Anda di halaman 1dari 81

BAHAN PERKERASAN JALAN

BAHAN PEMBENTUK PERKERASAN JALAN


(AGGREGAT)

Kuliah ke-3

DOSEN :
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DEBBY YULINAR PERMATA, ST., MT UNIVERSITAS SRIWIJAYA
AZTRI YULI KURNIA, ST., M.ENG
GANJIL 2021-2022
Definisi Agregat
• Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perkerasan jalan, karena jumlah yang dibutuhkan dalam campuran
perkerasan umumnya berkisar antara 90 % - 95 % dari berat total
campuran, atau 75 % - 85 % dari volume campuran (The Asphalt
Institute, 1989).

• ASTM mendefenisikan agregat sebagai suatu bahan yang terdiri


dari mineral padat, berupa massa berukuran besar ataupun
fragmen-fragmen termasuk di dalamnya antara lain: pasir, kerikil,
agregat kasar, dan abu (debu) agregat.

• Agregat merupakan partikel batuan yang dapat digunakan sebagai


bahan perkerasan jalan dengan atau tanpa bahan pengikat
Pengelompokan Agregat
Berdasarkan sumbernya agregat dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok yaitu:
• Agregat alam (natural aggregates), yaitu agregat yang secara
alamiah terdapat di alam dan digunakan sebagai bahan perkerasan
jalan dengan atau tanpa pemrosesan
• Agregat buatan (artificial aggregates) yaitu jenis agregat yang
dibuat melalui proses kimia atau thermal, contoh agregat jenis ini
adalah batu bata, alwa dan sebagainya
• Agregat hasil pemrosesan (by-product aggregates) yaitu agregat
yang dihasilkan sebagai produk sampingan (waste materials) dari
suatu proses industri, contoh jenis agregat ini adalah abu terbang
(fly ash), slag dan lain sebagainya.
Agregat
• Untuk menentukan agregat yang baik maka agregat dapat
diklasifikasikan dan diidentifikasi menurut ukuran, kebersihan,
kekuatan, kekerasan, bentuk butiran, tekstur permukaan,
porositas, komposisi pembentuknya dan kelekatannya terhadap
aspal juga mengenai ketersediaan agregat, kemudahan
mendapatkannya, harga dan jenis gradasi agregat yang
digunakan
Sifat Penting Agregat
Asphalt Institute (1996), menyebutkan ada dua sifat penting agregat
yang harus diketahui yaitu :
• sifat yang merupakan kesepakatan (consensus properties)
sifat utama agregat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan
campuran beraspal dengan kinerja tinggi, yang termasuk dalam
sifat-sifat ini adalah angularity, kepipihan dan kadar lempung
dalam agregat

• Source properties agregat biasanya digunakan untuk mengetahui


kualitas sumber-sumber agregat. Yang termasuk dalam source
properties agregat adalah kekerasan, keawetan dan kandungan
material yang tidak diinginkan dalam agregat
Pemilihan Agregat
• Agregat yang akan digunakan sebagai bahan
perkerasan jalan tergantung dari :
• tersedianya bahan setempat
• mutu bahan
• bentuk/jenis konstruksi yang digunakan
Agregat Kasar
• Spesifikasi Bina Marga (2010-revisi 2) menyatakan bahwa agregat
kasar terdiri dari batu pecah dan kerikil pecah yang tertahan pada
saringan no.4 atau ukuran saringan 4,75 mm

• Agregat kasar harus bersih, kuat dan bebas dari bahan yang tidak
dikehendaki lainnya

• Fungsi agregat kasar dalam campuran panas aspal adalah


memberikan stabilitas dalam campuran dan sebagai pengisi mortar
sehingga campuran menjadi ekonomis
Agregat Kasar
• Agregat kasar harus mempunyai ketahanan yang cukup
terhadap abrasi, terutama untuk penggunaan agregat sebagai
agregat lapis aus permukaan perkerasan.

• Agregat kasar harus awet, mempunyai kekekalan bentuk dan


mempunyai muka bidang pecah (angularitas) yang cukup
untuk memberikan daya dukung/stabilitas kepada campuran
beraspal
Sifat Agregat Kasar
 Sifat kekuatan dan keawetan
• Gradasi Agregat
• Keras => dg alat LA
• Kadar Lempung => maksimal 5%
• Bentuk butir=> bundar, lonjong, kubus,pipih, tidak beraturan
• Tekstur permukaan => makin kasar agragat makin besar
stabilitas dan ketahanan perkerasan jalan
Sifat Agregat Kasar
Kemudahan melekatnya aspal pada agregat
• Jenis agregat
• Porositas => makin poros agregat maka makin banyak kadar
aspal yang terserap shg makin boros penggunaan aspal
• Material yang melapisi permukaan => minyak, oksida, air,
tanah
Spesifikasi Agregat Kasar
Agregat Halus
• Menurut spesifikasi Bina Marga agregat halus adalah material yang
lolos saringan no.4 (4,75 mm) dan tertahan pada saringan no.200
(75 micron)

• Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, kering, kuat,


awet dan bebas dari gumpalan-gumpalan lempung dan bahan-
bahan lain yang mengganggu serta terdiri dari butir-butir yang
bersudut tajam dan mempunyai permukaan yang kasar.
Agregat Halus
• Agregat halus berfungsi untuk menambah stabilitas dari campuran
dengan memperkokoh sifat saling mengunci (interlocking) dari
agregat kasar

• Aagregat halus juga berfungsi untuk mengurangi rongga udara


dalam campuran dan menaikkan luas permukaan (surface area)
dari agregat sehingga akan menaikkan kadar aspal, hal ini akan
membuat campuran menjadi lebih awet (durable).
Spesifikasi Agregat Halus
Bahan Pengisi (Filler)
• Bahan pengisi (filler) merupakan bahan campuran yang mengisi
ruang antara agregat halus dan kasar yang akan meningkatkan
kepadatan, Debu batu (stonedust) dan bahan pengisi yang
ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan
• Bahan yang lolos saringan No.200 (75 micron) tidak kurang dari
75% terhadap beratnya (Kementerian PU, 2010).
• Filler dalam campuran berfungsi untuk memodifikasi gradasi
agregat halus dan bersama-sama aspal membentuk adukan sebagai
pelumas dan mengikat agregat halus pada adukan
• Filler dapat meningkatkan viskositas aspal dan mengurangi
kepekaan temperatur, selain itu sebagian diserap oleh aspal
sehingga meningkatkan volume.
• Partikel filler mengisi ruang antara agregat halus dan agregat kasar
sehingga memberikan konstribusi untuk meningkatkan kepadatan
• Analisa Saringan
• Pengujian Berat Jenis Agregat dan Penyerapan Agregat
• Pengujian Berat Isi Agregat
• Pengujian Agregat Terhadap Kekuatan Tumbukan
• Pengujian Kekuatan Agregat Terhadap Tekanan
• Pengujian Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles
• Pemeriksaan Indeks Kepipihan dan Kelonjongan
• Pengujian Pelapukan Agregat dengan Sodium Sulfat atau

Agregat Magnesium Sulfat


• Pemeriksaan Kadar Lumpur
• Pengujian Kelekatan Aspal Keras Pada Agregat

16
Analisa Saringan
(SK SNI M-0801890-F/AASHTO t 27-88/ASTM C 136-84A)

17
tujuan
• Tujuan dilaksanakannya pengujian ini adalah untuk
memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran
baik agregat halus, sedang maupun agregat kasar. Distribusi
yang diperoleh dapat ditunjukkan dalam tabel atau grafik. (SNI
03-1968-1990)

• Metode uji ini terutama digunakan untuk menentukan gradasi


material berupa agregat.

18
Cara Penentuan Gradasi Agregat
• Penentuan Gradasi secara grafis yaitu dengan cara memplot hasil
analisis saringan ke dalam grafik semi logaritma. Dari pola kurva yang
terbentuk akan terlihat jenis gradasi agregat yang bersifat well graded,
poorly graded dan gap graded
• Penentuan Gradasi agregat dengan cara analitis yaitu dengan cara
membuat suatu parameter koefisien keseragaman/uniformity coefficient
(Cu) dan parameter koefisien kurvatu/curvature coefficient (Cc).
hasilnya bersifat eksak.
Persamaan parameter dapat dilihat berikut:

dimana Dx = ukuran sampai x% lolos saringan


Cara Penentuan Gradasi Agregat
Angka Cu yang kecil menandakan agregat tersebut kurang lebih
seragam. Bersama Cc dan Cu dapat diklasifikasikan gradasi
agregat, yaitu:

• Cc > 35 dan Cu < 6  Well graded


• Cc > 15 dan Cu < 6  Medium graded
• Cc < 15 dan Cu < 6  Poorly graded
• Cu > 35 dan Cc > 6  Gap graded (senjang)
Gradasi Agregat
a. Agregat bergradasi seragam (single size/uniform
graded)
b. Agregat bergradasi pekat/rapat (dense-graded)
c. Agregat bergradasi senjang (gap-graded)
Gradasi Agregat
 Agregat bergradasi seragam (uniform graded)
• Agregat yang hanya terdiri dari butir-butir agregat berukuran sama atau
hampir sama.
• Gradasi seragam ini disebut juga gradasi terbuka (open graded) karena hanya
mengandung sedikit agregat halus sehingga terdapat banyak rongga/ ruang
kosong antar agregat.
• Agregat bergradasi seragam akan memiliki kelenturan yang baik, namun
stabilitas yang kurang/kecil

 Agregat bergradasi rapat (dense graded)


• Gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat kasar sampai halus,
sehingga sering juga disebut gradasi menerus, atau gradasi baik (well
graded).
• Campuran beraspal dengan gradasi ini memiliki stabilitas yang tinggi,
mempunyai pori sedikit dan mudah dipadatkan
Gradasi Agregat
 Gradasi senjang (gap graded)
• Gradasi agregat dimana ukuran agregat yang ada tidak
lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya
sedikit sekali.
• Campuran beraspal dengan gradasi ini memiliki kualitas
peralihan dari keadaan campuran dengan gradasi yang
disebutkan di atas.
Gradasi Agregat
• Agregat bergradasi kasar adalah agregat yang mempunyai susunan
ukuran menerus dari kasar sampai halus, tetapi dominan berukuran
kasar
• Agregat bergradasi halus adalah agregat yang mempunyai susunan
ukuran menerus dari kasar sampai halus, tetapi dominan berukuran
halus
Gradasi agregat
1. Gradasi Menerus (skematis)
Proporsi

Grafik
Komulatif

Ukuran
Butir
Grafik Ilustrasi Setting

- Prinsip Interlocking
- Sifat Kaku
- Kebutuhan Aspal Sedang
Ilustrasi Gradasi
Gradasi agregat
2. Gradasi Seragam (skematis)
Proporsi

Grafik
Komulatif

Ukuran
Butir
Grafik Ilustrasi Setting
Dominasi
Ukuran

- Sifat Kasar
- Kebutuhan Aspal Khusus
Ilustrasi Gradasi
Gradasi agregat
3. Gradasi Senjang (skematis)
Proporsi

Grafik
Komulatif

Ukuran
Butir
Grafik Ukuran Ilustrasi Setting
yang
hilang

- Sifat Lentur
- Kebutuhan Aspal Tinggi
Ilustrasi Gradasi
Contoh Grafik Gradasi
100%

90%

80%

70%

60%

% Lolos
50%

40%

30%

20%

10%

0%
0,01 0,1 1 10 100
No. Saringan
Pengujian Berat Jenis dan
Penyerapan Agregat Kasar

29
Tujuan
Untuk menentukan berat jenis bulk, berat jenis kering
permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu (apparent) dan
penyerapan air dari agregat kasar.

30
prosedur
Prosedur pengujian berdasarkan SNI 03-1969-1990 adalah sebagai
berikut:
1) Menyiapkan agregat yang tertahan saringan No.4 sebanyak 5 kg;
2) Mencuci benda uji dan mengeringkan dalam oven pada suhu (1105)oC
sampai beratnya tetap;
3) Mendinginkan benda uji pada suhu kamar 1-3 jam, kemudian timbang
(Bk);
4) Merendam benda uji pada suhu kamar selama 24±4 jam;
5) Mengeluarkan benda uji dari air, mengelap dengan kain penyerap sampai
selaput air pada permukaan hilang;
6) Menimbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj);
7) Meletakkan benda uji dalam keranjang, goncang untuk mengeluarkan
udara yang tersekap dan menentukan berat benda uji dalam air (Ba);
prosedur
8) Menghitung berat jenis dan penyerapan agregat kasar dengan rumus sebagai
berikut:

Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj = berat benda uji kering-permukaan jenuh (gram)
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air (gram)
Pengujian Berat Jenis dan
Penyerapan Agregat halus
Tujuan
Menentukan berat jenis bulk, berat jenis kering
permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu (apparent) dan
penyerapan air dari agregat halus.

34
Prosedur
Prosedur pengujian berdasarkan SNI 03-1970-1990 adalah sebagai berikut:

1) Menyiapkan agregat yang lewat saringan No.4 sebanyak 1000 gram;


2) Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu (1105)oC sampai beratnya
tetap (berat tetap adalah keadaan berat uji selama 3 kali proses penimbangan dan
pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak
mengalami perubahan kadar air lebih besar dari 0,1%). dinginkan benda uji pada
suhu ruang, kemudian merendam selama 24±4 jam;
3) Membuang air dengan hati-hati, tebar agregat dalam talam, mengeringakan di
udara panas hingga tercapai kondisi kering permukaan.
Memeriksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji
kedalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25
kali, angkat kerucut terpancut. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila
benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak;
Prosedur
4)Setelah tercapai kondisi kering permukaan jenuh memasukkan 500
gram benda uji dalam piknometer, kemudian masukkan air suling
hingga 90% isi piknometer, putar sambil diguncang sampai tidak
terlihat gelembung udara didalamnya. Untuk mempercepat proses ini
dapat dipergunakan pompa hampa udara, namun perlu diperhatikan
jangan sampai ada air yang ikut terhisap;
5) Merendam piknometer dalam air dengan suhu 25oC, sampai air
terlihat lebih jernih dan agregat halus berada dibawah;
6) Menambahkan air sampai mencapai tanda batas;
7) Menimbang piknometer berisi air dan benda uji (Bt);
8) Mengeluarkan benda uji, mengeringkan dalam oven suhu
(110±5)oC, sampai berat tetap, kemudian dinginkan dan timbang (Bk);
9) Menentukan berat piknometer berisi air penuh dengan suhu air 25oC
(B);
prosedur
10) Menghitung berat jenis dan penyerapan agregat halus dengan
rumus sebagai berikut:
Gambar
Bentuk keruntuhan

Bentuk keruntuhan
untuk kondisi basah,
SSD, sampai dengan
kering
Pengujian Berat Isi Agregat
(Unit Weight)

40
Tujuan
 Untuk menentukan berat isi agregat dan penetapan rongga
udara (air void).
 Berat isi adalah perbandingan antara berat benda yang
mengisi suatu wadah dengan volume wadah tersebut.
 Benda uji  agregat kasar material tertahan saringan no. ½”
dan ¾”.

41
Perhitungan
Kekerasan /Keausan Agregat
(toughness)

• Pengujian Agregat Terhadap


Kekuatan Tumbukan
(Impact)

• Pengujian Kekuatan Agregat


Terhadap Tekanan
(Crushing)

• Pengujian Keausan Agregat


Dengan Alat Abrasi Los
Angeles (Abrassion)
Pengujian Agregat Terhadap
Kekuatan Tumbukan (Impact)
• Tujuan
Mengukur kekuatan sampel agregat terhadap beban tumbukan
sebagai salah satu simulasi kemampuan agregat terhadap rapid
load.
Prosedur
• Ambil kira-kira setengah dari sampel yang telah disiapkan dan
timbang sebagai A gr.
• Masukan sampel dalam cup (Cylindrial Steel Cup) sedemikian rupa
hingga tidak melebihi tinggi cup (50 mm). Sampel dimasukkan ke
dalam cup dengan sedikit ditekan atau dipadatkan dengan tangan.
• Letakan Mesin Impact Agregat pada lantai datar dan keras, seperti
lantai beton
• Letakan cup berisi sampel pada tempatnya dan pastikan letak cup
sudah baik dan tidak akan bergeser akibat tumbukan palu.
• Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan
permukaan sampel 3805 mm.
Prosedur
• Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel.
Angkat palu pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas).
Tumbukan dilakukan sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu
tumbukan tudak lebih dari satu detik
• Setelah selesai saring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama
satu menit dan timbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram
yang dinyatakan sebagai B gr dan yang tertahan sebagai C gr.
Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama proses tersebut. Jika
jumlah berat agregat yang lolos dan tertahan berbeda 1 gram dengan
berat awal (A) maka pengujian harus diulangi.
Perhitungan
Alat Uji Tumbukan

Aggregate
Impact Machine
Pengujian Kekuatan Agregat Terhadap
Tekanan (Crushing)
→ Untuk mengukur kekuatan relatif agregat terhadap tekanan
(crushing)
→ Sebagai salah satu simulasi kemampuan agregat terhadap slow
load.

Aggregate Crushing Value (ACV) dihitung dengan rumus:


dimana:
B
ACV   100%
A

ACV = Aggregate Crushing Value (%)


A = Berat awal sampel (gr)
B = Berat sampel lolos saringan 2,36 mm (gr) 49
Prosedur
1) Ambil kira-kira setengah dari sampel yang telah disiapkan dan timbang
sebagai A gr.
2) Masukan sampel pada Silinder Pengujian. Kedalaman sampel dalam
silinder adalah sekitar 100 mm. Sampel dipadatkan dalam dalam tiga
lapisan dengan tebal yang sama dan masing-masing lapisan dipadatkan
dengan 25 tumbukan.
3) Letakan Mesin Crushing Agregat pada lantai datar dan keras, seperti
lantai beton
4) Letakan silinder pengujian pada baseplate dan atur plunger (penekan)
diatasnya.
5) Kemudian sampel ditekan melalui plunger selama 10 menit dengan
beban 40 kN dengan mesin penekan.
Prosedur
6)Lepaskan beban dan pindahkan benda uji yang sudah ditekan pada
sebuah wadah. Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama
pemindahan atau yang tertinggal di dalam silinder.
7)Saring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama satu menit dan
timbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang dinyatakan
sebagai B gr. Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama proses
tersebut. Jika jumlah berat agregat yang lolos dan tertahan saringan 2,36
mm berbeda 1 gram dengan A, maka pengujian harus diulangi.
8)Ulangi prosedur tersebut untuk sisa sampel berikutnya.
Alat Uji Tumbukan dan
Tekanan

Silinder Pengujian

Aggregate
Crushing Machine
Pengujian Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles
(Abrassion)

• Tujuan adalah untuk mengetahui durabilitas agregat dengan


cara mekanis dengan menggunakan alat Los Angeles
Abrasion Test. Pemeriksaan ini adalah untuk agregat kasar
yang lebih kecil dari 37,5 mm (1 ½”).

53
Prosedur
Prosedur pengujian keausan agregat berdasarkan SNI 2417:2008
adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan benda uji (cuci dan oven) dengan berat dan gradasi
sesuai dengan ketentuan tabel, timbang berat contoh total;

2) Memasukkan contoh bersama-sama dengan 11 (sebelas) bola besi


dengan berat 4.58425 gram ke dalam mesin abrasi Los Angeles;
3) Putar mesin pada kecepatan 30 sampai 33 putaran per menit.
Sebanyak 500 putaran. Kemudian mengeluarkan contoh dari mesin
Los Angeles;
Prosedur
4) Melakukan penyaringan dengan menggunakan sariangan No.12
(1,7 mm);
5) Mencuci butir-butir yang tertahan saringan No.12 (1,7 mm) dan
keringkan pada suhu (1105)oC sampai beratnya tetap;
6) Menimbang bahan yang tertahan saringan No.12 (1,7 mm);
7) Menghitung hasil penghujian dengan rumus berikut:
Alat Uji Abrasi

Los Angeles Abrasion Test


Pengujian Kepipihan dan
Kelonjongan

57
Kepipihan dan Kelonjongan
• British Standard Institution, BSI, (1975) membagi bentuk-bentuk
agregat dalam enam kategori, yaitu bulat (rounded), tidak beraturan
(irregular), bersudut (angular), pipih (flaky), lonjong (elongated),
pipih dan lonjong (flaky and elongated).

• Kategori bulat, tidak beraturan, dan bersudut untuk keperluan


tertentu dikelompokan dalam satu kategori, yaitu berdimensi
seragam (equidimensional atau cuboidal).
Kepipihan dan Kelonjongan
• Suatu agregat dikatakan pipih, lonjong, pipih dan lonjong, atau
berdimensi seragam ditentukan berdasarkan perbandingan antara
diameter terpendek, terpanjang dan rata-ratanya.

• Sebagai ilustrasi, untuk sebuah agregat berbentuk balok maka


diameter terpendek adalah tebalnya, diameter terpanjang adalah
panjangnya dan diameter rata-rata adalah lebarnya.
Bentuk Butir Agregat

i.Rounded; ii. Irregular; iii. Angular; iv. Flaky;


v. Elongated; vi. Flaky and Elongated
Kepipihan dan kelonjongan
• Bentuk agregat pipih dan atau lonjong tidak disukai dalam
struktur perkerasan jalan karena sifatnya yang mudah patah
sehingga dapat mempengaruhi gradasi agregat, interlocking
dan menyebabkan peningkatan pororitas perkerasan tidak
beraspal
• Bina Marga masih menerima bentuk agregat pipih, yaitu
maksimal 25%. Tetapi penggunaannya dibatasi hanya untuk
lapisan pondasi
• Bentuk agregat bulat juga tidak disukai tetapi dapat
digunakan untuk kondisi perkerasan tertentu untuk lapisan
pondasi bawah atau lapisan pondasi saja. Maksimal
penggunaan tidak boleh lebih dari 40%, sedangkan untuk
lapisan pondasi bawah dapat lebih besar lagi.
Alat Uji – Bentuk Butir Agregat

Alat Pengukur
Kepipihan Agregat

Alat Pengukur
Kelonjongan Agregat
Perhitungan
• Indeks Kepipihan dihitung dengan rumus :

• Indeks Kelonjongan dihitung dengan rumus :

dimana :
• M2 = Total berat sampel yang memiliki persentase ≥ 5%
• M3F = Total berat sampel yang lolos alat pengujian kepipihan
• M3E = Total berat sampel yang tertahan alat pengujian kelonjongan
Pengujian Pelapukan Agregat dengan Sodium
Sulfat atau Magnesium (Soundness Test)

64
Tujuan

Mengukur durabilitas agregat terhadap proses pelapukan akibat


pengaruh alam dan juga proses pengausan secara kimia.

Gambaran Prosedur :

Agr. Kasar
Oven dan Rendam dalam Cuci ,
Cuci Benda
Saring sesuai Larutan lalu keringkan,
Uji
fraksi dioven saring, timbang
Agr. Halus

65
Pelapukan Agregat
(Soundness Test)
•Istilah soundness diartikan sebagai kemampuan agregat untuk
menahan perubahan volume yang berlebih, sebagai akibat dari
perubahan lingkungan fisik, seperti beku - cair (freeze-thaw),
perubahan panas. Soundness termasuk tes fisika-kimia (Physico-
chemical test).

A. Sodium Sulfat (NaSO4)


• Mr = 142,04 gr/Mol
• Titik Leleh = 884C
• Kelarutan dalam air pada 20C = 162 gr/L
• Sifat sangat higrokopis (sangat mudah mengikat H 2O) sehingga
dalam perlu dijauhkan dari air, uap air, atau udara terbuka.
Penyimpanan dapat menggunakan bahan plastik atau kaca asalkan
terbebas atau tidak dapat kontak langsung dengan udara terbuka.
Pelapukan Agregat
(Soundness Test)
B. Magnesium Sulfat (MgSO4)
• Mr = 120,36 gr/Mol
• Titik Leleh = 1124C
• Kelarutan dalam air pada 20C = 269 gr/L
• Secara umum sifatnya sama dengan Sodium Sulfat, demikian
juga penanganannya.
Prosedur pengujian
• Merendam sampel dalam larutan Sodium sulfat atau Magnesium
sulfat selama 16 - 18 jam dengan kedalaman perendaman
sekurang-kurangnya 12,70 mm;
• Menutup bak perendam untuk mengurangi penguapan;
• Menjaga suhu larutan perendam pada suhu (21 ±1) °C selama
perendaman;
• Sesudah masa perendaman, memindahkan sampel dari larutan;
• Meniriskan selama (15 ± 5) menit sebelum dikeringkan dalam
oven;
• Mengeringkan sampel pada suhu (110 ± 5) °C selama 2 - 4 jam;
Prosedur pengujian
• Ulangi percobaan dari tahap 1) s/d 6) paling sedikit 5 kali sampai
diperoleh hasil yang diharapkan;
• Setelah pengulangan akhir atau beberapa kali perendaman dan
pengeringan dan sampel menjadi dingin, mencuci sampel dengan
larutan Barium Clorida (BaCl2) untuk melarutkan Sodium Sulfat
atau Magnesium Sulfat yang melekat pada sampel;
• Mencuci sampel dengan menggunakan air yang mengalir pada suhu
(43±6)°C;
• Mengeringkan sampel sampai berat konstan pada suhu (110±5)°C;
Prosedur pengujian
Menyaring benda uji dengan saringan yang sama dengan saringan
yang dipakai pada saat sebelum perendaman untuk agregat halus,
sedangkan untuk agregat kasar gunakan saringan sebagai berikut:

Menimbang masing-masing sampel yang tertahan pada saringan


dan mencatat berat masing-masing sampel sebagai berat akhir
pengujian.
Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat
Halus (Sand Equivalent Test)

71
Tujuan
Mengetahui tingkat presentase lumpur dari suatu bahan
agregat halus atau pasir serta mengetahui perbandingan
relative antara bahan yang merugikan dengan bahan
agregat halus

72
Prosedur
• Masukan larutan yang telah dibuat ke dalam labu ukur plastic
dengan menggunakan sifon sampai setinggi 4 ± 0.1 in ( 101.6 ±
2.54 mm)
• Masukkan salah satu sample yang telah disiapkan dalam kaleng
pengukur ke dalam silinder dengan menggunakan corong untuk
menghindari tumpah di sekitar pinggir silinder
• Pukul-pukul bawah silinder dengan tangan beberapa kali untuk
melepaskan gelembung udara sehingga sample dapat terbasahi
seluruhnya
• Diamkan silinder dalam keadaan berdiri tanpa terganggu selama 10
± 1 menit
• Sesudah ± 10 menit, tutup silinder, kemudian sedikit dibalikkan
dan kocok untuk melonggarkan/melepaskan material
Prosedur
• Setelah dilongarkan, kocok dengan menggunakan pengguncang
mekanis selama 45 ± 1 detik atau dengan manual. Dengan manual
silinder diposisikan mendatar dengan kedua ujung dipegang tangan,
kemudian lakukan gherakan dari kiri ke kanan secara
mendatardengan lengan saja (badan dan bahu dalam kondisi rileks)
sebanyak 90 siklus dalam waktu 30 detik. Satu siklus diartikan
gerakan penuh dari kiri ke kanan
• Kembalikan silinder ke posisi semula dan buka tutup karet.
• Masukkan tabung irrigator sampai ke dasar silinder dan sambil
larutan dimasukkan, bersihkan sisa material yang berada di dinding
tabung. Sesampai di dasar berikan gerakan vertical dan berputar
sementara larutan terus mengalir dari ujung tabung irrigator sampai
ketinggian 15 in (318 mm)
• Angkat tabung irrigator secara perlahan tanpa mematikan aliran dan
tetap pertahankan ketinggian larutan 15 in
Prosedur
• Diamkan silinder tanpa terganggu selama 20 menit ± 15 detik.
Mulai perhitungan waktu ketika tabung irrigator telah dikeluarkan
• Pada akhir menit ke 20 baca permukaan atas sebagai skala Lumpur.
Jika tidak ada batas garis yang jelas, maka biarkan beberapa waktu
lagi sampai terbaca skala Lumpur dan catat bacaan waktu terakhir.
Jika waktu ini ternyata melebihi 30 menit, maka pengujian harus
diulangi lagi dengan ketiga benda ujia lainnya yang ada.
• Setelah pembacaan skala Lumpur,masukkan beban/kaki pemberat
ke dalam silinder dengan hati-hati, jangan sampai terbentur mulut
silinder ketika diturunkan, sampai menapak pada pasir tanpa
ditekan
• Setelah beban/kaki pemberat menyentuh pasir, lepaskan dan baca
skala pada batas atas indicator, kemudian kurangi 10 in (254mm).
Catat nilai ini sebagai skala pasir.
Perhitungan
Pengujian Kelekatan Aspal Keras Pada
Agregat (Affinity for Bitumen

77
Pengujian Kelekatan Aspal Keras Pada
Agregat (Affinity for Bitumen)
• Kelekatan aspal terhadap agregat adalah presentase luas
permukaan agregat yang terselimuti aspal terhadap
keseluruhan permukaan.
• Tujuan untuk menguji besarnya kelekatan agregat terhadap
aspal.
• Pengujian berat isi bertujuan untuk menentukan berat isi
agregat dan penetapan rongga udara (air void). Berat isi adalah
perbandingan antara berat benda yang mengisi suatu wadah
dengan volume wadah tersebut.
 agregat kasar material tertahan saringan no. ½” dan ¾”.
Prosedur pengujian
Kelekatan agregat terhadap aspal berdasarkan SNI 2439:2011 adalah
sebagai berikut:
1) Menimbang (1001) gram agregat kering oven (agregat lolos
saringan 9,5 mm (3/8”) dan tertahan saringan 6,3 mm (1/4”)) pada
temperatur ruang;
2) Panaskan agregat dan aspal, tersendiri pada suhu 135oC – 149oC;
3) Menambahkan (5,5 0,2) gram aspal yang telah dipanaskan ke
agregat panas.
Hangatkan spatula dan aduk rata selama 2-3 menit atau sampai seluruh
permukaan agregat terselimuti. Biarkan temperatur campuran turun
secara alami;
4) Memindahkan campuran ke wadah gelas isi 600 ml. Masukkan air
suling sebanyak 400 ml pada temperatur ruang. Rendam selama 16-18
jam;
Prosedur pengujian
5) Mengambil selaput aspal yang mengambang di permukaan air
tanpa mengganggu campuran;
6) Sinari contoh dengan bola lampu 75w yang diposisikan
mengurangi silau;
7) Dengan mengamati dari atas menembus air, perkirakan persentase
luas permukaan agregat total yang dapat dilihat dan yang masih
terselimuti aspal, kemudiaan perkirakan apakah diatas 95% atau
dibawah 95%.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai