Mastitis
Mastitis
KELOMPOK 1 :
DINDA ANDJALI MOKOGINTA
FEBIOLA BAKARTI
YULITA LAKNASA
PENGERTIAN MASTITIS
Mastitis adalah radang pada payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas atau
sampai 3 minggu setelah persalinan penyebabnya adalah sumbatan saluran susu dan
pengeluaran ASI kurang sempurna. Peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat
biasa pada wanita yang pernah hamil ,malahan dalam praktek sehari-hari yang tidak
hamil pun kadang-kadang kita temukan dengan mastitis. Bilamana pembesaran
payudara hampir terjadi pada semua wanita pada dua sampai tiga hari pertama setelah
kelahiran,tetapi jarang akan menetap dan biasanya tidak disertai dengan peningkatan
temperature yang lebih tinggi. Kongesti cenderung terjadi menyeluruh dengan
pembesaran vena superficial. Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi
pada ibu yang baru pertama kali menyusui bayinya. Mastitis hampir selalu unilateral
dan berkembang setelah terjadi aliran susu.
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang
disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu
atau melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut
juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada
puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini
bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat (memadai).
Gambar payudara yang mengalami mastitis
Klasifikasi mastitis
1. Umur
2. Paritas
3. Serangan sebelumnya
4. Melahirkan
5. Gizi
6. Faktor kekebalan dalam ASI
7. Stres dan kelelahan
8. Pekerjaan di luar rumah
9. Trauma
TANDA DAN GEJALA MASTITIS
Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi karena
proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermuara pada proses infeksi.
Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal. Namun
karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASI.Hal ini membuat ASI
terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan lancar. Akibatnya
mammae menjadi tegang.Sehingga sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar
dan tertekan.permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa komponen(terutama
protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan
jaringan sekitar sel memicu respon imun. Terjadi inflmasi hingga sehingga
mempermudah terjadinya infeksi.Kondisi ini membuat lubang duktus laktiferus
menjadi port de entry bakteri/tempat masuknya bakteri , terutama bakteri
Staphylococcus aureus dan Strepcococcus sp.
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang terjadi akibat
proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul fisura/robekan/perlukaan
pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan menjadikan port de entry / tempat
masuknya bakteri. Proses selanjutnya adalah infeksi pada jaringan mammae.
PENCEGAHAN MASTITIS
Pencegahan Mastitis
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa
tindakan sebagai berikut (Soetjiningsih, 1997):
1) Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
2) Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan
saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya
3) Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk
mencegah robekan/luka pada puting susu
4) Minum banyak cairan
5) Menjaga kebersihan puting susu
6) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
Penanganan Mastitis
Jika diduga mastitis, intervensi dini berupa tindakan suportif dapat mencegah
4. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu, Jangan lakukan pemijatan jika dikhawatirkan justru membuat
A . Antibiotik, Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak terdapat perbaikan, terapi
antibiotik meliputi:
1. penicillin resistan-penisilinase atau sepalosporin
.
2. Eritromisin mungkin digunakan jika wanita alergi terhadap penicillin.
3. Terapi awal yang paling umum adalah dikloksasilin 500 mg peroral 4 kali sehari untuk 10-
14 hari. Amoxicillin-clavulanate 500mg atau 875mg untuk 10-14 hari atau Clindamycin
300mg untuk 10 – 14 hari atau Trimethoprim-sulfamethoxazole dosis tunggal untuk 10-14
hari. Pada setiap kasus, penting untuk dilakukan tindak lanjut dalam 72 jam untuk
mengevaluasi kemajuan. Jika infeksi tidak hilang hilang kultur air susu harus dilakukan.
B. Analgesik,Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang
berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada
mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen
lebih efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan
parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada
ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.
TERIMA KASIH