapa.
“saya tidak akan makan buah palapa sebelum nusantara
bersatu”
Sila ke 4, nilai-nilai musyawarah dan mufakat juga telah
dilakukan oleh system pemerintahan kerajaan Majapahit.
Sila ke 5, ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya sebagai negara agraris
Bahkan pada masa Kerajaan Majapahit, istilah Pancasila
dikenali yang terdapat dalam buku Nagarakertagama
karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Empu
Tantular.
Dalam buku tersebut istilah Pancasila di samping mempunyai
arti “berbatu sendi yang lima” (dalam bahasa Sansekerta),
juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima”
(Pancasila Krama), yaitu
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras
(Darmodihardjo, 1978: 6).
II. Nilai Pancasila Pada Masa
Penjajahan (Belanda)
• Timbulnya kesadaran bersama “nasionalisme” (kebangkitan nasional
20 Mei 1908) akibat kegagalan melakukan perlawanan sendiri-
sendiri melawan Belanda.
• Satu tonggak sejarah yang merefleksikan dinamika kehidupan
kebangsaan yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila adalah
termanifestasi dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928
yang berbunyi,
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang
satu, tanah air Indonesia;
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia;
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
III. Pancasila Pra Kemerdekaan
(Zaman Penjajahan Jepang)
Dr. Radjiman Wediodiningrat,
selaku Ketua Badan dan Penyelidik Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr.
Usaha Persiapan Kemerdekaan Muhammad Yamin mengusulkan calon
(BPUPK), pada tanggal 29 Mei 1945, rumusan dasar negara Indonesia sebagai
meminta kepada sidang untuk berikut:
mengemukakan dasar (negara) 1) Peri Kebangsaan
Indonesia merdeka. 2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
Prof. Dr. Soepomo pada tanggal 5) Kesejahteraan Rakyat.
30 Mei 1945 mengemukakan
teori-teori Negara, yaitu: Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang
1) Teori negara perseorangan mengusulkan lima dasar negara yang terdiri dari:
(individualis) 1) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2) Paham negara kelas 2) Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3) Paham negara integralistik. 3) Mufakat (demokrasi)
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan Yang Maha Esa
(Berkebudayaan) (Kaelan, 2000: 37-40)
Rumusan Dasar Negara Soepomo
(31 MEI 1945)
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan Lahir dan Batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat
PIAGAM JAKARTA 22-6-1945
1. Ketoehanan, dengan kewajiban mendjalankan sjariat Islam
bagi pemeloek-pemeloeknja
3. Persatoean Indonesia
Jakarta 17-8-1945
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta
Isi Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945 sesuai dengan semangat
yang tertuang dalam Piagam Jakarta
tanggal 22 Juni 1945.
Piagam Jakarta berisi garis-garis
pemberontakan melawan imperialisme-
kapitalisme dan fasisme serta memuat dasar
pembentukan Negara Republik Indonesia
Konstituante
mengalami kebuntuan
pada bulan juni 1959
Apa kemudian Isi dari DEKRIT
PRESIDEN tersebut?
Melatarbelakangi
munculnya Era Orde
Baru
VIII. Pancasila Era Orde Baru
Pada peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 1967
Presiden Soeharto mengatakan, “Pancasila makin
banyak mengalami ujian zaman dan makin bulat
Soekarno
tekad kita mempertahankan Pancasila”. Selain itu,
dilengserkan oleh
Presiden Soeharto juga mengatakan, “Pancasila sama
MPRs, dan Jend.
sekali bukan sekedar semboyan untuk
Soeharto
dikumandangkan, Pancasila bukan dasar falsafah
kemudian
negara yang sekedar dikeramatkan dalam naskah
memegang kendali
UUD, melainkan Pancasila harus diamalkan
(Setiardja, 1994: 5)
pada tahun 1968 Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 1968
yang menjadi panduan dalam mengucapkan Pancasila sebagai dasar negara, yaitu:
Satu : Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa
Dua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Tiga : Persatuan Indonesia
Empat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
Lima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Instruksi Presiden tersebut mulai berlaku pada tanggal 13 April 1968.
Pada tanggal 22 Maret 1978 ditetapkan ketetapan (disingkat TAP) MPR
Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)
Pancasila hanya
dijadikan sebagai
legitimasi kekuasaan
Lunturnya
Nilai-Nilai
Pancasila
Pancasila menjadi dasar Negara Republik
Indonesia secara normatif, tercantum dalam
ketetapan MPR. Ketetapan MPR Nomor
XVIII/MPR/1998 Pasal 1 menyebutkan bahwa
“Pancasila sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara” (MD, 2011).
Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila pun menjadi
sumber hukum yang ditetapkan dalam Ketetapan MPR
Nomor III/MPR/2000 Pasal 1 Ayat (3) yang menyebutkan,
“Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana
yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia, dan batang tubuh Undang-Undang Dasar
1945”.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
menyebutkan dalam penjelasan Pasal 2 bahwa: Penempatan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
adalah sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, dan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
.
Menempatkan Pancasila sebagai dasar
dan ideologi negara serta sekaligus
dasar filosofis negara sehingga setiap
materi muatan Peraturan Perundang-
undangan tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila
Reformasi