Anda di halaman 1dari 3

PROGRAM MAGISTER REKAYASA PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN


PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

K L A S I F I K A S I P E N E L I T I A N PA D A T H E S I S
(BIDANG KHUSUS MANAJEMEN DAN
EKONOMI MINERBA)

TUGAS I METODOLOGI PENELITIAN

S. FREDERICO SIAHAINENIA
( 22120303 )
SITI FARADILA TOMU ( 22120313 )
RIO FAJRI .B ( 22121009 )
CHARINA ANGGRAENI ( 22121013 )
DAMPAK KEEKONOMIAN KEBIJAKAN NILAI TAMBAH
TEMBAGA DAN MINERAL IKUTANNYA (Said Salem Al Hamid 22112302)

ABSTRAK
Salah satu tujuan peningkatan nilai tambah mineral melalui proses pengolahan dan pemurnian di dalam negeri, sebagaimana dinyatakan
dalam UU No. 4/2009 pasal 102 dan 103 adalah untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari pajak perusahaan dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP). Salah satu jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah royalti mineral. Berbagai aturan telah diterbitkan
untuk mendukung kebijakan tentang nilai tambah tersebut, termasuk kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah atau konsentrat. Salah satu
aturan lain yang diterbitkan untuk memberikan penjelasan detail tentang royati mineral adalah PP No. 9 Tahun 2012.
Penelitian ini mengkaji dampak dari kebijakan nilai tambah pertambangan tembaga, khususnya pengembangan industri hilir domestik
tembaga, terhadap perekonomian negara. Salah satu implementasi dari kebijakan tersebut adalah adanya rencana pembangunan smelter
tembaga baru yang diharapkan dapat mengolah seluruh produksi konsentrat tembaga nasional. Selain menghasilkan dan menjual katoda
tembaga sebagai produk utama, smelter tembaga juga menjual produk samping yang yaitu lumpur anoda yang mengandung logam-logam
berharga yang merupakan mineral ikutan tembaga seperti Au, Ag, Bi, Pd, PT, Se, Te dan Pb. Namun mineral berharga tersebut belum
dikenakan royalti atas penjualannya.
Terlambatnya pemberlakuan tarif royalti sesuai dengan PP No. 9 Tahun 2012 untuk pertambangan tembaga atas unsur tembaga, emas
dan perak menyebabkan terjadinya selisih penerimaan negara dari royalti unsur-unsur tersebut untuk tahun 2012, 2013, dan 2014 berturut-
turut sebesar 2,4 triliun rupiah, 1,96 triliun rupiah, dan 2,08 triliun rupiah. Sementara itu untuk kurun waktu yang sama terdapat potensi
penambahan penerimaan negara sekitar 42 milyar rupiah/tahun, jika lumpur anoda yang dijual oleh smelter dikenakan royalti atasnya.

Kata Kunci : Mineral ikutan, Peningkatan Nilai Tambah, Penerimaan Negara Bukan Pajak
3

KLASIFIKASI PENELITIAN

Berdasarkan Manfaat Penelitian

1 Penelitian Terapan, dikarenakan hasil dari penelitian ini dapat langsung dirasakan saat
kebijakan pengolahan dan pemurnian tembaga dan mineral ikutannya di dalam negeri
dilakukan.

Berdasarkan Tujuan Penelitian

2 Penelitian Eksplanatif, dikarenakan tujuan dari penelitian ini menghasilkan hubungan


sebab-akibat dari kegiatan pengolahan dan pemurnian tembaga dan mineral ikutannya
terhadap perekonomian negara.

Berdasarkan Dimensi Waktu

3 Penelitian Longitudinal, karena data yang diambil pada penelitian tersebut merupakan
data sekunder yang merupakan representasi proses dalam kurun waktu tertentu.

Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data

4 Penelitian Analisis Isi, dikarenakan penelitian ini menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari beberapa Kementerian/Lembaga dan dan hasil-hasil penelitian
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai