Anda di halaman 1dari 31

FARMAKOKINETIKA

DISPOSISI OBAT
PENGANTAR
 [C](t) = I(t) * fd(t)
 Pada model kompartemen terbuka, fungsi konsentrasi obat
dalam tubuh (plasma) digambarkan sebagai perkalian antara
fungsi Input dan fungsi disposisi
 Fungsi input „I(t)“ dan proses ini menggambarkan
bagaimana suatu xenobiotika mencapai sirkulasi sistemik
 Fungsi disposis“fd(t)“ merangkum poses distribusi dan
eliminasi
PENGANTAR
PENGANTAR  Volum darah yang dipompakan oleh
jantung permenit dikenal dengan “Curah
Jantung (VJM)”
 VJM = 5,5 L/menit pada istirahat
 Tekanan sistole = 120 mm Hg,
mengakibatkan darah mengalir liner
dengan laju aliran 300 mm/sec melewati
aorta.
 Pada laju aliran seperti iniobat akan
sangat cepat tercampur dangan
darah, dan
 Molekul obat akan terdifusi sangat
cepat → sistem jaringan pembuluh
kapiler darah sampai pada ruang
interstisial → dan akhirnya masuk
kedalam sel melalui membran sel
menuju sitoplasma sel
FISIOLOGIS DISTRIBUSI OBAT
 Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses distribusi
 faktor biologis:
 laju aliran darah dari organ dan jaringan,
 sifat membran biologis
 perbedaan pH antara plasma dan jaringan
 faktor sifat molekul xenobiotika
 ukuran molekul
 ikatan antara protein plasma dan protein jaringan
 kelarutan
 sifat kimia
PENGARUH UKURAN PARTIKEL
DIFUSI DAN TEKANAN
HIDROSTATIK
DIFUSI DAN TEKANAN
HIDROSTATIK
 Difusi
 Koefisien partisi adalah ratio konsentrasi obat dalam fase
minyak (dalam praktis digunakan oktanol) dengan
konsentrasi obat dalam air (pH 7)
 Difusi merupakan proses transpor transmembran yang utama
dalam sistem biologi
 Konsekuensinya koefisien partisi obat merupakan faktor
penentu terhadap laju distribusi obat dalam tubuh
organisme
DIFUSI DAN TEKANAN
HIDROSTATIK
 Tekanan hidrostatika
 menggambarkan perbedaan tekanan antara tekanan pada
akhir dari pembuluh kapiler arteri menuju jaringan
dengan tekanan pada pembuluh kapiler vena yang
meninggalkan jaringan
 Tekanan darah di dalam pembuluh kapiler rata-rata (18 mm
Hg) dan tekanan rata-rata di dalam jaringan adalah (-6 mm
Hg)
 Yaitu: 24 mm Hg
DIFUSI DAN TEKANAN
HIDROSTATIK
 Tekanan Hidrostatik mengakibatkan:
 menyebabkan penetrasi obat larut air menuju ruang antar sel
endotel juga mungkin menuju limpe.
 sebagai gaya pendorong pada proses filtrasi di glumerolus
ginjal
 aliran darah dari pembuluh kapiler arteri menuju jaringan
dan kembali menuju kapiler pembuluh vena.
 berpengaruh pada laju distribusi obat ke seluruh tubuh.
WAKTU PARUH DISTRIBUSI, LAJU
ALIRAN DARAH DAN PENGAMBILAN
OBAT OLEH JARINGAN
 Difusi merupakan jalur utama transpor
transmembran obat, pengaruh difusi dan aliran
darah pada laju distribusi obat dapat
dikelompokkan:
 Laju distribusi yang dibatasi oleh laju
aliran darah
 Berlaku untuk obat-obat dengan
koefisien partisi optimum (obat-obat
non polar)
 Laju distribusi yang dibatasi oleh
permeabilitas obat
 Obat-obat polar (dengan koefisien
partisi rendah) umumnya memiliki
laju difusi yang lambat
WAKTU PARUH DISTRIBUSI, LAJU ALIRAN DARAH
DAN PENGAMBILAN OBAT OLEH JARINGAN
 Waktu yang diperlukan oleh obat untuk terdistribusi sempurna ditentukan oleh:
 laju aliran darah
 ukuran jaringan,dan
 daya simpan jaringan terhadap obat tersebut
 Waktu di atas biasanya dinyatakan dengan t½ distribusi,
 Faktor penentu dirumuskan:
 kd = Q/VR
 kd = konstanta laju distribusi
 Q = laju aliran darah menuju organ
 V = volume organ
 R = ratio konsentrsi obat dalam organ dengan konsentrasi obat di darah (vena)
 R dioptimasikan dari harga koefisien partisi obat (oktanol/air)
 t½ distribusi, = 0,693 / kd
IKATAN PROTEIN
 Merupakan ikatan obat dengan protein plasma, jaringan, atau
makromolekular lain seperti melanin atau DNA membentuk suatu
kompleks obat-makromolekul
 bersifat reversible (ikatan kimia lemah: ikatan dipoldipol, ikatan hidrogen “gaya Van
der Waals”
 Protein utama yang berikatan dengan obat:
 Albumin (BM = 65.000)
 α-asam glikoprotein (BM = 44.000)
 Lipoprotein (BM = 200.000 s/d 3.400.000)
IKATAN PROTEIN
 Faktor-faktor yang berpengaruh pada ikatan protein obat
 Obat
 Sifat fisikokimia obat
 Konsentrasi obat dalam tubuh
 Protein
 Jumlah protein yang tersedia untuk ikatan obat protein
 Kualitas atau sifat fisikokimia protein yang disintesa
 Afinitas antara obat dan protein meliputi besarnya tetapan asosiasi
 Interaksi obat
 Kompetisi obat dengan zat lain pada tempat ikatan protein
 Perubahan protein oleh substansi yang memodifikasi afinitas obat terhadap
protein, sebagai contoh aspirin mengasetilasi residu lisin dari albumin.
 Kondisi patofisiologik dari pasien,
 Sebagai contoh: ikatan obat protein dapat menurun pada penderita uremia
dan penderita penyakit hepatik
PENGARUH IKTAN PROTEIN PADA
DISPOSISI OBAT
PENGARUH IKATAN PROTEIN PADA
VD
PENGARUH IKATAN PROTEIN PADA
VD
PENGARUH IKATAN PROTEIN PADA
VD
HUBUNGAN OBAT DALAM PLASMA – IKATAN
PROTEIN VS DISTRIBUSI DAN ELIMINASI
 Secara umum ikatan protein dapat menurunkan klierens obat
 Ikatan protein plasma meningkatan ukuran molekul sehingga akan
menurunkan laju difusi obat, berakibat pada
 Ikatan protein plasma mencegah obat memasuki hepatosit sehingga
akan menurunkan laju metabolisme obat
 Ikatan protein plasma menghambat obat melewati membran
grumerolus
 Fenomena di atas secara keseluruhan dapat menurunkan laju eliminasi obat
yang juga mengakibatkan perpanjangan waktu paruh obat
KINETIKA IKATAN PROTEIN
KINETIKA IKATAN PROTEIN
KINETIKA IKATAN PROTEIN
PENENTUAN TETAPAN IKATAN DAN TEMPAT
IKATAN DENGAN METODE GRAFIK
PENENTUAN TETAPAN IKATAN DAN TEMPAT
IKATAN DENGAN METODE GRAFIK
PENENTUAN TETAPAN IKATAN DAN TEMPAT
IKATAN DENGAN METODE GRAFIK
PENENTUAN TETAPAN IKATAN DAN TEMPAT
IKATAN DENGAN METODE VIVO
HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI PROTEIN DAN
KONSENTRASI OBAT DALAM IKATAN PROTEIN
HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI PROTEIN DAN
KONSENTRASI OBAT DALAM IKATAN PROTEIN
KEMAKNAAN KLINIK IKATAN OBAT
PROTEIN
KEMAKNAAN KLINIK IKATAN OBAT
PROTEIN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai