Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KETERAMPILAN SEJARAH

"Perbaikan-perbaikan
Pada Masa Reformasi"

Nama : Azkia Zainina


Absen : 05
Kelas : XII MIPA 1
Reformasi adalah suatu perubahan tatanan kehidupan lama dengan tatanan kehidupan yang
baru yang bertujuan ke arah perbaikan kehidupan di masa depan. Orang yang mendukung
reformasi disebut dengan reformis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reformasi berarti perubahan secara drastis
untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara.
Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada 1998 merupakan suatu gerakan untuk
mengadakan perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum. Gerakan ini
muncul karena keadaan keadaan masyarakat Indonesia sejak terjadinya krisis moneter dan
ekonomi sangat terpuruk.
Masalah yang dihadapi Pemerintah Indonesia saat itu ialah sulitnya kebutuhan sembilan
bahan pokok (sembako) karena harganya yang sangat tinggi, sampai-sampai masyarakat pun
harus antre untuk membelinya.
Peristiwa ini ini diperparah dengan kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang semakin
tidak terkendali. Oleh karena itu, kemunculan gerakan reformasi bertujuan untuk
memperbaharui tatanan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara agar
kesejahteraan rakyat tercapai.
Beberapa agenda reformasi yang disuarakan para
mahasiswa antara lain sebagai berikut:
1. Adili Soeharto dan kroni-kroninya.
2. Amandemen UUD 1945.
3. Penghapusan Dwi fungsi ABRI.
4. Otonomi daerah yang seluas-luasnya.
5. Supremasi hukum.
6. Pemerintahan yang bersih dari KKN (korupsi,
kolusi, dan nepotisme).
Berikut ini beberapa perubahan-perubahan selama masa
reformasi yang paling menonjol.

1. Pengangkatan Habibie menjadi Presiden RI

B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden Indonesia pada 21 Mei 1998


setelah Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden RI. Presiden
Habibie bertekad mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN.

2.Kebebasan Berpendapat

Tidak seperti pada zaman Orba, kebebasan berpendapat pada masa


pemerintahan Presiden Habibie mendapatkan dukungan pemerintah.
Pemerintah mengizinkan rakyat mengadakan rapat umum maupun
demonstrasi. Namun, untuk demonstrasi tetap perlu mendapatkan
izin dari kepolisian.
3. Masalah Dwi Fungsi ABRI

Dwi Fungsi ABRI membuat ABRI berperan dalam kehidupan militer


dan juga dalam kehidupan sipil. Sehingga, ABRI punya peran lebih
dalam kehidupan masyarakat sipil yang menyebabkan menguatnya
peran negara pada masa Orba.

Oleh sebab itu, penghapusan Dwi Fungsi ABRI merupakan salah satu
tuntutan dalam reformasi 1998 ditanggapi pemerintah dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Jumlah anggota ABRI yang duduk di DPR dikurangi, dari 75 orang
menjadi 38 orang.
2. Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) memisahkan diri dari ABRI
pada 5 Mei 1999.
3. Istilah ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Udara
(TNI AU), Angkatan Darat (TNI AD), dan Angkatan Laut (TNI AL).
4. Reformasi Bidang Hukum
Kebijakan hukum pada masa Orde Baru lebih bersifat konservatif dan
elitis, artinya pelaksanaan hukum lebih mencerminkan keinginan
pemerintah dan menjadi alat pelaksanaan ideologi dan program
negara, membuat rakyat seakan-akan tidak punya hak hukum di
Indonesia.

Maka, Presiden Habibie melakukan reformasi hukum sebagai berikut:


1. Melakukan rekonstruksi atau pembongkaran watak hukum Orde
Baru, baik berupa Undang-Undang, peraturan pemerintah, maupun
peraturan menteri.
2. Melahirkan 69 Undang-Undang.
3. Penataan ulang struktur kekuasaan kehakiman.
5. Sidang Istimewa MPR

Sidang istimewa MPR dilaksanakan pada 10 – 13 November 1998.


Harapan dari sidang istimewa MPR adalah agar MPR bisa benar-
benar mewakili aspirasi rakyat dari berbagai kalangan. Namun, saat
sidang istimewa MPR berlangsung, suasana di luar gedung MPR/
DPR memanas karena tuntutan perubahan makin gencar melalui
demonstrasi mahasiswa dan kelompok masyarakat lainnya yang
menginginkan perubahan.

6. Pemilu 1999

Pemilu 1999 dilaksanakan pada 7 Juni 1999 dan diikuti oleh 48


partai.
7. Sidang Hasil Pemilu 1999

Sidang Umum MPR dilaksanakan 14 – 21 Oktober 1999 yang dimulai dengan


agenda mendengarkan pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie. Salah
satu penyebab ditolaknya pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie adalah
menyangkut pemberian referendum kepada Timor Timur yang membuat Timor
Timur lepas dari Indonesia.

Sebelum pembacaan pidato pertanggungjawaban ini, pada Sidang Umum MPR


dilaksanakan pemilihan ketua MPR dan DPR yang hasilnya:
Akbar Tanjung sebagai ketua DPR;
Amien Rais sebagai ketua MPR.

Lalu, pemilihan Presiden dengan 3 kandidat kuat, yaitu:


Megawati Soekarnoputri dari PDIP;
Abdurrahman Wahid dari PKB;
Yusril Ihza Mahendra dari PBB (kemudian mengundurkan diri).

Hasilnya,Abdurahman Wahid (Gus Dur) terpilih sebagai Presiden dan Megawati


sebagai Wakil Presiden.

Anda mungkin juga menyukai