Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN OBSERVASI

OLEH: HAFIA LUMA MUNIRA (19920084)


PENDAHULUAN
• LOKASI OBSERVASI:
Komplek Perumahan Cipinang Elok
Jl. Cipinang Jaya
Pasar Cipinang Muara
Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara,
Jakarta Timur, Jakarta

• FUNGSI LOKASI: Permukiman

• WAKTU OBSERVASI: 30 Oktober 2020, jam 06.00-08.00


wib
JALANAN DIJADIKAN TEMPAT NGETEM TAKSI

Gambar di samping merupakan salah satu permasalahan struktur ruang, yaitu

pelanggaran fungsi jalan keluar komplek. Jalan umum seharusnya digunakan

sebagai penghubung kawasan dan/atau antarlokasi. Sementara pada Gambar 1

terlihat bahwa sisi kiri jalan dipakai sebagai tempat parkir taksi untuk

mendapatkan pelanggan dan juga sebagai tempat peristirahatan. Hal ini

menyalahi peraturan UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

yang menjelaskan ketidakbolehan untuk semua alat transportasi untuk

mengetem atau parkir di tempat yang tidak ada tulisan boleh parkir, boleh

stop atau di halte. Permasalahan ini mengganggu kenyamanan dan rasa aman

beberapa masyarakat yang tinggal di komplek, terutama saat malam hari jika

beberapa dari masyarakat butuh menyebrang jalan ini untuk membeli

kebutuhannya.
TROTOAR YANG KURANG LAYAK

Gambar disamping juga merupakan salah satu permasalahan

struktur ruang. Trotoar merupakan salah satu fasilitas jalur

pejalan kaki yang dibuat untuk menghindari lalu lintas yang

padat dan menjamin keamanan pejalan kaki yang

bersangkutan Namun, kondisi trotoar yang rusak dan sulit

untuk dilewati ini justru akan mengganggu kenyamanan dan

membahayakan masyarakat pengguna, terutama

membahayakan kaum difabel, seperti tunanetra ataupun

cacat fisik.
TEMPAT JALAN YANG TERBATAS

Gambar 3 merupakan salah satu contoh permasalahan struktur ruang, yaitu akses jalan yang terbatas. Terlihat dari
gambar 3, dua orang pejalan kaki yang sedang berjalan menggunakan sisi kiri jalan, mobil yang ingin lewat, dan mobil
yang sedang berhenti di sisi kiri jalan. Menyangkut permasalahan pada gambar 1, alat transportasi yang mengetem di
tempat yang tidak seharusnya merugikan para pengguna jalan karena mempersempit akses jalan, terutama jika ada
banyak kendaraan yang sedang mengakses jalan ini. Dari gambar 2 juga dapat terlihat bahwa trotoar terletak di sebelah
kanan jalan, yang mana lokasi ini tidak strategis dengan jalan keluar komplek yang berada di sebelah kiri, sehingga
para pejalan kaki biasanya lebih memilih untuk lewat di sebelah kiri jalan dimana tidak ada trotoar di sana. Seluruh hal
ini mengganggu akses jalan para pengguna.
TERTUTUPNYA JALAN KARENA
PANGKALAN OJEK
Gambar ini merupakan salah satu permasalahan struktur ruang, yaitu
penutupan akses jalan karena adanya pangkalan ojek. Tempat pada
gambar ini pada mulanya adalah akses penghubung luar jalan depan
komplek ke jalan depan komplek lainnya yang di desain tanpa harus
melewati jalan raya. Jalan ini pada awalnya memang sepi dilewati,
namun sekarang tidak dapat dilewati lagi karena disalahgunakan sebagai
tempat pangkalan ojek dan ditutup aksesnya. Masyarakat dalam
komplek memang lebih memilih untuk melewati penghubung dalam,
namun hal ini dapat mengganggu kenyamanan masyarakat luar
komplek, seperti para pemilik toko di sebrang jembatan yang ingin
melewati jalan ini tanpa harus masuk komplek dan tanpa harus melewati
jalan raya.
Gambar ini merupakan salah satu permasalahan struktur
ruang yang sering dijumpai di kota-kota besar, yaitu saluran
air yang kotor. Selokan atau saluran air digunakan untuk
menyalurkan air pembuangan berbagai aktivitas dan
kegiatan sehari-hari untuk dibawa ke suatu tempat agar
tidak menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan.
Selokan yang kotor justru akan menghambat air untuk
mengalir dan dapat menimbulkan mampet yang kemudian
beresiko besar terhadap banjir. Selokan yang kotor juga akan
menjadi tempat jentik-jentik nyamuk untuk berkembang biak,
bahkan dapat memunculkan organisme-organisme yang
lebih berbahaya lagi, yang kemudian akan mengganggu
kesehatan masyarakat sendiri. Dalam skala panjang, saluran
air yang kotor ini dapat menyebabkan pencemaran sungai
dan laut.

Saluran Air yang Kotor


Trotoar disamping merupakan trotoar di jalan
TROTOAR YANG BERUBAH FUNGSI raya yang mana permasalahan ini dapat
dikelompokkan sebagai salah satu
permasalahan struktur ruang. Berdasarkan
Peraturan pemerintah nomor 34 tahun 2006
tentang Jalan, pada pasal 34 ayat 4, trotoar
seharusnya hanya diperuntukkan bagi lalu lintas
pejalan kaki. Namun, fungsi ini disalahgunakan
oleh beberapa pengguna alat transportasi untuk
memarkir kendaraannya. Hal ini menyulitkan
para pejalan kaki. Para pejalan kaki yang
kesulitan kadang memilih untuk melewati jalan
raya dekat tepi kanan trotoar sehingga
mengganggu keamanan pejalan kaki itu sendiri
maupun menyulitkan pengguna jalan raya.
Gambar di samping merupakan

salah satu permasalahan struktur

ruang. Jalan yang dipenuhi gerobak

ini merupakan jalan keluar masuk

pintu belakang rumah. Rumah

terhubung dari pintu ini ke pintu

lainnya yang lebih sering dipakai.

Seharusnya gerobak tidak

mempunyai tempat di sana,

PENGALIHFUNGSIAN LAHAN DEPAN RUMAH melainkan di dalam toko-toko

pemilik toko. Pengalihfungsian ini

menutup akses keluar masuk

rumah.
PEMBUANGAN LIMBAH TOKO KE
SALURAN AIR
Permasalahan ini merupakan salah satu bentuk
permasalahan pola ruang. Terlihat pada gambar bahwa
toko-toko yang terletak di depan saluran air dapat
melakukan pembuangan limbahnya ke saluran air
melalui pipa-pipa yang menjalar. Letak saluran air yang
berada di belakang toko-toko ini juga menyebabkan
masyarakat pejalan kaki maupun pengguna jalan raya
tidak memperhatikan air di selokan sehingga
pemeliharaan lingkungan secara sosial tidak dapat
terawasi dengan baik. Dapat dilihat pula bahwa beberapa
toko menambahkan bagian di bagian belakang toko
untuk menutupi keseluruhan penglihatan menuju akses
selokan. Hal ini dapat berakibat pada ketidakpedulian
pemilik toko terhadap limbah buangannya.
Gambar ini merupakan salah satu pelanggaran pola ruang, yaitu

lokasi minimarket atau pasar modern (Indomaret, Alfamart, dan

Alfamidi) yang terletak kurang dari 500 meter dari pasar

lingkungan. Menurut pasal 8 Kepgub 44/2004 jo. Pasal 10 huruf a

Perda DKI 2/2002 tentang Jarak Minimarket dari Pasar

Tradisional, mini swalayan yang luas lantainya 100 m2 s.d. 200 m2

harus berjarak radius 0,5 km dari pasar lingkungan. Hadirnya

minimarket memang tidak bisa dipungkiri dan dibutuhkan bagi

JARAK MINIMARKET KE PASAR YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR masyarakat. Namun, pelanggaran atas peraturan yang ada dapat

merugikan para pengusaha kecil di pasar tradisional dan

mematikan ekonomi masyarakat di lingkungan sekitar.


TIDAK ADANYA ZEBRACROSS
Permasalahan ini merupakan salah satu contoh masalah struktur ruang yang dapat meningkatkan resiko kecelakaan. Dari
gambar, terlihat terdapat rambu yang menunjukkan bolehnya menyebrang bagi pejalan kaki, namun tidak disediakannya fasilitas
zebracross sebagai tempat penyebrangannya. Hal ini tentunya menyulitkan para penyebrang jalan untuk memilih waktu
penyebrangan, menimbulkan ketidaknyamanan, dan kurangnya rasa aman untuk menyebrang, terutama bagi orang-orang yang
membutuhkan bimbingan untuk melakukan penyebrangan. Disamping itu, hal ini juga menyulitkan para pengguna kendaraan,
karena tidak adanya zebracross menyebabkan pejalan kaki menyebrang di lokasi yang berbeda-beda atau tidak sesuai dengan
rambu yang ada. Ditambah, ketidakadaan zebracross ini menyulitkan pengendara mendeteksi atau melihat orang yang hendak
menyebrang, terutama anak-anak kecil yang sulit terlihat oleh pengendara mobil atau truk.

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.
BERDAGANG
DI LUAR AREA DAGANG
Gambar di samping merupakan salah satu bentuk permasalahan struktur
ruang. Gambar ini merupakan salah satu contoh dari beberapa
permasalahan sejenis pedagang kaki lima yang membuka dagang di luar
area dagang, seperti di trotoar ataupun di depan toko. Area pada gambar
di atas pada awalnya merupakan bagian jalan antara SPBU dan jalan
raya, namun kini beralih fungsi menjadi lokasi dagang makanan.
Keberadaan perdagangan ini tidak hanya merusak fungsi tata kota yang
telah direncanakan sebelumnya, tetapi juga membuat ketidaktertiban dan
ketidaknyamanan masyarakat yang memiliki toko di area yang benar.
Karena seharusnya para pedagang ini melewati prosedur terlebih dahulu
sebelum dan saat berjualan. Pemberhentian para pelanggan yang tidak
semestinya juga akan berdampak pada hak pengendara lainnya untuk
lewat.
.
LAHAN YANG BELUM DIMANFAATKAN

Wilayah pada gambar merupakan wilayah di


belakang pasar yang masih memuat banyak lahan
yang kosong. Wilayah ini termasuk bagian dari
pola ruang. Lokasinya yang terletak di belakang
pasar membuatnya jauh dari pembangunan dan
penglihatan masyarakat. Jika dibiarkan, hal ini
akan berdampak pada ketimpangan tata kota
perkotaan sehingga perkembangan kota tidak
merata.
Gambar di samping, merupakan salah satu masalah pola ruang, yaitu mess
MESS PADAT HUNI

yang padat hunian. Menurut penghuni mess, terdapat sekitar 20 unit dalam

mess ini. Ruang yang sempit untuk keluarga atau individu yang banyak akan

memunculkan banyak keterlibatan ataupun tabrakan kepentingan. Hal ini

juga akan menyedikitkan ruang pribadi atau privacy antar perorangan. Pada

masa pandemi ini juga, ruang yang kecil memperbesar kemungkinan kontak

fisik dan penyebaran COVID-19 yang dapat membahayakan masyarakat

sendiri.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai