6 - Psikologi Perkembangan
6 - Psikologi Perkembangan
Kanak Awal)
01 02 03 04
Masa kanak-
Masa kanak-
Perkembangan kanak awal
kanak awal
Secara kronologis biologis berjalan disebut juga
disebut masa
(urutan waktu), pesat, tetapi masa indera,
estetika, karena
masa kanak-kanak secara sosiologis karena pada
pada masa ini
awal adalah masa masih sangat masa ini
merupakan saat
perkembangan dari terikat oleh penginderaan
terjadinya
usia 2-6 tahun. lingkungan dan anak-anak
perasaan
keluarganya. berkembang
keindahan.
pesat .
05 06 07 08
Usia mainan
Usia prasekolah
Ada dua macam ketrampilan motorik, yaitu ketrampilan koordinasi otot halus dan ketrampilan
koordinasi otot kasar (Moeslichatoen, 2004).
Motorik Kasar & Halus
Kasar
Menurut Harlock mengungkapkan
bahwa motorik kasar adalah gerakan
tubuh meggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi
oleh kematangan anak itu sendiri.
Seperti mendorong anak untuk berlari,
melompat, berdiri di atas satu kaki,
memanjat, bermain bola, mengendarai
sepeda roda tiga.
Motorik Kasar & Halus
Halus
Mugil yang dikutip dalam buku Ahmad
Rudiyanto, motorik halus sebagai
sebuah gerakan yang memerlukan
kontrol otot-otot ukuran kecil untuk
mecapai tujuan tertentu yang meliputi
koordinasi mata, tangan dan gerakan
yang membutuhkan gerakan tangan atau
jari untuk pekerjaan dengan ketelilitian
tinggi. menulis, meremas, menggambar,
menggenggam, menyusun balok dan
memasukkan kelereng.
Perkembangan Kognitif Masa Kanak-kanak Awal
Tahap- Tahap
Tahap Praoperasional (Usia
Perkembangan Tahap Operasional Formal
2 tahun sampai dengan 7
Kognitif Menurut (Usia 11 sampai 15 tahun)
tahun)
Piaget
Pada tahapan ini anak akan bepikir secara simbolis, anak memperolehnya dengan membayangkan
penampilan objek yang ada secara fisik. Contoh : Anak akan sulit membayangkan kalau sapi itu
berkaki empat. Tapi akan lebih muda jika anak diperlihatkan langsung dengan objek.
Karaketristik Yang menonjol
pada usia ini adalah
Abstrak Pendahuluan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Perkembangan motorik kasar dan halus sangat penting untuk kehidupan anak
perkembangan motorik halus dan kasar anak usia selanjutnya, agar menjadi individu yang mandiri. Kegiatan seperti makan,
empat dan lima tahun. Metodologi penelitian yang
minum, menulis merupakan kegiatan motorik halus. Aktivitas berjalan, berlari,
digunakan adalah Ex-post Facto pada siswa PAUD
menendang bola, menangkap bola, merupakan dasar penting untuk melakukan
yang pernah bersekolah di TK. Populasinya adalah
gerakan olahraga yang lebih kompleks. Dengan demikian, orang tua memberikan
anak usia empat dan lima tahun dari TK Islam. Jumlah
sampel adalah dua puluh anak. Perkembangan motorik stimulus bagi perkembangan anak dengan memberikan mainan dan permainan
diukur dengan Ages and Stages Questionnaire (ASQ) yang bermanfaat bagi anak.
Edisi ke-3. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
Keterampilan motorik sangat penting dalam upaya mencapai kesejahteraan
perbedaan keterampilan motorik kasar dan halus pada
hidup. Manfaat partisipasi aktivitas fisik tidak hanya berdampak pada kesehatan,
anak usia empat dan lima tahun. Keterampilan motorik
tetapi juga mampu meningkatkan aspek sosial dan emosional yang juga
halus dan kasar sangat penting bagi kesehatan dan
prestasi akademik anak di masa depan. Maka dari itu bermanfaat bagi kehidupan anak di masa depan. Kunci keberhasilan seorang anak
orang tua dan guru perlu memberikan rangsangan untuk dapat berpartisipasi aktif dalam aktivitas fisik dan olahraga adalah anak
untuk mengembangkan keduanya secara proporsional. harus mengalami dan menguasai gerak motorik dasar atau FMS
Hasil Kesimpulan
Berdasarkan data tersebut, semua anak Baik perkembangan motorik kasar maupun halus yang
mengalami perkembangan yang cukup baik. sama-sama penting bagi kesehatan dan prestasi
Namun terdapat perbedaan dalam pencapaian akademik anak di masa depan. Orang tua dan guru
perkembangan baik aspek motorik kasar adalah bagian penting dari kehidupan seorang anak.
maupun motorik halus. Berdasarkan data Stimulus dan penguatan kedua aspek motorik itu
tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan penting sejak dini. Karakteristik kemampuan fisik
motorik kasar pada anak usia 4-5 tahun lebih anak yang memiliki kelebihan energi, memberikan
berkembang dibandingkan dengan dorongan untuk terus mengeksplorasi lingkungan
perkembangan motorik halus. Ciri-ciri anak seluas mungkin. Aktivitas motorik kasar dan halus
yang suka bergerak, dan menjelajahi perlu diberikan secara seimbang. Guru dan orang tua
lingkungan, menjadi salah satu faktor yang perlu berusaha memberikan kegiatan permainan dan
menyebabkan perkembangan motorik kasar alat bermain yang sesuai dengan usia perkembangan
lebih dulu berkembang daripada anak. Masih belum sebandingnya stimulasi motorik
perkembangan motorik halus. Adapun dari kasar dan halus, merupakan masalah yang harus
data yang diperoleh informasi bahwa pada segera diselesaikan. Program pembelajaran yang
anak yang memiliki kemampuan motorik mengatur keseimbangan kedua aspek tersebut sangat
tinggi pada kemampuan motorik kasar, ditunggu
motorik halus tidak begitu menonjol.
Judul Learning by Using Traditional Children's Games "Sesiku" in
Developing Early Childhood Character Values
Penerbit Evi Selva Nirwana
Tahun Terbit Vol.13 (2) August, 2021
Abstrak Pendahulua
Abstrak Pendahuluan
Abstrak
Pendahuluan
Setiap individu anak usia dini memiliki potensi untuk mengalami
masalah. Salah satu masalah individu tersebut adalah perkembangan Aspek fisik meliputi pengembangan Motorik halus (fine Motor) dan motorik kasar
motorik halus. Perkembangan motorik halus ini berkaitan dengan (gross motor) yang berguna untuk pertumbuhan dan kesehatan anak. Perkembangan
pengembangan kemampuan dalam menggunakan jari untuk motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot kecil
menggunakan berbagai kegiatan, seperti melakukan gerakan (motion), atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk
menempel, mencubit, memotong, melukis, dan lain-lain. Masalah belajar dan berlatih (Sumartini, 2011). Motorik halus yang paling utama adalah
kemampuan memegang dengan tepat yang diperlukan untuk menulis.
perkembangan motorik halus ini ditemukan pada anak usia 5-6 tahun di
Dari penjelasan diatas betapa pentingnya Motorik halus anak. Akan tetapi dalam
tempat penelitian. Salah satu solusi dari mengatasi masalah pada
praktek sehari-hari terdapat permasalahan dan perkembangan kemampuan motorik
perkembangan motorik halus adalah dengan mengadakan kegiatan kolase halus anak dari pengamatan peneliti masalah yang terjadi dalam kelompok anak Paud
dengan media serutan pensil. Tujuan penelitian ini adalah untuk Kasih Ibu Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah kurangnya
mengetahui aktivitas kolase dengan media serutan pensil pada kemampuan motorik halus anak yaitu pada kegiatan kolase hanya anak yang sudah
perkembangan motorik halus anak-anak. Penelitian ini menggunakan mampu dengan baik mengikuti kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kegiatan
metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan instrument motorik halus pada kegiatan kolase. Dalam kegiatan kolase kurangnya kosentrasi,
penelitian berupa lembar observasi, dokumentasi dan wawancara. Total kerapian, ketepatan, dan kemandirian anak dalam menempel dengan tepat pada pola
sampel sejumlah 13 anak. Hasil dari penelitiannya adalah, sejumlah 11 yang dicontohkan oleh guru. Dengan demikian perlu adanya pembelajaran yang kreatif
anak memiliki perkembangan yang sangat baik dan 2 orang belum dan inovatif dari guru misalnya dalam memilih atau menentukan strategi pembelajaran,
memilih alat atau media, jenis dan bentuk sistem pembelajaran serta alat evaluasi hal
berkembang dengan baik. Penyebab anak yang belum berkembang
ini dilakukan agar kegiatan yang dilaksanakan lebih menarik dan bias membangkitkan
dipengaruhi oleh perundungan secara verbal oleh anak lain, karena anak
rasa ingin tahu anak dan memotivasi anak untuk berfikir kritis dan bisa menentukan
ini selalu ingin membantu orang lain menurut persepsinya, tetapi menurut hal-hal baru.
persepsi anak lain hal ini dianggap mengganggu.
Hasil Kesimpulan
Kegiatan kolase dilaksanakan untuk menstimulus perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Perkembangan motorik halus anak usia dini bisa
Kolase Media Serutan Pensil Paud Kasih Ibu. Potensi kecerdasan anak akan berkembang secara ditunjang dengan berbagai macam cara. Salah satu cara
optimal bila dikembangkan sejak dini melalui layanan pendidikan yang tepat sesuai dengan yang bisa mengkonstruksi hal tersebut adalah melalui
tingkat perkembangan anak. pemaparan tersebut terlihat bahwa penelitian ini relevan dengan teori kegiatan membuat kolase dengan menggunakan media
belajar Experiential Learning teori ini berpendapat yaitu belajar adalah proses aktif yang menuntut hasil serutan pensil. Manfaat baik yang diperoleh anak
peran aktif setiap anak. Permasalahan terhambatnya perkembangan motorik halus subjek An. G jika mengikuti kegiatan membuat kolase ini adalah anak
dan An. Y masih diupayakan oleh guru Paud tetapi belum melibatkan komunikasi dengan orang dapat melatih motorik halus, dapat mengembangkan
tua. Sehingga guru Paud kesulitan dalam membantu kedua anak tersebut. Untuk mencapai standar kreatifitas, bisa melatih konsentrasi, bisa mengenal
perkembangan motorik halus yang tercantum pada Permendikbud No. 58 Tahun 2009 tentang konsep warna, pola dan bentuk, bisa melatih ketekunan
Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Hidayat dan Sari (2013), menyatakan bahwa perlu adanya dan kepercayaan diri. Selain itu juga bisa melatih
kerja sama antara guru dengan masyarakat termasuk orangtua yang bersifat akademik dan non- kesabaran dan emosionall pada anak. Saran yang bisa
akademik untuk perkembangan motorik halus pada anak dilakukan sebagai tindak lanjut dari artikel hasil
Pengaruh kolase terhadap perkembangan motorik halus anak di Paud Kasih Ibu dapat di penelitian ini adalah 1. Pada saat kegiatan membuat
simpulkan bahwa pengaruh kolase media serutan pensil berpengaruh signifikan pada kolase berlangsung Anak dibiarkan untuk berkreasi sesuai
perkembangan motorik halus anak ,hal ini dapat di lihat dari pengamatan yang di lakukan oleh dengan kemampuan yang mereka miliki. 2. Pola yang
peneliti dalam kegiatan pembelajaran dengan mengunakan kolase media serutan pensil ,ketika diberikan kepada anak pun hendak lebih menarik dan
mengunakan media kolase serutan pensil hasil nya sangat berbeda karena dengan bermain kolase berukuran besar sehingga anak lebih mudah untuk
serutan pensil anak dapat terlibat langsung dalam membentuk , dan anak juga mampu berekplorasi mengisi ruang yang ada atau di sesuai kan dengan usia
sesuai dengan imajinasinya . Sehingga motori khalus anak berkembang secara optimal sesuai . anak. 3. Dalam melakukan kegiatan kolase media yang
dengan tahap perkembangan anak.dan juga dapat membimbing anak memiliki konsentrasi yang digunakan lebih menarik seperti serutan pensil supaya
baik sangat penting agar anak dapat mengikuti proses pembelajaran di sekolah .juga melatih anak tidak bosan dan anak lebih kreatif. 4. Berikan waktu
keberanian anak. Kelemahan pada kegiatan kolase media serutan pensil dari 13 orang anak yang cukup kepada anak dalam melakukan kegiatan
terdapat 2 orang anak yang perkembangan motorik halus nya terhambat yaitu : subjek An G dan kolase, serta pengawasan kepada anak boleh guru
An Y , kedua anak tersebut masih belum berkembangan di karenakan anak ini tidak mandiri , dan pendamping. 5. Selalu memberikan reward atau
selalu mau mendapat perhatian yang lebih dari guru dan teman – teman nya , serta pada kegiatan penghargaan kepada anak agar anak lebih termotivasi lagi
kolase serutan pensil selalu ingin di bimbimng ,dan selalu di ingatkan setiap melakukan kegiatan. dalam melaksanakan kegiatan yang diberikan oleh guru.
Untuk mengatasi terhambatnya perkermbangan dari kedua anak tersebut agar perkembangan
motorik halus anak berkembang optimal dan sesuai dengan perkembangannya maka peneliti
menemukan solusi nya dengan memberikan bimbingan dan konseling pada kedua anak
tersebut.dan untuk yang sudah baik di kompirmasikan dengan teori belajar.
.
Judul: Maternal emotional support but not cognitive support during problem-solving predicts increases in cognitive
flexibility in early childhood
Jurnal International Journal of Behavioral Development Vol. 43(1) 12–23, 2019
Selin Zeytinoglu, Susan D. Calkins, and Esther M. Leerkes
● Pendahuluan
Fungsi eksekutif, fleksibilitas kognitif memungkinkan untuk fleksibilitas dalam beralih lintas tugas, aturan, operasi, dan perspektif berdasarkan perubahan tujuan dan tuntutan lingkungan (Carroll, Blakey, &
FitzGibbon, 2016; Berlian, 2013). Temuan menunjukkan bahwa memahami faktor-faktor kunci yang berkontribusi terhadap pengembangan fleksibilitas kognitif dapat membantu memandu pencegahan dan strategi
intervensi yang ditujukan untuk meningkatkan adaptif berfungsi. Anak usia dini merupakan periode transformasi yang cepat dalam fleksibilitas kognitif, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk menyesuaikan
respon berdasarkan perubahan aturan eksplisit (Bunge & Zelazo, 2006). Fleksibilitas kognitif adalah bentuk kompleks dari fungsi eksekutif, yang bersama- sama mengacu pada proses atensi dan kognitif kehendak yang
sebagian besar didukung oleh korteks prefrontal yang berfungsi untuk mengelola perilaku yang diarahkan pada tujuan (Best & Miller, 2010; Diamond, 2013)
● Metode
Sampel untuk penelitian ini adalah 278 anak (55% perempuan) dan pengasuh utama mereka (96% ibu) yang berpartisipasi dalam studi longitudinal yang memeriksa prekursor fisiologis, kognitif, dan
emosional dari kesiapan akademik awal. Usia rata-rata anak-anak di prasekolah, taman kanak-kanak, dan kunjungan kelas satu adalah 56,37 (standar deviasi (SD) ¼ 4,68), 70,80 (SD ¼ 3,86), dan 82,76 (SD ¼ 4.02)
bulan, masing-masing. Pada kunjungan prasekolah, usia ibu berkisar antara 19 hingga 58 tahun (rata-rata (M) ¼ 35) dan sekitar 61% ibu memiliki gelar sarjana 4 tahun atau telah menyelesaikan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi. Rasio pendapatan terhadap kebutuhan rata-rata, dihitung dengan membagi total pendapatan keluarga dengan ambang kemiskinan untuk ukuran keluarga tersebut, adalah 2,11 (SD ¼ 1,41) Dalam hal ras dan
etnis, sampel sangat beragam dengan 59% dari anak-anak dilaporkan sebagai Eropa Amerika, 30% sebagai Afrika Amerika, dan 11% sebagai ras lain; 6,5% dari sampel diidentifikasi sebagai Hispanik. Dari 278 peserta
dalam sampel asli, 249 kembali untuk kunjungan taman kanak-kanak dan 240 kembali untuk kunjungan kelas satu. Peserta yang tidak kembali untuk kunjungan terakhir tidak berbeda dari peserta yang tersisa sehubungan
dengan jenis kelamin, status minoritas, pendidikan ibu, perilaku pengasuh yang diamati, atau fleksibilitas kognitif anak.
● Diskusi/ Pembahasan
Dalam studi ini, kami memeriksa hubungan longitudinal dua arah antara perilaku mendukung ibu selama pemecahan masalah dan fleksibilitas kognitif anak-anak dalam studi 3-gelombang mulai dari
prasekolah hingga kelas satu. Menggunakan analisis regresi struktural autoregressive cross-lag, kami memeriksa hubungan longitudinal antara dua aspek pengasuhan dan fleksibilitas kognitif anak-anak, memperhitungkan
stabilitas longitudinal setiap konstruksi, kovariasi dalam waktu di antara tiga konstruksi, serta pengaruh ibu pendidikan, dan usia anak dan status minoritas.
● Kesimpulan
Temuan kami menunjukkan bahwa dukungan emosional ibu dalam konteks pemecahan masalah interaktif memprediksi fleksibilitas kognitif anak-anak dari prasekolah hingga taman kanak- kanak, dan dari
taman kanak-kanak hingga kelas satu, menunjukkan bahwa dukungan emosional ibu dapat menjadi kekuatan pendorong dalam pengembangan fleksibilitas kognitif di anak usia dini. . Sebaliknya, dukungan kognitif ibu
tidak memprediksi perubahan fleksibilitas kognitif dari waktu ke waktu. Dengan memeriksa peran dukungan emosional dan kognitif ibu dalam model yang sama, kami dapat mengidentifikasi dimensi khusus pengasuhan
yang mengarah pada peningkatan fleksibilitas kognitif dan mungkin fungsi eksekutif mengingat DCCS dianggap sebagai ukuran fungsi eksekutif (Zelazo, 2006). Dengan demikian
● Pendapat saya tentang jurnal ini
Dalam bacaan yang saya lakukan pada jurnal ini, peneliti tidak menjelaskan analisis yang digunakan secara akurat, sehingga para pembaca kebingungan memahami. Ditambah untuk hasil akhir tidak di
uraikan dalam bentuk kesimpulan, tapi langsung dari pembahasan diskusi disatukan.
Judul: Piaget’s Cognitive Developmental Theory: Critical Review
Jurnal The Asian Institute of Research Education Quarterly Reviews Vol.2, No.3, 2019: 517-524 ISSN 2621-5799, 2019
Penulis Zana H. Babakr, Pakstan Mohamedamin, Karwan Kakamad
● Pendahuluan
Psikolog Swiss Jean Piaget (1986-1980) selama sekitar lima dekade untuk menentukan perkembangan kognitif anak-anak (Passer & Smith, 2009). Selama studinya, ia berusaha
mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan kunci seperti: "Mengapa seorang anak berbicara, dan dengan siapa dia berbicara?" dan “Mengapa dia mengajukan begitu banyak pertanyaan?”
“Mengapa anak-anak di usia yang sama melakukan kesalahan yang sama?” (Passer & Smith, 2009; Butler-Bowdon, 2007). Setelah bertahun-tahun bekerja keras, akhirnya dia menerbitkan ide-idenya
dan mengusulkan tahap perkembangan kognitif global untuk anak-anak, termasuk tahap sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan tahap operasional formal (Bernstein, Clarke-stewart, &
Roy, 2008; Martin, Carlson , & Buskist, 2010). Meskipun kontribusi Piaget memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan psikologi perkembangan (Oates & Grayson, 2004), karyanya belum
sepenuhnya diterima karena beberapa masalah metodologis (Lourenço & Machado,1996). Tujuan penelitian ini adalah Untuk menunjukkan aspek-aspek kunci dari teori perkembangan kognitif Piaget
dan mengevaluasi ide Piaget berdasarkan studi selanjutnya
● Metode
Library Researh dengan mengacu pada referensi buku-buku atau penelitian terdahulu.
● Diksusi/ Pembahasan
Dalam hal prinsip-prinsip ilmu perkembangan, teori Piaget memiliki beberapa masalah. Pertama, tentang pemilihan peserta; Piaget tidak memilih berbagai macam peserta untuk
memberikan hasil yang dapat diandalkan, kebanyakan ia hanya memeriksa anak-anaknya sendiri (Lilienfeld et al., 2011). Selain itu, salah satu aspek terpenting dalam metodologi penelitian adalah
mengurangi efek bias pengambilan sampel dengan memilih peserta dengan sangat hati-hati. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk menggeneralisasi ide-idenya kepada anak-anak dari budaya atau
negara yang berbeda di seluruh dunia.
Kedua, Piaget sering menggunakan metode klinis untuk mengumpulkan data. Metode ini lebih fleksibel, sehingga peserta cenderung mengajukan pertanyaan yang berbeda (Miller, 2011).
Namun, materi, pertanyaan, arahan, dan teknik yang seragam untuk mengevaluasi variabel psikologis adalah tulang punggung psikologi eksperimental (Miller, 2011)
● Kesimpulan
Gelman (1977) percaya bahwa Piaget menggunakan tugas yang kompleks dan strategi yang tidak memadai untuk mengevaluasi konservasi di antara anak-anak. Misalnya, dalam satu
studi, Gelman (1972) memanipulasi tugas untuk menilai kemampuan konservasi di antara anak-anak, dan ia menemukan hasil yang berbeda yang tidak mendukung hasil Piaget. Hasilnya adalah Teori
Piaget harus direvisi berdasarkan studi baru, psikolog saat ini dapat menggunakan Nueroimaging untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih spesifik tentang perkembangan kognitif dan transisi hidup
● Pendapat saya tentang jurnal ini
Jurnal ini menggambarkan kepada kita bahwasanya setelah belasan tahun penelitian yang dilkukan oleh Piaget tentang perkembanga kognitif. Ia menghasilkan 4 tahap perkembangan:
Tahap sensorimotor
Tahap praoperasional
Tahap operasional konkret
Dan tahap opersional formal
Namun penelitian ini masih menarik untuk diteliti oleh peneliti lainnya, sehingga penemuan piaget harus direvisi.
Judul Joint physical-activity/screen-time trajectories during early childhood: sociodemographic predictors and
consequences on health-related quality-of-life and socioemotional outcomes
Jurnal International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity (2019) 16:55
Penulis: Borja del Pozo-Cruz, Francisco Perales, Phil Parker, Chris Lonsdale, Michael Noetel, Kylie D. Hesketh and
Taren Sanders
● Pendahuluan
Aktivitas secara positif terkait dengan berbagai psikologis, hasil kognitif, dan kardio-metabolik anak, sementara perilaku menetap adalah negatif. Sampai saat ini, badan penelitian ini
mencakup sebagian besar studi yang meneliti lintasan aktivitas fisik dengan kumpulan studi yang lebih kecil juga mempertimbangkan menonton TV dan perilaku menetap lintasan. Misalnya, sebuah
penelitian terhadap 438 anak berusia 0-5 tahun di Selandia Baru mengidentifikasi empat lintasan aktivitas fisik yang berlaku (terus- menerus rendah, meningkat, menurun, dan terus-menerus tinggi)
dan serangkaian lintasan serupa untuk perilaku menetap Lintasan ini secara signifikan terkait dengan adipositas berikutnya: anak-anak yang mempertahankan tingkat aktivitas fisik yang tinggi sejak
lahir memiliki massa lemak yang lebih sedikit pada usia 5 tahun dibandingkan anak- anak yang mengalami penurunan atau tingkat aktivitas fisik yang stabil.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah dukungan emosional dan kognitif pengasuh selama konteks pemecahan masalah memprediksi peningkatan fleksibilitas kognitif
anak- anak dari prasekolah hingga kelas satu.
● Metode
Subjek penelitiannya adalah Anak-anak, 0-5 dan 4-9 n=18.643 Kami menggunakan data dari Studi Longitudinal Anak-anak Australia (LSAC), sebuah studi berbasis populasi yang
melacak setiap 2 tahun dua kohort anak-anak berusia 0/1 tahun (kohor B) dan 4/5 tahun (kohor K) pada awal 2004. Data dikumpulkan dengan menggunakan metodologi probabilistik yang kompleks
yang menghasilkan sampel yang sangat representatif dari anak-anak Australia pada usia tersebut. Analisis didasarkan pada data dari tiga gelombang LSAC pertama untuk kohort B (usia 0/1, 2/3 & 4/5)
dan kohort K (usia 4/5, 6/7 & 8/9)
● Diskusi/ Pembahasan
Para peneliti dan pembuat kebijakan menyadari pentingnya meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi waktu layar pada bayi dan anak kecil, beberapa penelitian telah memanfaatkan
kekuatan kumpulan data longitudinal yang matang untuk memahami perilaku ini sebagai lintasan perkembangan yang ditentukan bersama. Studi dari dua kohort nasional anak-anak Australia berusia
0-5 (n = 4,164) dan 4-9 tahun (n = 3.979 adalah, sepengetahuan kami, yang pertama memetakan lintasan bersama dalam aktivitas fisik dan perilaku screentime, mengidentifikasi anteseden sosio-
demografis mereka, dan menetapkan konsekuensinya pada anak-anak'HRQoL dan hasil sosio-emosional.
Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik dan perilaku screen-time terkait dengan cara yang kompleks [10], dengan trade-off di antara mereka dan—berpotensi—dengan penggunaan waktu lain
yang tidak dipertimbangkan di sini (misalnya, tidur atau perilaku menetap lainnya)
● Kesimpulan
Studi ini menghasilkan bukti pertama kali tentang lintasan aktivitas fisik/waktu layar bersama bayi dan anak kecil. Temuan utama menunjukkan bahwa lintasan perkembangan yang
ditandai dengan tingkat aktivitas fisik dan waktu layar yang rendah adalah yang paling umum, tetapi yang ditandai dengan tingkat aktivitas fisik dan waktu layar yang tinggi dikaitkan dengan HRQoL
dan hasil sosioemosional terbaik.
Beberapa kelompok anak secara konsisten memasuki lintasan penggunaan waktu yang ditandai dengan rendahnya ingkat aktivitas fisik dan tingkat waktu layar yang tinggi, yang mengarah pada hasil
terburuk.
● Pendapat saya tentang jurnal ini
Jurnal ini pada paparaan abstrak sudah menjelaskan terkait hasil atau peenmuannya terhadap penelitian ini, untuk itu reviewer hanya perlu membaca bagaimana analisis yang telah
dilakukan untuk mencapai sebuah hasil.
Judul: The Effect of Gadget Toward Early Childhood Speaking Ability
Jurnal: Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies
Volume:IJECES 7 (2) (2018)
Penulis: Nirwana, A.Musda Mappapoleonro, Chairunnisa
● Pendahuluan
Gadget merupakan produk teknologi yang saat ini sedan Tren bahkan menjadi kebutuhan primer bagi sebagian besar masyarakat. Berdasarkan data dari KOMINFO di tahun 2014 tingkat
penggunaan gadget di Indonesia sangat tinggi. Ditemukan bahwa 98% anak-anak dan remaja mengetahui tentang internet. Akibatnya yang timbul dari kecanduan gadget salah satunya adalah pad
kemampuan interaksi sosial. Pada masa anak usia dini, anak mengalami perkembangan pada tahap mengekplorasi dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitarnya. Tapi semenjak adanya
gadget dia lebih tertarik dengan permainan onlinenya dari pada bermain dengan temannya.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk menjelaskan penggunaan gadget terhadap kemampun berbicara anak usia dini.
● Metode
Metode; penulis menggunakan studi kepustakaan untuk mendapatkan informasi sebagai dasar dalam penelitian. Dilakukan dengan memahami buku-buku literatur atau media internet dan
mengubungkan pada subjek penelitian, yaitu anak usia 3 tahun yang mengalami keterlambatan berbicara.
● Diskusi/ Pembahasan
Menurut Vygotsky (Santrock, 2007) anak-anak menggunakan ucapan tidak hanya untuk berkomunikasi secara sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas anak-anak
pada usia dini menggunakan bahasa untuk membimbing dn merencanakan, membimbing dan memantau perilaku mereka. Bahkan Howard Shaughnessy, sanger dan Hux (dalam seefeldt & Wasik,
2008). Percakapan merupakan kegiatan favorit anak usia 4 tahun, ketika mereka berbicara sambil bermain, dan merekasering menggambarkan apa yang mereka lakukan saat bermain. Keterlambtan
dlam memulai bicara dapt memiliki efek lain , jenny rdesky.pakar dri University of Michign di Amerika serikat, berpendapatbahwa ketika anak tidak mampu mengungkapkan rasa frustasinya melalui
kata-kata mereka kan cenderung menggunakan gerakan tubuh untuk menarik perhatian. Dengan kata lain anak akan tampak todak mampu mengendalikan emosi, selain itu keterlambatan berbicara
dapat mempengaruhi kemampuan akademik anak di sekolah. Orangtu harus mewaspadai pengaruh gadget yang dapat mempengaruhi anakanak mereka. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan oleh
orang tua pengasuh: 1. Memberi contoh yang baik pada anak dalam menggunakan gadget 2. Membei respon kepada anak 3. Mendampingi anak dalm bermin gadjet 4. Orang tua harus tegas dan bijak
dalam memberikan gadget 5. Memberikan pemahaman kepada anak tentang cara menggunakan gadget secara bertanggung jawab (suhana, 2018)
● Kesimpulan
Perkembangan teknologi saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Gadget merupakan produk teknologi yang saat ini sedang menjadi trend dengan menghadirkan berbagai model dan
harga yang terjangkau khususnya di Indonesia. Pengguna gadget tidak dibatasi oleh usia. Sekarang kehidupan sosial anak- anak lebih banyak dipengaruhi oleh teknologi. Anak usia dini yang
berinteraksi dengan gadget dan dunia maya mempengaruhi pemikiran mereka tentang sesuatu di luar media digital tersebut. Mereka juga akan merasa asing dengan lingkungan sekitarnya karena
kurangnya interaksi sosial dengan teman sebayanya, yang menghambat kemampuan berbicara mereka. Orang tua hendaknya memperhatikan anaknya saat bermain gadget agar tidak tergantung pada
alat tersebut dan tidak lupa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Gadget memang dibutuhkan untuk sarana komunikasi, namun pengawasan dan bimbingan orang tua terhadap anak harus selalu
dilakukan. Karena jika orang tua tidak mampu mengontrol anaknya dalam penggunaan gadget, maka akan memperlambat kemampuan mereka dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitar
● Pendapat saya tentang jurnal ini
Jurnal ini dari segi isi dan pembahasan sudah bisa dipahami. Hanya saja teori yang digunakan ada yang berseberangan. Subjek penelitian adalah anak umur 3 tahun, namun hasil penelitin
yang dikutip anak yang berumur 4 tahun.
Danke!
Gibt es noch Fragen?
youremail@freepik.com
+39 620 421 838
yourcompany.com