Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN

KEPERAWATAN
PNEUMONIA PADA
ANAK

ISS 6
Tutor: Ns. Sri Agustina, M.Kep
Definisi Klasifikasi Manifestasi klinis

Patofisiologi Komplikasi Penatalaksanaan Askep


Definisi
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang merupakan penyakit yang sering
terjadi pada masa kanak-kanak namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan
kanak-kanak awal. Secara klinis, pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer
atau sebagai komplikasi dari penyakit lain. (Hockenberry & Wilson, 2015).

Pneumonia merupakan penyakit inflamasi pada parenkim paru yang sering


menyerang pada usia bayi dan kanak-kanak awal. Penumonia dapat terjadi sebagai
penyakit primer atau menjadi komplikasi penyakit lain.(Wong, 2008)

Pneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru dimana peradangan tidak saja
pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli. (Sudarti, 2010)
Klasifikasi
berdasarkan kuman penyebab :

1. Pneumonia bakterial 2. Pneumonia atipikal

dapat terjadi pada semua usia . beberapa pneumonia yang disebabkan


kuman mempunyai tendensi menyerang oleh mycoplasma, legionella dan
seseorang yang peka misalnya klebsiella chlamydia.
pada penderita alkoholik dan
sthapylococcus pada penderita pasca
infeksi influenza
4. Pneumonia jamur
3. Pneumonia virus
pneumonia yang sering merupakan
pneumonia yang disebabkan oleh virus contohnya infeksi sekunder, terutama pada
respiratory syntical virus ( parainfluenzavirus, penderita dengan daya tahan tubuh
influenza , adenovirus). lemah ( Immunocompromised)
Berdasarkan letak

Pneumonia Lobaris yaitu: peradangan pada


semua atau sebagian besar segmen paru dari
satu atau lebih

Bronkopneumonia yaitu: sumbatan yang dimulai


dari cabang akhir dari bronkiolus dan biasa
disebut juga dengan pneumonia lobular

Pneumonia Interstitial : proses penyebaran yang


memengaruhi dinding alveolar. Sel inflamasi lebih
sedikit di dalam alveoli, tetapi dinding alveolar menebal
akibat inflamasi
Klasifikasi pneumonia menurut World Health Organization
Manisfestasi klinis
Menurut Wong (2008), tanda-tanda umum pneumonia pada anak yaitu:
1. Demam tinggi
2. Pernapasan : batuk tidak produktif sampai produktif dengan sputum
berwarna keputihan, takipnea, bunyi nafas ronki atau ronki kasar,
pekak pada saat perkusi, nyeri dada, pernapasan cuping hidung,
pucat sampai sianosis (tergantung tingkat keperahannya), dan
frekuensi pernapasan >60 kali/menit
3. Foto toraks: infiltrasi difus atau bercak-bercak dengan distribusi
peribronkial
4. Perilaku: sensitif, gelisah, dan latergik
5. Gastrointestinal: anoreksia, muntah, diare, dan nyeri abdomen
Tanda-Tanda Umum Pneumonia (Sudarti,2010)
1. Biasanya gejala penyakit datang mendadak, namun kadang-kadang di dahului oleh
infeksi saluran napas bagian atas.
2. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan
dangkal (bahkan sampai pernapasan cuping hidung).
3. Dalam waktu singkat, suhu naik dengan cepat, sehingga kadang-kadang terjadi
kejang.
4. Anak merasa sakit/nyeri di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas. Rasa nyeri ini
akibat gesekan pleura yang meradang.
5. Batuk disertai sputum yang kental.
6. Nafsu makan berkurang.
Patofisiologi
a. Stadium prodromal
1) alveoli mulai terisi sekret akibat infeksi kuman patogen yang berhasil
masuk

2) setelah 1 minggu berdatanganlah sel leukosit terutama pmn sampai


alveoli menjadi penuh dan padat

pada stadium ini terdapat gejala-gejala sebagai berikut : panas badan


cenderung tinggi, letargi, nyeri otot, nafsu makan turun, disertai batuk-batuk
yang cenderung semakin berat dengan dahak yg hanya sedikit dan sulit
sekali untuk dibatukkan keluar.
b. Stadium Hepatisasi
    Proses ini meliputi lobus secara serentak : lobus yang terserang menjadi padat tidak
bedanya dengan hati yang mengalami hepatisasi sehingga, secara akut salah satu lobus
tidak dapat menjalankan fungsi pernafasan (jadi merupakan gangguan restriksi),
peningkatan kebutuhan O2 dan  panas yang tinggi, proses radang mengenai pleura viseralis
yang membungkus lobus tersebut yang akan menimbulkan nyeri setempat, nyeri dada
tersebut menyebabkan ekspansi paru terhambat, ketiga faktor tersebut diatas menyebabkan
pasien mengalami sesak nafas, tetapi tidak ada obstruksi bronkhus sehingga tidak terdengar
wheezing.
  
c. Stadium Resolusi
    Pada stadium ini bila pasien dapat mengatasi infeksi akut ini, maka mulai minggu ke 2 isi
alveolus akan melunak untuk berubah menjadi dahak dan akan dibatukkan keluar, pasien
mulai merasakan badannya agak enak, panas mulai turun, batuk semakin longgar, dahak
mudah dikeluarkan, sesak berkurang, nyeri dada berkurang
.
Komplikasi
Menurut Suzanne dan Brenda (2013) Sejumlah komplikasi pneumonia yang dapat terjadi

1. Infeksi aliran darah.


Infeksi aliran darah atau bakterimia terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke dalam
aliran darah dan menyebarkan infesi ke organ-organ lain.

2. Abses paru atau paru bernanah.


Abses paru dapat ditangani dengan antibiotik, namun terkadang juga membutuhkan
tindakan medis untuk membuang nanahnya.

3. Efusi Pleura.
Kondisi di mana cairan memenuhi ruang yang menyelimuti paru-paru.
Panatalaksanaan
1. Pneumonia Ringan
- Anak dirawat jalan
- terapi antibiotik: kotrimoksasol (4 mg TMP (trimethoprim)/kg BB/kali),
amoksilain (25 mg/kg BB/kali)

Tindak lanjut:
a) Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
b) Sediakan lingkungan yang bersih
c) Nasehati ibu untuk membawa kembali anaknya setelah 2 hari/ lebih cepat jika
d) keadaan anak memburuk/ tidak bisa minum/ menyusu.
2. Pneumonia Berat

A. Terapi Antibiotik
Farmakologi:
Ampisilin/amoksilin (25-50 mg/kg BB) IV atau IM setiap 8 jam
• Amoksilin oral (15 mg/kg BB/kali tiga kali sehari
• Bila kondisi klinis anak memburuk sebelum 48 jam, tambahkan kloramfenikol (25 mg/kg
BB/kali IM atau IV setiap 8 jam)
• Kombinasikan ampisilin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin, jika pasien datang
dalam keadaan klinis berat
• Cefftriaxone (80-100 mg/kg BB IM atau IV sekali sehari)
• Apabila diduga pneumonia stafilokokal, ganti antibiotic dengan gentamisin (7,5 mg/kg
BB satu kali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kg BB IM atau IV setiap 6 jam)
• Kloksasilin secara oral 4 kali/hari - 3 minggu atau klindamisin secara oral selama 2
minggu.
b. Terapi Oksigen
• pulse oxymetri dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen
yang cukup. Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil >
90%

• Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal.

Penggunaan nasal prongs adalah metode untuk menghantarkan


oksigen pada bayi muda. (yuliastati & Arnis, 2016 )
 
Asuhan Keperawatan
KASUS
. Pasien yang dikaji bernama An. R. F berusia 6 bulan dan
berjenis kelamin laki-laki. An. R. F berstatus sebagai anak
tunggal dari Ny. D. F dan Tn. T. F beragama Kristen
Protestan, bertempat tinggal di Kupang. Pasien masuk UGD
pada tanggal 11 Mei 2021pukul 02.00 WITA dengan diagnosa
medis pneumonia. Saat pengkajian didapatkan data tanda-
tanda vital dengan suhu 37,70C, nadi 103x/menit, pernapasan
59x/menit, pasien tampak sesak. Pemeriksaan laboratorium
terakhir dilakukan pada tanggal 18 Mei 2021 pukul 09.12
WITA didapatkan hasil Hemoglobin 12.0 g/dL, Eritrosit 5.60
10^6/uL, Hematokrit 39.9%, Monosit 10.8%, Neutrofil 3.25
10^3/uL, Limfosit 7.79 10^3/uL, Trombosit 276 10^3/uL.
Identitas Pasien Riwayat kesehatan
Nama : An. R. F
• Keluhan Utama : batuk
Usia : 6 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki dan sesak nafas
Alamat : Kupang
• Riwayat kesehatan lalu :
demam, batuk, pilek dan
kejang
• Riwayat Alergi : --
Pengkajian Fisik
● a. Pemeriksaan Fisik Umum
TD : 90/70 mmhg
HR : 103 x/menit
RR : 59 x/menit
Suhu : 37,7 oC
Keadaan umum : pasien tampak sesak
Kesadaran : compos mentis

● b. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 12.0 g/dL
Hematokrit : 39,9 %
Eritrosit : 5.60 10^6/uL
Monosit : 10.8 %
Neutrofil : 3.25 % 10^3/uL
Limfosit : 7.79 10^3/uL
Trombosit : 276 10^3/uL
Analisa Data
 No Data-data Problem Etiologi
 
DS : Ibu mengatakan An. R. F mengalami batuk-batuk Bersihan jalannafas Mukus yang
1.
namun tidak dapat mengeluaran dahak. tidak efektif berlebihan

DO : An. R.F tampak batuk, TTV: RR: 59x/menit, Suhu


37.70C, Nadi 103x/menit, terdengar bunyi nafas
ronchi pada paru kanan lobus bawah.
  Pola nafas tidak Keletihan otot
DS :Ibu mengatakan An. R. F mengalami sesak nafas.
2. efektif pernapasan.
DO: Terdapat pernapasan cuping hidung, retraksi dinding
dada dan penggunaan otot bantu nafas,
terpasang O2 masker 5 liter per menit
3. DS : ibu mengatakan kurang mengerti tentang Defisit Pengetahuan Kurang terpapar
penyakit anaknya. Informasi

DO : Ibu tampak bingung dengan keadaan


Ibu tidak tahu tentang penyakit anaknya ketika ditanya
oleh perawat.
Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d mukus yang


berlebihan
2. Pola nafas tidak efektif b.d keletihan otot pernapasan

3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi


Intervensi
Diagnosa
Keperawatan NOC NIC Rasional
(Tujuan & Kriteria Hasil) (Intervensi)
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. atur posisi fowler/semi 1. Posisi membantu
bersihan jalan keperawatan selama 3 x 24 jam fowler untuk memaksimalkan ekspansi
napas b.d mukus kriteria hasil yang diharapkan : meminimalkan paru
berlebihan 1. berkurang/tidak ada batuk, ventilasi, 2. Pengeluaran sulit dilakukan
2. tidak ada mucus 2. lakukan fisioterapi bila sekret sangat kental
3. bunyi ronchi berkurang/tidak ada dada jika perlu, 3. Untuk meningkatkan
bunyi ronchi 3. observasi adanya gerakan sekret ke dalam
4. tanda-tanda vital dalam batas bunyi nafas tambahan, jalan nafas besar untuk
normal (frekuensi pernapasan 25- 4. monitor tanda-tanda dikeluarkan
40x/menit) vital, 4. Penurunan bunyi nafas
5. ajarkan nafas dalam dapat menunjukkan adanya
dan batuk efektif, atelektasis
6. keluarkan sekret 5. Ventilasi maksimal akan
dengan batuk atau membuka area atelektasis
suction, 6. Pemasukan tinggi cairan
7. kolaborasi pemberian membantu untuk
terapi uap, mengencerkan sekret
8. kolaborasi pemberian 7. Pasien memiliki alergi debu
terapi intavena. dan serbuk sari.
Intervensi
Diagnosa
Keperawatan NOC NIC Rasional
(Tujuan & Kriteria Hasil) (Intervensi)
pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. observasi irama, 1. Aktivitas terlalu berat dapat
efektif keperawatan selama 3 x 24 jam kedalamam, dan membuat pasien dispnea
berhubungan kriteria hasil yang diharapkan : kesulitan bernapas 2. Membantu menentukan
dengan keletihan 1. sesak nafas berkurang/ tidak 2. catat pergerakan dada, tindakan selanjutnya.
otot pernapasan sesak, 3. catat 3. Membantu analisis
2. tidak ada pernapasan cuping ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu
hidung penggunaan otot-otot nafas dan kelancaran nafas.
3. tidak ada tarikan dinding dada bantu nafas, dan 4. Menentukan pemberian alat
4. penggunaan otot bantu nafas retraksi pada otot bantu nafas.
berkurang/tidak ada penggunaan supraclaviculas, 5. Teknik napas dalam akan
otot bantu nafas 4. monitor pola nafas membuat ventilasi yang
(misalnya bradipneu, maksimal
tekipneu) 6. Aktivitas yang sanggup
5. atur posisi pasien dilakukan oleh pasien harus
fowler/ semi fowler tetap dipertahankan
untuk memaksimalkan
ventilasi
6. kolaborasi pemberian
O2 dan Bronchodilator
Intervensi
Diagnosa
Keperawatan NOC NIC Rasional
(Tujuan & Kriteria Hasil) (Intervensi)
Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. jelaskan tentang 1. Meningkatkan pengetahuan
pengetahuann keperawatan selama 1 x 30 menit, penyakit anak orang tua tentang penyakit
b.d kurang keluarga mampu meningkatkan (pneumonia) yang diderita anak.
2. Menentukan hal-hal yang dapat
terpapar pengetahuan tentang pneumonia, 2. jelaskan penyebabnya,
diberikan atau tindakan yang
informasi dengan kriteria hasil: 3. jelaskan tanda dan dapat dilakukan.
1. keluarga mengetahui pengertian gejala 3. Membantu untuk dapat
penyakit , faktor penyebab, 4. jelaskan cara melakukan pertolongan
mengetahui tanda dan gejala penularan pertama.
penyakit 5. jelaskan cara 4. Mencegah dan meminimalkan
2. mengetahui cara pencegahan pencegahannya paparan virus pada anggota
3. mengetahui cara penanganan 6. cara penanganan keluarga
dirumah (discharge planning). dirumah (discharge 5. Memberikan pengetahuan agar
tidak tertular ataupun
planning). terjangkit kembali.
6. Meningkatkan kesehatan dan
mencegah kambuh kembali.
Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa implementasi Evaluasi
Bersihan jalan nafas tidak 1. memposisi fowler/semi S : Ibu mengatakan An.
efektif b.d mukus yang fowler untuk R.F masih batuk
berlebihan meminimalkan ventilasi,
O : terdapat mukus pada
2. melakukan fisioterapi dada
hidung, terdengar bunyi
3. mengobservasi adanya ronchi pada paru kanan
bunyi nafas tambahan, lobus bawah,
4. memonitor tanda-tanda pernapasan: 65 x/menit
vital, A : masalah belum
5. mengajarkan nafas dalam
teratasi
dan batuk efektif,
6. mengeluarkan sekret P : intervensi 1-7
dengan batuk atau dilanjutkan
suction,
7. mengkolaborasikan
pemberian terapi uap,
8. mengkolaborasikan
pemberian terapi intavena .
diagnosa implementasi Evaluasi
pola nafas tidak efektif 1. mengobservasi irama, S : Ibu mengatakan
berhubungan dengan kedalamam, dan kesulitan An.R.F masih sesak nafas
keletihan otot pernapasan bernapas
O: pasien tampak sesak,
2. mencatat pergerakan
dada, ada pernapasan cuping
3. mencatat hidung, tarikan dinding
ketidaksimetrisan, dada dan penggunaan
penggunaan otot-otot otot bantu nafas,
bantu nafas, dan retraksi pernapasan: 65 x/menit
pada otot supraclaviculas,
A: masalah belum teratasi
4. memonitor pola nafas
(misalnya bradipneu, P: intervensi 1-6
tekipneu) dilanjutkan
5. memposisikan pasien
fowler/ semi fowler untuk
memaksimalkan ventilasi
6. mengkolaborasikan
pemberian O2 dan
Bronchodilator
Diagnosa Implementasi Evaluasi

Defisit pengetahuann 1. jelaskan tentang S: Ibu mengatakan tidak


b.d kurang terpapar penyakit anak paham tentang penyakit yang
informasi (pneumonia) dialami An. R. F, belum
2. jelaskan penyebabnya, paham cara pencegahan,
3. jelaskan tanda dan cara penanganan dan
gejala perawatan dirumah
4. jelaskan cara penularan O: Ibu tidak dapat menjawab
5. jelaskan cara pertanyaan saat ditanyakan
pencegahannya tentang penyakit pneumonia,
6. cara penanganan faktor penyebab, tanda dan
dirumah (discharge gejala, cara pencegahan, cara
planning). penanganan dan perawatan
dirumah
A: masalah belum teratasi
P: intervensi 1-6 dilanjutkan.
Terima Kasih !

Anda mungkin juga menyukai