Anda di halaman 1dari 14

KETENTUAN UMUM DAN

TATA CARA PERPAJAKAN


3
TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK
Wajib Pajak wajib membayar pajak terutang ke tempat tertentu umumnya adalah Bank-

Bank atau Kantor Pos yang ditunjuk oleh pemerintah dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak (SSP) ke Kas Negara dimana Ketentuan ini diatur di Pasal 10 Ayat (1) UU

KUP.

Menurut PMK Nomor 184/PMK.03/2007, bahwa SSP atau sarana administrasi lain

tersebut berfungsi sebagai Bukti Pembayaran Pajak apabila telah disahkan oleh pejabat

kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi.
Secara umum, alat pembayaran pajak dibagi dalam beberapa:

a. SSP Standar yaitu Bukti yang oleh WP digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang

terutang ke Kantor Penerimaan Pembayaran. Satu SSP hanya dapat digunakan untuk pembayaran satu kenis pajak dan

untuk satu masa pajak atau satu tahun pajak dengan menggunakan satu Kode MAP dan satu Kode Jenis Setoran. SSP

Standar dibuat rangkap 5 (lima) dan peruntukkannya sebagai berikut:

 Lembar ke-1: Untuk arsip wajib pajak

 Lembar ke-2: Untuk KPP

 Lembar ke-3: Untuk dilaporkan oleh WP ke KPP

 Lembar ke-4: Untuk Arsip Kantor Penerimaan Pembayaran

 Lembar ke-5: Untuk Arsip Wajib Pungut/Pihak Lain.


b. SSP Khusus yaitu bukti pembayaran atau penyetroan pajak terutang ke Kantor Penerimaan Pembayaran yang

dicetak oleh Kantor Penerimaan Pembayaran dengan menggunakan Mesin Transaksi. SSP Khusus dicetak oleh Kantor

Penerimaan Pembayaran yang telah mengadakan Kerjasama Modul Penerimaan Negara (MPN) dengan DJP.

SSP Khusus dicetak:

 Saat transaksi pembayaran atau penyetoran pajak sebanyak 2 lembar yang berfungsi sama dengan lembar ke-1 dan

lembar ke-3 SSP Standar

 Terpisah sebanyak 1 lembar, yang berfungsi sama dengan lembar ke-2 SSP Standar untuk diteruskan ke KPPN

 SSP Khusus dapat diperbanyak yang berfungsi sama dengan lembar ke-5 SSP standar sebagai pengganti Bukti

Potong/pungut dengan diberi cap dan tanda tangan oleh pejabat yang berwenang di Kantor Penerimaan

Pembayaran.
c. SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam Rangka Impor) yaitu SSP yang digunakan oleh Importir atau

Wajib Bayar dalam rangka Impor.

d. SSCP (Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri) yaitu SSP

yang digunakan oleh pengusaha untuk cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN hasil Tembakau buatan dalam negeri.
BATAS WAKTU PEMBAYARAN
A. Jatuh Tempo Pembayaran Ketetapan Pajak

Berdasarkan Pasal 9 Ayat (3) UU KUP, bahwa pajak yang terutang atas SKPKB, STP, SKPKBT, SK Pembetulan, SK
Keberatan dan Putusan Banding yang mengakibatkan pajak yang harus dibayar bertambah harus dilunasi paling lambat 1
bulan sejak tanggal diterbitkan.

B. Jatuh Tempo Pembayaran PPh Pasal 29

Berdasarkan Pasal 9 Ayat (2) UU KUP, bahwa pembayaran PPh Pasal 29 (Kekurangan pembayaran pajak SPT Tahunan)
dapat dilunasi paling lambat sebelum SPT Tahunan disampaikan.

C. Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak

Berdasarkan Pasal 9 UU KUP, bahwa batas tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak tanggal jatuh
pembayaran pajak sebagai berikut:
Jenis Pembayaran Batas Pembayaran Batas Pelaporan
(Selambat-lambatnya)

PPh Pasal 4 Ayat (2) yang dipotong oleh Tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak Paling lama 20 hari
Pemungut PPh berakhir setelah masa pajak
berakhir
PPh Pasal 4 Ayat (2) yang harus dibayar Tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak
sendiri oleh WP berakhir

PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak
Pemotong PPh berakhir

PPh Pasal 15 yang dibayar sendiri Tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir

PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak
pemotong PPh berakhir

PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 Tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir

PPh Pasal 25 Tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak


berakhir
Jenis Pembayaran Batas Pembayaran Batas Pelaporan
(Selambat-lambatnya)

PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan Harus dilunasi dengan satu pembayaran bea masuk dan dalam hal bea masuk
PPnBM atas Impor ditunda, PPh Pasal 22, PPh, PPN dan PPnBM harus dilunasu saat penyelesaian
dokumen pemberitahuan pabean impor

PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan 1 hari kerja setelah dilakukan pemungutan pajak Mingguan paling lama
PPnBM atas impor yang dipungut oleh pada hari kerja terakhir
DJBC minggu berikutnya
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Disetor pada hari yang sama saat memungut 14 hari setelah masa
bendahara pajak berakhir

PPN atau PPN dan PPnBM yang Paling lambat akhir bulan berikutnya setelah masa Paling lambat akhir bulan
terutang dalam satu masa pajak pajak berakhir berikutnya setelah masa
pajak berakhir
PPN yang terutang atas kegiatan Paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah Paling lambat akhir bulan
membangun sendiri masa pajak berakhir berikutnya setelah masa
pajak berakhir
Catatan:
 Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur
termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan
pada hari kerja berikutnya.

 Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau Bank persepsi yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan

 Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau
sarana administrasi lain yang dipersamakan dengan SSP

 SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila disahkan oleh pejabat kantor penerima
pembayaran berwenang apabila telah mendapat validasi

 SSP dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nonor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)
Surat pemberitahuan

adalah surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak, dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan perpajakan.

SPT berfungsi untuk melaporkan seluruh kewajiban perpajakan wajib pajak. Dari SPT yang diisi
sendiri oleh WP dapat diketahui kewajiban pajak dan sebagai alat bagi DJP untuk mengetahui
kewajiban perpajakan wajib pajak. Apabila ada wajib pajak yang tidak melaporkan SPT, tidak peduli
WP tersebut sudah membayarkan pajaknya ke kas negara, DJP akan menggap WP tersebut belum
sepenuhnya melaksanakan kewajiban perpajakannya.
No Jenis SPT Rincian Jenis

1 SPT Tahunan PPh SPT Tahunan PPh OP

SPT Tahunan PPh Badan

2 SPT Masa SPT Masa PPh SPT Masa PPh Ps.21/26

SPT Masa PPh Ps.22


SPT Masa PPh Ps.23/26

SPT Masa PPh Ps.4 (2)

SPT Masa PPh Ps.15

SPT Masa PPN

SPT Masa PPN bagi Pemungut


PPN
SPT dianggap tidak disampaikan apabila:

 SPT tidak ditandatangani

 SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud

 SPT yang menyatakan Lebih Bayar disampaikan setelah 3 tahun sesudah berakhirnya masa pajak,
tahun pajak

 SPT disampaikan setelah DJP melakukan pemeriksaan atau menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Cara penyampaian spt
Berdasarkan Pasal 3 Ayat (3) UU KUP, memberikan batas waktu penyampaian SPT Masa dan SPT
Tahunan sebagai berikut:

a. Untuk SPT Masa, paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak kecuali SPT Masa PPN yang
dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah akhir masa pajak.

b. Untuk SPT Tahunan PPh WPOP, paling lama 3 bulan setelah berakhir tahun pajak

c. Untuk SPT Tahunan PPh WP Badan, paling lama 4 bulan setelah berakhir tahun pajak

d. WP dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa masa pajak dalam 1 SPT Masa
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai