Anda di halaman 1dari 55

Silaturrahim dan Pembinaan Pegawai

Zona Integritas (ZI)


Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)

Dr. H. Moch. Jasin, MM.


Inspektur Jenderal Kemenag RI

Kanwil Kemenag Provinsi Banten


Jumat, 20 Desember 2013
SASARAN PENGAWASAN NASIONAL
(DITETAPKAN OLEH MENPAN DAN RB)
Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN

Target IPK Tahun 2014 “5” dan Opini BPK (WTP) Tahun 2014
Pusat 100% dan Pemda 60%

• Meningkatkan kepatuhan pengelolaan keuangan negara


• Meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan negara
• Meningkatkan status opini BPK terhadap pengelolaan keuangan negara
• Menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang
• Penerapan SPI
• Peningkatan peran APIP sebagai quality assurance dan consulting
• Peningkatan ketaatan, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan tugas dan
fungsi
• Peningkatan kualitas pertanggungjawaban pengelolaaan keuangan
negara
TUJUAN PENGAWASAN NASIONAL
1. Mendorong reformasi birokrasi di bidang pengawasan,
khususnya yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP);
2. Menetapkan arah Kebijakan dan Program Pengawasan
Intern Pemerintah pd tahun 2011-2014 dalam rangka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik;
3. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih
dan bebas KKN;
4. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengawasan intern
pemerintah melalui sinergi pengawasan yang dilakukan oleh
APIP;
5. Menjadi dasar penyusunan Jakwas Tahunan dan PKPT
masing-masing APIP Tahun 2011-2014.
VISI DAN MISI ITJEN
• Visi
Menjadi Pengendali dan Penjamin Mutu Kinerja Kementerian Agama

• Misi
1. Melakukan pengawasan fungsional secara profesional dan
independen
2. Melakukan penguatan sistem pengawasan yang efektif dan
terintegrasi
3. Meningkatkan kompetensi dan integritas moral aparatur pengawasan
4. Meningkatkan peran sebagai konsultan dan katalisator peningkatan
kinerja
5. Mendorong akselerasi penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan
6. Menumbuhkembangkan pengawasan preventif melalui pengawasan
dengan pendekatan agama (PPA)
7. Mewujudkan pelayanan administrasi pengawasan yang cepat, tepat,
dan akurat berbasis teknologi informasi
8. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka
peningkatan kualitas pengawasan
TUGAS INSPEKTORAT JENDERAL
• Quality Assurance;
• Consulting Partner;
• Early Warning System;
• Strengthening of Public
Services.
DASAR HUKUM
1. UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme;
2. UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3. UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi;
4. UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik;
5. PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah;
6. Perpres No. 24 Tahun 2010 tentang Susunan,
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara;
7. Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi;
8. Inpres No. 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi;
9. Inpres No. 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012;
10.Per.MENPAN dan RB Nomor 49 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Pakta Integritas di Lingkungan K/L dan
Pemerintah Daerah;
11.Peraturan MENPAN & Reformasi Birokrasi No. 60
Tahun 2012 tentang Pedoman Pembangunan Zona
Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani Di Lingkungan
Kementerian /Lembaga dan Pemerintahan Daerah.
Menurut berbagai hasil survei nasional & internasional,

?
gelar negara korup diberikan dengan melihat 3 hal
KORUPSI pokok, yaitu mutu pelayanan publik, country risk,
dan daya saing negara secara keseluruhan (dalam arti
apakah suatu negara menjadi tujuan investor)
IPK, Indeks Persepsi Korupsi Ranking 111 dari 180
Skor 3.0
– TI 2011 negara

Indikator Kemudahan Perlu 12 prosedur, 151 Sbg pembanding : Korsel


Melakukan Bisnis – World hari, dan biaya 130,7% juga dg 12 prosedur, hanya
Bank dari income perkapita perlu 22 hari & biaya 17,7%

Predikat negara terkorup


PERC - 2010 Skor 9.2
se Asia Pasifik
Global Competitiveness
Skor 4.26 Ranking ke-50
Index dr WEF

The World Competitiveness Kita di posisi/ranking 59, hanya satu tingkat di


Scoreboard 2006 - IMD atas Venezuela.

Kita perlu 16 hr hny utk mengurus izin keselamatan


Studi LPEM – FEUI 2005 kerja, 26 hr untuk izin gangguan, 27 hr untuk izin 8
prinsip, ….43 hr untuk izin lingkungan hidup
Definisi Korupsi
 Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere =
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) -
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
 Robert Klitgaard :

korupsi dapat terjadi jika ada monopoli kekuasaan yang dipegang


oleh seseorang yang memiliki kemerdekaan bertindak atau
wewenang yang berlebihan, tanpa ada pertanggungjawaban yang
jelas.
 Transparency International : Korupsi adalah perilaku pejabat
publik, baik politikus politisi maupun pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya
mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. 9
Tinjauan Korupsi di Indonesia
Tim Anti Korupsi

Sikap permisif
Peraturan perundangan
Terhadap korupsi
belum memadai
Lemahnya law
enforcement
Kurangnya keteladanan dan
kepemimpinan

Beragam sebab lain


Sistem penyelenggaraan negara, pengelolaan
dunia usaha, dan masyarakat yang tidak
mengindahkan prinsip22 good governance !
Korupsi sulit dibasmi dan makin
merajalela
POLA UMUM KORUPSI

Penyuapan
Pemalsuan Bribery Penggelapan
Fraud Embezzlement

Sumbangan ilegal Komisi


Illegal Contribution Bagaimana & darimana Commission
UANG-BARANG-FASILITAS
Hasil korupsi
Nepotisme diperoleh Pemerasan
Nepotism Extortion

Bisnis Orang Dalam Pilih Kasih


Insider Trading Favoritism
Penyalahgunaan Wewenang
Abuse of discretion

Sumber: Centre of International Crime Prevention (CICP) dari UN Office for Drug Control
and Crime Prevention (UN-ODCCP), 11
LATAR BELAKANG
(Kondisi Obyektif Birokrasi di Indonesia)

1. SDM aparatur (Jumlah, 1. Tingginya


kompetensi, penyebaran tidak kebocoran
sesuai dengan kebutuhan. keuangan Negara
Etos kerja dan Kesejahteraan
rendah 2. Tingginya tingkat
DIHADAPKAN
2. Kelembagaan/organisasi PADA TUNTUTAN korupsi,
MASYARAKAT
(gemuk, tidak proporsional AGAR PEMERTH 3. Dunia Usaha masih
dan banyak lembaga ekstra MELAKS GOOD Korup
struktural) GOVERNANCE

3. Ketatalaksanaan atau
4. Pelayanan publik yg
business process ( rumit dan masih buruk
belum ada SOP) 5. Rendahnya daya
saing nasional
Kondisi Sumberdaya Aparatur

Alasan Rendahnya - Gaji tidak memadahi


- Tidak ada Tunjangan Prestasi
Kinerja
Kerja Mendasar
- Tidak ada kontrak kinerja
- Kompetensi yang rendah

- Rendahnya integritas moral


Alasan rendahnya - Kurangnya kualitas Pembinaan
Integritas moral Reformasi
- Minimnya figur contoh (role
Birokrasi
model)

- Poor Mnagement System


Besarnya Peluang - Tidak adanya SOP
Untuk Menyimpang - Aturan Kode Etik yang tidak tegas
- Sikap permisif terhadap perilaku
Sistemik
menyimpang
- Pengawasan internal yg tidak
berfungsi
- Tingginya penyimpangan (korupsi)
DASAR HUKUM REFORMASI BIROKRASI
Undang-undang Republik Indonesia No. 17 / 2007
tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005 – 2025.

Lampiran UU RI No. 17/2007 Bab IV.1.2, huruf E angka 35, menyatakan :


Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk
meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik, di pusat maupun di daerah agar mampu mendukung
keberhasilan pembangunan di bidang-bidang lainnya.

Perpres No.7/2005
- Penerapan Tata Kelola Pemerintah yang baik (Good Governance)
- Peningkatan Supervisi dan Akuntabilitas Aparatur Negara
- Restrukturisasi Lembaga dan Manajemen
- Peningkatan Manajemen SDM
- Peningkatan mutu Pelayanan Publik
PENTINGNYA REFORMASI BIROKRASI
(SEBAGAI MANAJEMEN PERUBAHAN)

Reformasi Birokrasi adalah proses menata-ulang,


mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan
birokrasi agar menjadi lebih baik (profesional,
efisien, efektif dan produktif)

penyempurnaan sistem atau


tatakelola PERUBAHAN PERILAKU
LANJUTAN
(Pentingnya Reformasi Birokrasi)

• Penghematan anggaran negara


• Optimalisasi alokasi sumber daya
• Optimalisasi kinerja
• Peningkatan mutu pelayanan
• Perbaikan sistem
• Pencegahan korupsi
POLA PIKIR REFORMASI BIROKRASI BERDAYA SAING
NASIONAL
 UUD NEGARA RI 1945
 Political will pem.  UNDANG-UNDANG, PP & PERPRES
 Tuntutan masy.
 Kepercayaan LN
SUBJEK OBJEK METODE
RESTRUKTURISASI
LEGISLATIF
1) Mindset &
EKSEKUTIF SIMPLIFIKASI & BIROKRASI YG
KONDISI YUDIKATIF Cultural Set
OTOMATISASI BERSIH, EFISIEN,
LSM
BIROKRASI (Supra dan 2) Sistem
EFEKTIF, PRODUK-
RASIONALISASI & TIF DAN SE-
SAAT INI Infra Struktur Manajemen REALOKASI JAHTERA

PENERAPAN NILAI2
Daya Saing
BUDAYA Nasional
1. Belum bersih dari Praktek ORGANISASI PELAYANAN dorong
KKN YG PRIMA pertumbuhan
2. Jumlah Kompetensi/ ekonomi
distribusi tidak sesuai
3. Prosedur rumit
LINGKUNGAN STRATEGIS
4. Pelayanan belum
Profesional
 GLOBALISASI PEMERINTAHAN
5. Masalah
sentralisasi/desentralisasi,d  POLEKSOSBUDTEK YANG BAIK
ekosentrasi/otonomi daerah (GOOD GOV)
PERAN LAN DALAM REFORMASI BIROKRASI

Sasaran umum: mengubah pola pikir dan budaya kerja


Secara khusus mencakup area sbb:
Strategi Implementasi Reformasi Birokrasi
No. PROSES PROGRAM DAMPAK
•kajian sistem oleh LAN & •Organisasi yg tepat ukuran
instansi terkait pada aspek dan tepat fungsi
Merubah/memperbaiki kelembagaan, tatalaksana, •Sistem yg berdasar good
1. kelembagaan; budaya organisasi; regulasi, SDM; governence
ketatalaksanaan, regulasi, SDM •Regulasi yg tidak tumpang
• kerjasama/koordinasi
tindih & SDM yg Kompeten
instansi terkait
2. Membangun kepercayaan Manajemen perubahan Perubahan sikap dan perilaku
masyarakat pegawai, dunia usaha dan
masyarakat, sesuai peranan
masing-masing

3. Mendorong partisipasi pegawai, Manajemen perubahan Perubahan sikap dan perilaku


dunia usaha dan masyarakat pegawai, dunia usaha dan
masyarakat, sesuai peranan
masing-masing

4. •Mengubah pola pikir, budaya dan Penataan sistem manajemen Perbaikan ketatalaksanaan
nilai-nilai kerja dan peningkatan sistem
•Mengentaskan kemiskinan pengawasan

5. Memperkuat sistem pengelolaan Pembangunan sistem manajemen SDM yang tepat kualitas dan
SDM SDM berbasis kinerja dan merit kuantitas dengan sistem
remunerasi yang layak dan
TAHAPAN IMPLEMENTASI TEKNIS REFORMASI BIROKRASI

No. PROGRAM AKTIVITAS


1. Performance Review Evaluasi tkt EEP (Efisiensi, Efeivitas dan
Produktivitas) seluruh satuan organisasi, termasuk
Identifikasi keluhan dan harapan masyarakat, serta
Apa yang telah dilakukan kementerian/Lembaga
2. Penyusunan Rancangan Reformasi Berkoordinasi dengan Kemenpan RB dan
Birokrasi Kementerian/Lembaga th instansi terkait unt menyusun rancangan RB
2015/2025
3. Analisis Jabatan dan Evaluasi penyusunan peta jabatan, job description, spesifikasi
Jabatan jabatan, pengukuran beban kerja, klasifikasi jabatan,
persyaratan/kompetensi jabatan, job grading dan
assesment pegawai
4. Penyusunan/penyempurnaan SDM Berkoordinasi dengan Kemenpan RB dan
Aparatur instansi terkait unt penyusunan SDM
5. Penyempurnaan Ketatalaksanaa Penyusunan SOP yang efektif dan efisien dg
(business process) Menggunakan teknologi informasi
6. Penetapan Key Performance Setiap unit kerja atau jabatan
Indicator
7. Evaluasi tahapan pelaksanaan RB Usulan remunerasi, tunj kinerja, job pricing,
evaluasi perodik secara terpadu (integrated)
Kerangka Implementasi Teknis Reformasi Birokrasi

PROGRAM PERCEPATAN (QUICK WINS)


POSISI ORGANISASI SAAT INI PROFIL ORGANISASI 2015

PENILAIAAN/EVALUASI
PENILAIAAN/EVALUASI ORGANISASI & POSTUR BIROKRASI YANG DIINGINKAN
KINERJA
KINERJA ORGANISASI KESENJANGAN
SOSIALISASI

ORGANISASI
PROSES SOSIALISASI

ALUR KERJA BUDAYA


FUNGSI & PROSES NILAI-NILAI

STRUKTUR
KOMPETENSI
PERUBAHAN :: PROSES

ORGANISASI
PENATAAN SISTEM

PEMBANGUNAN SISTEM
MANAJEMEN SDM
MANAJEMEN PERUBAHAN

BERBASIS KINERJA
MANAJEMEN

PENGUATAN BIRO KEPEGAWAIAN


PENGUATAN BIRO DIKLAT PENEGAKAN KEDISIPLINAN
ATURAN dan KEBIJAKAN
DATABASE PEGAWAI
PERBAIKAN SARANA & PRASARANA
PEMBANGUNAN INFRA STRUKTUR PENYUSUNAN REGULASI PENGAWASAN INTERNAL
G PEMBERANTASAN KORUPSI
KA N 1
L A
BE PENINDAKAN PENCEGAHAN
A R a. Detterence Effect 1. Dampak besar
T
LA b. Berdampak Kecil 2. Jangka panjang
c. Jangka Pendek 3. Kurang hasilkan detterence effec

Sinergi keduanya menghasilkan detterence effect


dan dampak besar serta berjangka panjang

Keberhasilan upaya pencegahan korupsi kurang optimal. Salah


2 satunya : Program Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) Diktum ke
5, dari Inpres 5 Tahun 2004 yang minim sekali implementasinya.

PI
3 PI

4 ZI
PENGERTIAN UMUM
Pada pedoman ini, yang dimaksud dengan :

1). Zona Integritas (ZI) adalah sebutan atau predikat


yang diberikan kepada K/L dan Pemda yang pimpinan dan
jajarannya mempunyai niat (komitmen) untuk mewujudkan
WBK dan WBBM melalui upaya pencegahan korupsi,
reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan
publik;
2). Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah sebutan
atau predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang
memenuhi syarat indikator hasil WBK dan memperoleh hasil
penilaian indikator proses di atas 75 pada ZI yang telah
memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari
BPK atas laporan keuangannya;
PENGERTIAN UMUM (Lanjutan)....
3) Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)
adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada
suatu unit kerja yang memenuhi syarat indikator hasil
WBBM dan memperoleh hasil penilaian indikator
proses di atas 75 pada ZI yang telah memperoleh opini
Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK atas
laporan keuangannya;

4) Unit Kerja adalah Unit/Satuan Kerja di lingkungan K/L


dan Pemda serendah-rendahnya Eselon III yang
menyelenggarakan fungsi pelayanan kepada
masyarakat;
PETA ZI, WBK, WBBM

ZONA INTEGRITAS
(K/L/PEMDA)

WBK

(UNIT KERJA/SATUAN KERJA)

WBBM
PAKTA INTEGRITAS DAN PENYELENGGARAAN NEGARA
YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KKN

Di masa depan nanti, Pakta Integritas akan


menjadi best practices di semua lini
pembangunan. Pemerintahan Indonesia masa
depan, Insya Allah, akan makin bersih dari
semua wujud tindak pidana KKN (Presiden RI,
14/08/2009)

Pelaksanaan
Pulau
Pakta Instruksi Presiden
Integritas/
Integritas Nomor 5 Tahun 2004 Bebas Dari
dan Korupsi
Nomor 17 Tahun 2011
PERMEN PAN
60/2012

K/L dan Pemda


AMANAT :
Melakukan Tahapan 1.INPRES 5/2004
2.INPRES 17/2011

PENANDATANGANAN DOKUMEN :
1 PERMEN PAN
49/2011

PENCANANGAN DAN PEMBANGUNAN : AMANAT :


INPRES 17/2011
2
PENETAPAN UNIT KERJA BERINTEGRITAS MENUJU :
3
Tahapan pembangunan ZI menuju terwujudnya WBK/WBBM

9 DESEMBER – HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA

Diusulkan oleh
Pimp. K/L/P
Fasilitasi/dorongan
Reviu TPN (maks. 2 unit) Eval TPN
Penandatanganan dari UPI dan UPbI
Pakta Integritas Tidak lulus
Tidak lulus

Penca- Proses Penilaian


pembangunan WBK Usulan Penilaia WBBM
nangan ZI TPI n
TPN
Lulus < 30 agst. Lulus

20 PROGRAM Penetapan oleh Penetapan oleh


SEREMONIAL KEGIATAN Pimp. K/L/P Menteri PAN dan RB
Permen 60/12 •Indikator proses •Indikator proses
•Indikator hasil •Indikator hasil
WDP – BPK WDP – BPK
SAKIP C- MENPAN SAKIP C- MENPAN

Catatan :
Penetapan WBK/WBBM berlaku satu tahun, dan dpt dicabut apabila terbukti ada hal-hal yg menggugurkan indikator.
PEMENUHAN INDIKATOR PROSES ZI MENUJU WBK/WBBM
NO UNSUR INDIKATOR PROSES BOBOT (%)
1 Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas 5
2 Pemenuhan Kewajiban LHKPN 6
3 Pemenuhan Akuntabilitas kinerja 6
4 Pemenuhan Kewajiban Laporan keuangan 5
5 Penerapan Kebijakan Disiplin PNS *) 5
6 Penerapan Kode Etik Khusus 4
7 Penerapan Kebijakan Pelayanan Publik *) 6
8 Penerapan whistle blower system Tindak Pidana Korupsi 6
9 Pengendalian gratifikasi 6
10 Penanganan benturan kepentingan (conflict of interest) 6
11 Kegiatan Pendidikan/ Pembinaan & Promosi Anti Korupsi 6
12 Pelaksanaan saran perbaikan yg diberikan o/ BPK/KPK/APIP 5
13 Kebijakan pembinaan purna tugas *) 4
14 Pelaporan transaksi keuangan yang tidak wajar oleh PPATK 6
15 Promosi jabatan secara terbuka *) 3
16 Rekruitment secara terbuka 3
17 Mekanisme Pengaduan Masyarakat 6
18 E-Procurement 6
19 Pengukuran Kinerja *) 3
20 Keterbukaan Informasi Publik 3
100 %
1. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas

Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas


diberlakukan untuk pimpinan dan seluruh
pejabat/pegawai K/L dan Pemda.
Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas
merupakan titik awal Pembangunan Zona Integritas
Menuju WBK/WBBM.
2. Pemenuhan Kewajiban LHKPN

Pemenuhan kewajiban LHKPN merupakan salah


satu upaya strategis pencegahan korupsi melalui
penerapan azas transparansi yang wajib bagi
aparatur negara. LHKPN merupakan upaya awal
untuk mengindentifikasi illicit enrichment
sebagaimana dimaksud dalam UNCAC 2003.
3. Pemenuhan Akuntabilitas Kinerja

Penerapan azas akuntabilitas kinerja dalam bentuk


perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan
kinerja, dan evaluasi kinerja merupakan alat bantu
yang efektif untuk mengarahkan penggunaan
sumber daya organisasi dalam rangka mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam
jangka menengah maupun jangka pendek. Dengan
demikian, peluang untuk terjadinya tindak pidana
korupsi dapat dibatasi.
4. Pemenuhan Kewajiban Pelaporan Keuangan

Ketentuan pelaporan keuangan yang seragam


menjamin ketertiban penyajian laporan keuangan,
sehingga informasi keuangan instansi dapat
digunakan sebagai alat untuk memantau,
mengawal, dan mengawasi terjadinya indikasi
penyimpangan secara efektif.
5. Penerapan Disiplin PNS

Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk


menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak
diikuti atau dilanggar dijatuhi hukuman, hal ini perlu
diterapkan secara konsisten dan kontinyu untuk
mengurangi terjadinya korupsi.
6. Penerapan Kode Etik Khusus

Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan


perbuatan pegawai di dalam melaksanakan
tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari. Sikap,
tingkah laku, dan perbuatan pegawai dalam
melaksanakan tugasnya, termasuk yang
berhubungan dengan pengelolaan keuangan di
lingkungan organisasi tempatnya bekerja perlu
diatur secara jelas dengan tujuan menghindari sikap
dan tingkah laku koruptif.
7. Penerapan Kebijakan Pelayanan Publik

Pelayanan Publik adalah pelayanan kepada


masyarakat (publik) baik langsung maupun tidak
langsung yang diselenggarakan dengan baik
(secara prima) sehingga memenuhi kebutuhan dan
keinginan masyarakat.
8. Penerapan Whistleblower System Tindak
Pidana Korupsi

Dalam rangka meningkatkan partisipasi pegawai


untuk melaporkan tindak pidana korupsi di
tempatnya bekerja yang diketahuinya, perlu
dibangun sistem penanganan pengaduan tindak
pidana korupsi (whistleblower system) untuk
menindaklanjuti laporan dan memberikan jaminan
perlindungan terhadap pelapor.
9. Pengendalian Gratifikasi

Gratifikasi adalah pemberian uang, barang, rabat


(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, baik
diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan
yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik.
10. Penanganan Benturan Kepentingan

Penanganan benturan kepentingan (conflict of


interest) merupakan upaya untuk mencegah
terjadinya tindak pidana korupsi, terutama yang
disebabkan oleh kedekatan hubungan pribadi
dalam kegiatan tertentu yang berkaitan dengan
penggunaan anggaran dan/atau sumber daya
organisasi lainnya.
11. Kegiatan Pendidikan/Pembinaan dan
Promosi Anti Korupsi

Kegiatan pendidikan/pembinaan dan promosi anti


korupsi merupakan rangkaian kegiatan sosialisasi,
pelatihan, dan aksi/kampanye anti korupsi yang
bertujuan menggugah semangat anti korupsi di
lingkungan pegawai.
12. Pelaksanaan Saran Perbaikan yang
Diberikan oleh BPK/KPK/APIP

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut atas saran-


saran perbaikan dari BPK/KPK/APIP
13. Penerapan Kebijakan Pembinaan Purna
Tugas

Kebijakan ini mengatur kegiatan di lingkungan suatu


instansi pemerintah, yang boleh dan yang tidak
boleh dilakukan oleh mantan personil, baik yang
berstatus pensiun maupun yang masih aktif namun
telah beralih tugas ke instansi lainnya, dengan
tujuan menghindari terjadinya tindak pidana korupsi
14. Penerapan Kebijakan Pelaporan Transaksi
Keuangan Yang Tidak Sesuai dengan Profil
oleh PPATK

Pimpinan instansi pemerintah wajib meminta


kepada PPATK untuk menyampaikan laporan
transaksi keuangan yang dilakukan oleh pegawai di
lingkungannya yang akan dipromosikan sebagai
pejabat eselon I dan eselon II. Hal ini bertujuan
untuk menghindari adanya pejabat yang
dipromosikan terlibat dalam tindak pidana korupsi.
15. Rekrutmen Secara Terbuka

Pelaksanaan rekrutmen secara terbuka dilakukan


secara jujur, objektif, dan transparan yang bertujuan
untuk menjaring sumber daya manusia aparatur
yang berkualitas sejak awal karir pegawai negeri
sipil.
16. Promosi Jabatan Secara Terbuka
Promosi jabatan secara terbuka bertujuan untuk
mendapatkan sumber daya manusia yang
berkualitas yang berasal dari lingkungan internal
ataupun eksternal melalui kompetisi yang sehat,
terutama untuk jabatan struktural eselon I dan
eselon II.
Promosi untuk jabatan struktural eselon I dan
eselon II untuk PNS yang berasal dari eksternal
dilaksanakan apabila di lingkungan internal tidak
terdapat PNS yang mempunyai kompetensi sesuai
dengan jabatan yang akan diisi. Hal ini sesuai
dengan pembinaan karir tertutup dalam arti negara.
17. Mekanisme Pengaduan Masyarakat

Mekanisme pengaduan masyarakat yang


dimaksudkan dalam Pedoman ini adalah
mekanisme pengaduan masyarakat yang
dikhususkan kepada masalah maladminstrasi.
18. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Secara Elektronik (E-Procurement)

Pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-


procurement) bertujuan untuk meningkatkan
transparansi, efisiensi, kehematan, dan efektifitas
pengadaan barang/jasa di lingkungan instansi
pemerintah.
19. Pengukuran Kinerja Individu Sesuai dengan
Ketentuan yang Berlaku.

Tujuan pengukuran kinerja individu adalah untuk


mendorong peningkatan peran, kompetisi, dan
kemampuan individu dalam rangka mencapai tujuan
dan sasaran organisasi.
20. Keterbukaan Informasi Publik

Tujuan keterbukaan informasi publik adalah untuk


meningkatkan transparansi dalam penyelenggaraan
negara termasuk dalam pengelolaan anggaran
sehingga dapat mendorong peningkatan partisipasi
masyarakat dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
INDIKATOR HASIL WBK/WBBM

 Dalam 2 tahun terakhir


 Berdasarkan penilaian APIP & BPK

 Pengaduan yg telah >60 hari

*) Penerapan menunggu persetujuan dari KPK


**) Khusus masalah maladministrasi yang menjadi tanggung jawab pimpinan unit kerja
KOMPONEN PENILAIAN KEGIATAN
PENCEGAHAN KORUPSI (INDIKATOR PROSES)

BOBOT
NO UNSUR PENILAIAN
(%)
1. Pemenuhan 30

2. Kualitas 50

3. Implementasi 20
PASAL 12 B
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a.yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b.yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh
penuntut umum.
PASAL 12 B

(2) Pidana bagi pegawai negeri atau


penyelenggara negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana
denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
www.itjen.kemenag.go.id

DUMAS ONLINE
(Pengaduan Masyarakat)
Kirim Ke:
INSPEKTUR JENDERAL (IRJEN)
KEMENTERIAN AGAMA RI
Jl. RS. Fatmawati No. 33A Cipete Jaksel
Telp. (021) 75916038 Fax. (021) 7692112
Email: dumas_online@itjen.kemenag.go.id

Anda mungkin juga menyukai