Pembimbing :
dr. Rachmad Syuhada, Sp.M
Disusun oleh :
Kholilah, S. Ked
• Nama : Tn. A
• Usia : 41 tahun
• Agama : Islam
• Status : Menikah
• No. rm : 163015
ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan pada tanggal 03 November 2021, Pukul 10.00 di poli mata RSPBA
Keluhan Tambahan : Keluhan disertai kemerahan dan terasa nyeri di mata kanan
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga pernah mengalami keluhan serupa (-)
Tanda vital
Status Present Tekanan darah : 120/80 mmHg
Keadaan umum : Baik Nadi : 72x/menit
Kesadaran : kompos mentis Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
Status Oftalmologis
Pemeriksaan Oculi Dextra Oculi Sinistra
Pupil Bentuk bulat, reguler, diameter ± 3mm Bentuk bulat, regular, diameter ± 3mm
Iris Nodul koeppe’s (+) Coklat, kripte baik
TIO 10 11
RESUME
Tn.A datang ke poli RSPBA dengan keluhan penglihatan kabur sejak 1 minggu yang lalu.
Sebelumnya pasien memiliki riwayat operasi ablasio retina pada bulan agustus lalu, namun pasien
mengatakan matanya semakin kabur disertai kemerahan dan nyeri pada mata sebelah kanannya.
Pemeriksaan oftalmologis OD : visus 20/100, konjungtiva bulbi hiperemis, injeksi siliar (+), kornea
tampak keratic presipitat (+), bilik mata depan: Kedalaman dangkal , cell flare (+), pupil isokor, tepi
reguler diameter 3 mm, lensa jernih, TIO normal.
DIAGNOSIS DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA PROGNOSIS
Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang
meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris, dan koroid yang disebabkan oleh infeksi,
trauma, neoplasia, atau proses autoimun.
Uveitis dapat mengakibatkan peradangan jaringan sekitar seperti sklera, retina, dan
nervus optik sehingga memperburuk perjalanan penyakit dan meningkatkan komplikasi.
Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan.
Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan kabur, mata merah tanpa sekret
purulen dan pupil kecil atau irregular.
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
Klasifikasi The International Uveitis Study Group (IUSG) dan The Standardization of
Uveitis Nomenclatur (SUN) membagi uveitis berdasarkan anatomi, etiologi, dan
perjalanan penyakit.
• Secara anatomi, uveitis dibagi menjadi uveitis anterior, uveitis intermediet, uveitis
posterior, dan panuveitis
• Menurut etiologi, uveitis dibagi menjadi infeksi (bakteri, virus, jamur, dan parasit),
noninfeksi, dan idiopatik.
• Berdasarkan perjalanan penyakit, uveitis dibagi menjadi akut (onset mendadak dan
durasi kurang dari empat minggu), rekuren (episode uveitis berulang), kronik (uveitis
persisten atau kambuh sebelum tiga bulan setelah pengobatan dihentikan), dan remisi
(tidak ada gejala uveitis selama tiga bulan atau lebih).
UVEITIS ANTERIOR
UVEITIS ANTERIOR
• Uveitis anterior adalah inflamasi di iris dan badan siliar. Inflamasi di iris saja disebut iritis sedangkan
bila inflamasi meliputi iris dan badan siliar maka disebut iridosiklitis.
• Tanda uveitis anterior akut adalah injeksi siliar akibat vasodilatasi arteri siliaris posterior longus dan
arteri siliaris anterior yang memperdarahi iris serta badan siliar. Di bilik mata depan terdapat pelepasan
sel radang, pengeluaran protein (cells and flare) dan endapan sel radang di endotel kornea (presipitat
keratik).
UVEITIS INTERMEDIET
Uveitis intermediet adalah peradangan di pars plana yang sering diikuti vitritis dan uveitis posterior.
Penyebabnya sebagian besar idiopatik, sarkoidosis, multiple sclerosis, dan lyme disease. Selain itu,
dapat juga disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis, Toxoplasma, Candida, dan sifilis.
Gejala biasanya ringan yaitu penurunan tajam penglihatan tanpa disertai nyeri dan mata merah,
namun jika terjadi edema makula dan agregasi sel di vitreus (snowballs) penurunan tajam
penglihatan dapat lebih buruk.
UVEITIS POSTERIOR
Uveitis posterior adalah peradangan di koroid dan retina yang sering terjadi
di negara berkembang karena tingginya penyakit infeksi (toksoplasmosis,
tuberkulosis, HIV, sifilis). Pada kasus non-infeksi, uveitis posterior
disebabkan oleh koroiditis multifokal, birdshot choroidopathy, sarkoidosis,
dan neoplasma.
Uveitis posterior timbul perlahan namun dapat terjadi secara akut. Pasien
mengeluh penglihatan kabur yang tidak disertai nyeri, mata merah, dan
fotofobia.
Prognosis uveitis posterior lebih buruk dibandingkan uveitis anterior karena
menurunkan tajam penglihatan dan kebutaan apabila tidak ditatalaksana
dengan baik.
PANUVEITIS
Terapi uveitis ditujukan untuk menekan inflamasi, perbaikan struktur dan fungsi penglihatan,
menghilangkan nyeri serta fotofobia.
Kortikosteroid dan imunosupresan merupakan obat pilihan untuk mengatasi inflamasi
sedangkan NSAID untuk mengurangi nyeri dan sikloplegik untuk mencegah sinekia posterior.
Antimikroba diberikan bila uveitis disebabkan oleh infeksi.
Penyakit yang mendasari uveitis harus diatasi secara komprehensif untuk mencegah
perburukan, komplikasi dan kebutaan.
Terapi bedah diindikasikan untuk memperbaiki penglihatan. Operasi dilakukan pada kasus
uveitis yang telah tenang (teratasi) tetapi mengalami perubahan permanen akibat komplikasi
seperti katarak, glaukoma sekunder, dan ablasio retina.
Kekeruhan vitreus sering terjadi pada uveitis intermediet dan posterior sedangkan
neovaskularisasi diskus optik dan retina sering menimbulkan perdarahan vitreus. Vitrektomi
ditujukan untuk memperbaiki tajam penglihatan bila kekeruhan menetap setelah pengobatan
ABLASIO RETINA
Terpisahnya lapisan neurosensoris retina (sel kerucut dan sel batang) dari
lapisan epitelium berpigmen
Antara lapisan neurosensorik retinal dengan lapisan epitel pigmen tidak
terdapat suatu perlekatan structural -> titik lemah yang potensial untuk
lepas.
KLASIFIKASI