Anda di halaman 1dari 11

Kasus

Pilkada
Kasus Suap Pilkada Palembang

PROFIL

PENDAHULUAN

MATERI
Neo Cantiqi Putri Ryo Dwi Saputra Atira Nada Raiqah
M Dzakiy Tsaabitah D
07041282025068 07041282025087 07041282025096 07041282025084
UU Pilkada
Faktor

Urgensi
Kelangsungan Hidup
Alternatif
Penyelesaian
Wali Kota non-aktif Palembang Romi Herton dan istrinya, Masyito, didakwa
secara bersama-sama menyuap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil
Mochtar terkait sengketa Pilkada Palembang di MK. Jaksa penuntut umum
Komisi Pemberantasan Korupsi mendakwa keduanya menyuap Akil sebesar
Rp 14,145 miliar. "Terdakwa melakukan perbuatan yang ada hubungannya
sedemikian rupa sehingga dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut,
memberi, atau menjanjikan sesuatu dengan maksud untuk memengaruhi
putusan perkara yang diserahkan padanya untuk diadili," ujar jaksa Ely
Kusumastuti saat membacakan surat dakwaan

Jaksa menyatakan, suap yang


dilakukan Romi dan Masyito
dimaksudkan untuk
memengaruhi hasil sidang
perkara permohonan keberatan
hasil Pilkada Palembang tahun
2013
1. undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas dari korupsi kolusi dan nepotisme
2. undang-undang Nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, Bupati,
dan Walikota, Sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan undang-
undang nomor 10 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas undang-undang nomor 1
tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang
Nomor 1 Tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati, dan walikota menjadi
undang-undang
3. undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum ( pasal 157 ayat 1)

Dalam kasus Pilkada Kota Palembang terdapat pelanggaran


dalam pemilihan umum, yaitu:
⚙ Melanggar ketentuan  UU  No. 31 tahun 1999    Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
⚙ Melanggar Pasal 242 ayat 1 KUHP Tentang Sengaja
memberikan sumpah palsu/tidak memberikan keterangan
yang benar di persidangan
Faktor Penyebab
◉ Faktor Internal ◉ Faktor Eksternal

• Lemahnya • Lemahnya
keimanan dan penegakkan hukum
kejujuran (hukum bisa dibeli)
• Sikap akan haus • Lingkungan yang
kejayaan mendukung
• Sudah tradisi
Urgensi Pilkada bagi Kelangsungan Hidup
Bangsa
Pilkada ini sangat penting dilaksanakan dalam sebuah negara
demokrasi karena sebagai syarat utama dari terciptanya sebuah
tatanan demokrasi secara universal, pemilihan umum adalah
lembaga sekaligus praktik politik yang memungkinkan
terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan (representative
government). Pemilihan umum seperti ini merupakan cara untuk
menentukan pemimpin selanjutnya berdasarkan hak suara semua
rakyat. Tanpa adanya pelaksanaan Pilkada ini, maka tatanan
demokrasi bangsa juga terpengaruh menjadi tidak teratur bahkan
hancur karena masyarakat perlu pemimpin yang mengawasi dan
mengatur mereka.
● Tindakan suap mengganggu jalannya aktivitas
pasar dengan cara bersaing secara tidak sehat
dan merusak persaingan yang adil. Dengan
keberadaan aturan mengenai tindak pidana
suap dapat membantu untuk melindungi
integritas dan kejujuran dalam aktivitas
ekonomi, keuangan, atau komersial.

● Dalam suatu negara demokrasi pemilihan


kepala daerah adalah syarat prosedural yang
harus dipenuhi. Pilkada menjadi sarana yang 
yang penting bagi pemerintah daerah untuk
melakukan proses pergantian pemimpin secara
adil dan bagi masyarakat untuk melakukan
partisipasi politiknya secara bebas.  dalam
pilkada, partai politik dan para kandidat dapat
memperebutkan jabatan politik secara adil dan
terbuka
Alternatif Penyelesaian Kasus Pilkada di
Indonesia
• Bagi partai politik, melibatkan kader atau anggota partai dan dilakukan dengan
transparan.
• Untuk penyelenggara pilkada, memperkuat independensi dan netralitas sesuai dengan
aturan yang berlaku.
• Untuk penyelenggaraan survei pilkada, hal yang direkomendasikan adalah lembaga
survei dan optimalisasi fungsi pengawasan KPU dan/atau asosiasi lembaga riset.
• Untuk mencegah politisasi aktor-aktor keamanan dalam pilkada, maka Surat Edaran
Peraturan Kapolri No. SE/7/VI/2014 yang menunda segala proses hukum terhadap
kandidat perlu diberlakukan hingga pemilu selesai.
• Dalam menghindari politisasi massa dalam Pilkada, maka perlu aturan yang lebih tegas
berkaitan dengan gerakan mobilisasi massa yang besar diluar masa kampanye.
• Terkait dengan media sosial, diperlukan regulasi yang jelas dan tegas dalam
penyampaian informasi di media sosial, apalagi terkait dengan maraknya berita-
berita hoax.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai