Kebutaan Di Indonesia, Defisiensi Vitamin A, Retinopati, Kelainan Refraksi (Autosaved)
Kebutaan Di Indonesia, Defisiensi Vitamin A, Retinopati, Kelainan Refraksi (Autosaved)
DI INDONESIA
ATAU…
– Luas lapang pandangan (field of view) < 10° dari
penglihatan sentral
Prevalensi Kebutaan
• Dunia
– 45 juta orang buta
– 110 juta orang dengan gangguan penglihatan berat
– Setiap menit 12 orang menjadi buta
– 90% berada di negara berkembang
• Indonesia
– 3 juta orang buta (1.5% dari populasi)
– Setiap menit 1 orang menjadi buta
– Tertinggi di Asia Tenggara
Etiologi Kebutaan di Indonesia
• Penyebab utama kebutaan
– Katarak 0.78%
– Glaukoma 0.20%
– Kelainan refraksi 0.14%
– Gangguan retina 0.13%
• Diabetik retinopati
– Kelainan kornea 0.10%
• Defisiensi Vitamin A
• Trakoma
Katarak
• Adalah penyakit degenerasi yang ditandai oleh
kekeruhan pada lensa mata
• Data Indonesia
– Insiden 0.1% kebutaan tiap tahun (210.000 orang)
– Sebagian besar berada di daerah dengan ekonomi rendah
– Kemampuan operasi 80.000 mata/tahun
– Backlog (penumpukan) 130.000 kasus/tahun
– Penduduk Indonesia menderita katarak 15 tahun lebih
awal dibandingkan penduduk negara maju
• Kebutaan akibat katarak dapat diatasi OPERASI
Glaukoma
• Adalah penyakit degenerasi yang ditandai oleh
kerusakan nervus optikus akibat tekanan bola mata
yang lebih tinggi dari normal
• Data Indonesia
– 500.000 penderita glaukoma mengalami kebutaan
– Disebut juga “pencuri penglihatan” karena penderita
tidak mengalami keluhan buram sampai akhirnya
penglihatan hilang secara total
– Umumnya penderita berusia 40 tahun ke atas
• Memerlukan upaya DETEKSI DINI
Kelainan Refraksi
• Disebut juga kelainan “kacamata”
• Data Indonesia
– 10% dari 66 juta anak usia sekolah (5-19 tahun)
menderita kelainan refraksi
– Hanya 12.5% yang telah menggunakan kacamata
• Memerlukan upaya DETEKSI DINI
Diabetik Retinopati
• Adalah kerusakan retina akibat kebocoran pembuluh darah yang
terjadi pada diabetes mellitus
• Data Indonesia
– Secara resmi belum ada
– 3.9% dari seluruh jumlah kunjungan (poli mata RSCM)
• DM tipe 1
– 13% kasus pada pasien yang menderita < 5 tahun
– 90% kasus pada pasien yang menderita > 10 tahun
• DM tipe 2
– 25% kasus pada pasien yang menderita < 5 tahun
– 75% kasus pada pasien yang menderita > 10 tahun
• Memerlukan upaya PREVENTIF dan DETEKSI DINI
Defisiensi Vit A
(Xerophthalmia)
• Adalah gangguan pada struktur bola mata dan
fungsi retina akibat defisiensi vitamin A
• Data Indonesia
– Prevalensi 0.3% (tahun 1992)
– 50.2% balita mengalami kadar serum retinol rendah
(<20µg/dL)
– 60.000 anak balita menderita xerophthalmia yang
terancam buta (HKI-1998)
• Memerlukan upaya PREVENTIF dan DETEKSI DINI
Trakoma
• Adalah peradangan pada mata akibat infeksi bakteri
Chlamydia Trachomatis.
• Dikenal sebagai “penyakit kemiskinan”
– Tersebar di daerah kering dan kurang sanitasi
• Data dunia
– 41 juta orang mengalami infeksi aktif
– 8.2 juta orang mengalami trakoma berat dan terancam buta
• Data Indonesia
– Belum ada data resmi
• Memerlukan upaya PREVENTIF dan DETEKSI DINI
Program Pemerintah
• 1967
– Program pemberantasan trakoma dan defisiensi
vitamin A
• 1984
– Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan
(UKM/PK) sebagai kegiatan pokok Puskesmas
• 1987
– Program Penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna
(PPKP) oleh BKMM dan Rumah Sakit daerah
Program Pemerintah
• 2005
– Rencana Strategi Nasional untuk Penanggulangan
Gangguan Penglihatan & Kebutaan (PGPK) untuk
mencapai “Mata Sehat 2020”
– Kepmenkes No 1473/Menkes/SK/X/2005
– Visi
• “Setiap penduduk Indonesia pada tahun 2020 memperoleh
kesempatan/hak untuk melihat secara optimal”
– Strategi
• Meningkatkan jumlah dokter dan perawat puskesmas yang telah
dibina oleh dokter spesialis mata RS kabupaten/kota/BKMM
Program Pemerintah
• Peranan Puskesmas
– Promotif
• Peningkatan gizi (xerophthalmia, katarak)
• Peningkatan higiene (trakoma)
– Preventif
• Pemberian vitamin A (xerophthalmia)
– Deteksi dini
• Skrining anak usia sekolah (kelainan refraksi)
• Skrining penduduk usia > 40 tahun (katarak, glaukoma, DR)
– Terapi dini
• Pemberian vitamin A (xerophthalmia)
• Pemberian antibiotika topikal dan oral (trakoma)
Anatomi dan Fisiologi Mata
Palpebra
Anatomi
Konjungtiva
Membran mukosa, tipis, dan transparan,
Melapisi bagian anterior sklera dan bagian dalam palpebra
Melekat longgar dengan sklera bola mata bebas
bergerak
Mengandung banyak sel goblet yang berfungsi sebagai
kelenjar
– Dibagi 2 :
• Bulbar melapisi anterior bola mata (selain kornea)
• Tarsal melapisi dinding dalam palpebra
• Perbatasan antara konjungtiva bulbar dan tarsal adalah forniks
Anatomi
Konjungtiva
Anatomi
• Sistem lakrimal
– Terdiri atas:
• Glandula lakrimal
• Duktus nasolakrimal
– Fungsi:
• Sebagai komponen air mata (tears) bersama-sama
dengan kelenjar Meibom, Zeis, Moll, dan Goblet
• Drainase , melalui pungtum lakrimal superior dan
inferior, menuju duktus nasolakrimal
Anatomi
Sistem lakrimal
Anatomi
• Sklera
– Jaringan ikat padat terdiri dari serat-serat kolagen
– Sebagai dinding luar pembentuk 5/6 bagian bola mata
• Iris
– “Diafragma mata”, terletak di atas lensa, dan memisahkan antara bilik
mata depan dengan bilik mata belakang
– Terdiri atas otot sphincter pupillae dan dilatator pupillae
• Pupil
– Area sentral iris yang terbuka
– Berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata
dengan cara mengecil (miosis) saat cahaya terang, dan melebar
(midriasis) saat gelap
Anatomi
Lensa
Anatomi
• Vitreus humor (badan kaca)
– Berbentuk gel transparan
– Mengisi rongga belakang bola mata (sebagai tampon internal)
– Sebagai media refraksi (pembiasan) cahaya
• Koroid
– Terdiri atas kapiler-kapiler pembuluh darah sebagai sumber
vaskularisasi organ2 di dalam bola mata
• Optic nerve (nervus optikus)
– Merupakan kumpulan (bundle) dari akson-akson sel-sel
fotoreseptor yang meneruskan impuls listrik dari retina ke otak
Anatomi
Anatomi
Retina
Lapisan tipis transparan yang berfungsi sebagai fotoreseptor
(menyerap dan mengubah cahaya menjadi impuls listrik yang
diteruskan ke otak)
Terdiri atas sel-sel fotoreseptor
Sel cone (kerucut), berfungsi pada kondisi terang
Sel rod (batang), berfungsi pada kondisi minim cahaya
Makula
Bagian sentral retina yang berfungsi pada penglihatan sentral
Retina perifer
Seluruh retina diluar makula yang berfungsi pada penglihatan perifer
Anatomi
Retina
Anatomi
• Otot-otot ekstraokular
– Setiap mata terdiri dari 6 buah otot:
• Musculus rectus superior
• Musculus rectus inferior
• Musculus rectus lateral
• Musculus rectus medial
• Musculus oblique superior
• Musculus oblique inferior
Anatomi
Visual pathway
PEMERIKSAAN MATA
Snellen chart
Trial lens & trial frame
Pemeriksaan visus
• Teknik pemeriksaan (untuk skrining)
– Pasien duduk 6 meter dari chart (3 meter bila menghadap cermin
dan chart ada di atas kepala pasien)
– Minta pasien menutup mata kiri untuk memeriksa mata kanan
– Minta pasien untuk membaca huruf terbesar pada chart
– Bila terbaca, teruskan sampai huruf terkecil yang mampu dibaca
pasien
– Tajam penglihatan/visus pasien adalah 6/….. (…..sesuai notasi
yang terdapat disamping huruf terkecil yang masih terbaca,
contoh: 6/20), artinya adalah pasien dapat membaca huruf pada
jarak 6 meter yang oleh orang normal dapat terbaca pada jarak
20 meter
Pemeriksaan visus
• Teknik pemeriksaan
– Bila pasien tidak dapat membaca huruf terbesar pada chart,
– Lanjutkan dengan meminta pasien menyebutkan jumlah jari
(hitung jari) pemeriksa yang ditunjukkan dari jarak 1, 2, atau
3 meter di depan pasien.
– Bila pasien dapat menyebutkan dengan benar pada jarak 2
meter, maka visus pasien adalah 2/60, artinya pasien dapat
menghitung jari dari jarak 2 meter yang oleh orang normal
dapat dilakukan dari jarak 60 meter.
– Bila pasien tidak dapat menghitung jari dengan benar,
lanjutkan dengan lambaian tangan dari jarak 1 meter
Pemeriksaan visus
• Teknik pemeriksaan
– Bila pasien dapat melihat arah lambaian tangan (atas-bawah
atau kiri-kanan) maka visus pasien adalah 1/300, artinya
pasien dapat melihat lambaian tangan dari jarak 1 meter yang
oleh orang normal dapat dilihat dari jarak 300 meter.
– Bila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan dari jarak 1
meter, lanjutkan dengan memberikan cahaya dari jarak 1
meter (persepsi cahaya)
– Bila pasien dapat melihat cahaya, maka visus pasien adalah 1/~
atau LP (+), artinya pasien hanya dapat melihat sinar dari jarak
1 meter yang oleh orang normal dapat dilakukan pada jarak
tak terhingga
Pemeriksaan visus
• Teknik pemeriksaan
– Jika pasien tidak dapat melihat sinar dari jarak 1 meter maka
visus pasien adalah NLP atau LP(-), yang artinya No Light
Perception
– Ulangi hal yang sama pada mata kiri (mata kanan ditutup)
• Teknik dengan pin hole
– Dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan
refraksi dan mencari kemungkingan adanya kelainan organik
– Dilakukan pada pasien dengan visus hitung jari (1/60) atau
lebih baik, dan belum mencapai emetropia (6/6)
Pemeriksaan visus
• Teknik pemeriksaan pin hole
– Setelah didapatkan visus pasien belum mencapai 6/6
maka pasien diminta untuk mengintip lewat lubang kecil
pada pin hole, lalu kembali membaca chart dari atas ke
bawah
– Bila dengan pin hole visus mencapai 6/6, maka pasien
PASTI memiliki kelainan refraksi saja
– Bila dengan pin hole visus pasien tidak menjadi lebih
baik, maka PASTI memiliki kelainan organik pada mata
(kelainan pada kornea, bilik mata depan, pupil, lensa,
badan vitreus, retina, atau pada korteks serebri)
Tonometri
• Menilai tekanan intraokular (TIO)
• Nilai normal 10-21 mmHg
• Tujuan pemeriksaan terutama untuk skrining
glaukoma
• Jenis-jenis
– Tonometer schiotz
– Tonometer applanation
– Tonopen
– Non-contact tonometer
Aplanasi
Schiotz
Penekanan pada
nervus optikus
Pembentukan
Release Vascular
pembuluh darah Iskemia jaringan
Endothelial Growth
baru retina
Factors (VEGF)
(neovaskularisasi)
Kebocoran
tambahan berasal
dari
neovaskularisasi
Patogenesis
Gambaran klinis
• Keluhan
– Visus turun jika makula sudah terlibat
– Defek lapang pandangan (skotoma)
Gambaran klinis
• Tipe-tipe diabetik retinopati
– Non proliferatif diabetik retinopati (NPDR)
• Kelainan terbatas di lapisan retina
• Eksudat
• Perdarahan
• Neovaskularisasi
– Proliferatif diabetik retinopati (PDR)
• Kelainan sudah melibatkan vitreus
• Perdarahan vitreus
• Robekan retina
• Neovaskularisasi mencapai iris (rubeosis iridis)
Gambaran klinis
Pemeriksaan penunjang
• Oftalmoskopi/fundusko
pi
• Foto fundus
– Sebagai dokumentasi
• Fundus angiografi
– Menilai pembuluh darah
yang bocor dan daerah
retina yang iskemia
Terapi
• Medikamentosa
– Kontrol kadar gula darah konsultasi SpPD
– Untuk retinopatinya tidak ada obat-obatan khusus
• Laser
– Diberikan pada bagian retina yang mengalami kebocoran
pembuluh darah dan iskemia
– Tujuan untuk mengurangi release VEGF menghambat
neovaskularisasi
• Operasi
– Vitrektomi
– Pada PDR (vitreus telah terlibat)
Terapi
Skrining
• Prinsip tatalaksana diabetik retinopati adalah
PENCEGAHAN
• Skrining dilakukan pada semua penderita
diabetes melitus, yang baru terdiagnosis
maupun yang telah lama
• Kontrol gula darah secara ketat dapat
mencegah progresifitas retinopati diabetik
Kelainan Mata pada Defisiensi
Vitamin A
dr. Mayasari Nasrul, SpM
Definisi
• Adalah kelainan mata yang timbul akibat
defisiensi vitamin A, disebut juga Xerophthalmia
• Epidemiologi
– Dunia
• 1-5% anak pra-sekolah menderita xerophthalmia
– Indonesia
• 50.2% balita mengalami kadar serum retinol rendah
(<20µg/dL)
• 60.000 anak balita menderita xerophthalmia yang
terancam buta (HKI-1998)
Vitamin A (Retinol)
• Vitamin larut lemak
• Fungsi
– Proses penglihatan (fototransduksi)
– Diferensiasi sel epitel
– Pertumbuhan
– Imunitas selular
– Anti oksidan
– Pembentukan sel darah (hemopoiesis)
Vitamin A (Retinol)
Vitamin A Deficiency Disorders (VADD)