Anda di halaman 1dari 20

GPK : Mendukung Peran

Guru di Kelas Reguler

Oleh : Legima
(GPK di SMP Negeri 3 Sentolo)
Sekilas tentang GPK

Peraturan Gubernur DIY No 21 Tahun


2013 tentang penyelenggaraan pendidikan
inklusif
Guru Pembimbing khusus adalah tenaga
pendidik yang memiliki kompetensi
dalam memberikan pendampingan bagi
warga sekolah dan orang tua untuk
kelancaran dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusif di satuan pendidikan
GPK ini biasanya memiliki latar belakang
Pendidikan Luar Biasa dan juga
merupakan tenaga pengajar di Sekolah
Luar Biasa yang juga merangkap sebagai
guru di SPPI (Sekolah Penyelenggara
Pendidikan Inklusif)
Syarat fundamental untuk menjadi
seorang GPK :
- kompetensi mendalam ABK
- komitmen terkait dengan pendidikan
inklusif
Peran dan Kewajiban GPK di SMP N 3 Sentolo

konsultan pendidikan
Di SMP N 3 Sentolo terdapat siswa ABK sejumlah
11 siswa terdiri 3 siswa tuna daksa, 1 siswa tuna
grahita, 2 siswa tuna wicara, 1 siswa tuna rungu, 1
siswa gangguan emosional, 1 siswa double
ketunaan low vision-tuna grahita, 1 siswa double
ketunaan low vision-tuna wicara, 1 siswa low
vision. GPK dapat memberikan informasi yang
rinci pada wali kelas maupun guru mata pelajaran
tentang bagaimana metode pembelajaran yang pas
diterapkan bagi ABK tersebut
Low vision :
- duduknya di tempatkan di kursi paling depan
- tulisan di papan yang lebih besar / kertas berisikan
tentang materi pelajaran

Tuna rungu :
- tidak menggunakan bahasa yang sulit di mengerti
- artikulasi yang jelas
- bantuan gambar – gambar (visual) yang menarik
- posisi duduk ABK dalam jarak pandang di depan guru

GPK juga dapat berperan sebagai konsultan dengan orang


tua siswa. Mereka dapat berkonsultasi mengenai hal – hal
yang sekiranya mampu mereka siapkan agar proses
belajar mengajar anaknya di sekolah menjadi lebih
maksimal.
Pendamping

GPK melakukan pendampingan pada anak low


vision dan tuna rungu selama pembelajaran dan tuna
daksa berada di kelas. Pada anak low vision, GPK
akan membacakan ulang secara perlahan tulisan
yang dituliskan oleh guru yang ada di papan tulis.
Pada anak tunarungu maka GPK akan menjelaskan
ulang jika anak tidak paham dengan apa yang
dibicarakan oleh guru karena kemampuan mereka
dalam membaca artikulasi yang kurang. GPK juga
dapat membantu menerjemahkan bahasa isyarat dari
ABK ketika mereka ingin berkomunikasi mengenai
bahan yang sedang diajarkan oleh guru.
dapatmembantu kelanjutan studi siswa
ABK ke jenjang yang lebih tinggi

GPK dapat merekomendasi beberapa sekolah


yang sekiranya dianggap ramah dan cocok
terhadap ABK. Bahkan jika dirasa perlu
maka GPK dapat juga mengadvokasi agar
ABK tersebut diterima di sekolah itu karena
pada dasarnya ABK juga memiliki hak
pendidikan yang sama dan setara seperti
peserta didik yang lainnya.
contohnya pada Rezy, ABK Tunarungu
Wicara yang diterima di SMA N 1 Pengasih
GPK memiliki tanggung jawab untuk
memberikan sosialisasi tentang ABK tidak
hanya pada guru pengajar tetapi juga pada
teman sebaya

- apa yang dimaksud dengan ABK,


- bagaimana etika dan tatacara pergaulan
sehingga tidak menyinggung perasaan ABK,
- kebutuhan khusus apa yang bisa disediakan
teman sebaya kepada mereka, dll.

Sosialisasi ini penting dilakukan untuk


meminimalisir pandangan negatif maupun
diskriminasi yang dilakukan oleh teman sebaya.
Suka menjadi GPK
Suka-nya adalah melihat bagaimana ABK
mampu bersekolah dan berkompetisi
secara sehat di sekolah reguler. Sebuah
fenomena yang mungkin saja tidak akan
pernah dibayangkan 10 tahun lalu karena
ABK dianggap tidak memiliki kompetensi
yang layak untuk bersekolah di sekolah
reguler.
Tantangan GPK

adanyaperbedaan latar belakang pendidikan


GPK dengan ABK yang sedang didampingi

Contohnya adalah seperti yang terjadi di GPK


SMP N 3 Sentolo ini. Pada waktu menempuh
pendidikan GPK mengambil jurusan pendidikan
anak tunagrahita. Pilihan konsentrasi ini
kemudian menjai tantangan GPK sendiri selama
di SPPI karena ABK yang ada di sini low
vision , tuna rungu wicara dan tuna daksa.
tidaksemua guru reguler memahami
karakteristik ABK

- guru tidak menaruh minat pada ABK


karena menganggap mereka hanya pantas
bersekolah di SLB
- guru tidak memiliki kompetensi untuk
paham karakteristik ABK
penyadaran pada siswa ABK akan
kebutuhan khusus yang mereka butuhkan

Hal ini dikarenakan terkadang siswa ABK


merasa dibedakan akibat perlakukan guru yang
memang berbeda terhadap mereka. Ini terjadi
juga dalam prakteknya di dalam SMP N 3
Sentolo. Ada siswa ABK low vision yang
merasa marah ketika guru memberikan kertas
soal yang berbeda. Kertas soal yang diberikan
pada ABK fontnya lebih diperbesar (font 18 ).
Dia pun merasa diperlakukan berbeda dan tidak
mau masuk sekolah keesokan harinya.
penyadaran disini ditujukan pada
siswa lain yang ada dalam satu kelas
dengan siswa ABK

Penyadaran diberikan terkait dengan


hidup berdampingan secara inklusif
sehingga diharapkan sikap toleransi akan
mulai terbentuk dengan adanya
penyadaran ini
SOSIALISASI ABK DG ANAK
REGULER
SUASANA MASUK RUANGAN DAN
PROSES PEMBELAJARAN
PROSES PEMBELAJARAN DAN
SUASANA UTS
PROSES PEMBIMBINGAN
PEMBELAJARAN
ABK TUNA WICARA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai