Anda di halaman 1dari 30

Perkembangan Anak Usia Dini (Masa Kanak-

Kanak Awal)

Riki Saputra Muhammad Zambri


20731251013 211312510004
Masa Kanak – Kanak Awal

01 02 03 04

Masa kanak-
Masa kanak-
Perkembangan kanak awal
kanak awal
Secara kronologis biologis berjalan disebut juga
disebut masa
(urutan waktu), pesat, tetapi masa indera,
estetika, karena
masa kanak-kanak secara sosiologis karena pada
pada masa ini
awal adalah masa masih sangat masa ini
merupakan saat
perkembangan dari terikat oleh penginderaan
terjadinya
usia 2-6 tahun. lingkungan dan anak-anak
perasaan
keluarganya. berkembang
keindahan.
pesat .
05 06 07 08

Pada masa ini Pada masa ini, Masa kanak-


Masa kanak- anak-anak
anak-anak kanak awal
kanak awal banyak meniru,
memiliki sikap dimulai sebagai
disebut juga banyak bermain
egosentris penutup masa
masa menentang, ataupun
dimana selalu bayi. Masa
karena anak-anak berkhayal,
memandang kanak-kanak awal
senang sehingga itu akan
segala sesuatu berakhir sampai
mengadakan memberikan
dari sudut dengan sekitar
eksplorasi (efek keterampilan dan
pandangnya usia masuk
perkembangan). pengalaman
sendiri. sekolah dasar.
terhadap si anak.
Ciri-ciri pada masa anak-anak awal

 Usia yang mengandung masalah atau usia sulit

 Usia mainan

 Usia prasekolah

 Usia belajar kelompok

 Usia menjelajah dan banyak bertanya

 Usia meniru dan kreatif


Tugas-tugas perkembangan pada fase ini

Belajar membedakan yang baik dan yang


buruk dan mengembangkan kata hati.

Membentuk konsep-konsep pengertian


sederhana tentang kenyataan sosial dan alam.

Belajar membedakan jenis kelamin

Belajar membangun hubungan emosional


Belajar berbicara
Perkembangan Fisik
Kuhlen dan Thompson
 Sistem saraf yang sangat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan dan emosi
 Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan
kekuatan dan kemampuan motoric
 Kelenjar Endoktrin, yang menyebabkan munculnya
pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja
berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu
kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan
jenis
 Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi berat dan
proporsi.
Perkembangan Fisik

Pertumbuhan Fisik Pada Pada usia 6 tahun, berat


masa kanak-kanak awal, anak harus mencapai ± 7
rata-rata anak bertambah kali berat pada waktu
tinggi 6,25 cm dan lahir.
bertambah beratnya 2,5-
3,5 kg setiap tahun.

Selama 4-6 bulan pertama masa kanakkanak awal, 4 (empat) gigi


geraham belakang sudah muncul. Akhir masa ini biasanya
anakanak memiliki 1 atau 2 gigi tetap di depan dan di beberapa
celah
Perkembangan Fisik Motorik

Hurlock mengatakan bahwa perkembangan motorik adalah perkembangan gerakan jasmaniah


melalui kegiatan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang
terkoordinasi.

Ada dua macam ketrampilan motorik, yaitu ketrampilan koordinasi otot halus dan ketrampilan
koordinasi otot kasar (Moeslichatoen, 2004).
Motorik Kasar & Halus

Kasar
Menurut Harlock mengungkapkan
bahwa motorik kasar adalah gerakan
tubuh meggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi
oleh kematangan anak itu sendiri.
Seperti mendorong anak untuk berlari,
melompat, berdiri di atas satu kaki,
memanjat, bermain bola, mengendarai
sepeda roda tiga.
Motorik Kasar & Halus

Halus
Mugil yang dikutip dalam buku Ahmad
Rudiyanto, motorik halus sebagai
sebuah gerakan yang memerlukan
kontrol otot-otot ukuran kecil untuk
mecapai tujuan tertentu yang meliputi
koordinasi mata, tangan dan gerakan
yang membutuhkan gerakan tangan atau
jari untuk pekerjaan dengan ketelilitian
tinggi. menulis, meremas, menggambar,
menggenggam, menyusun balok dan
memasukkan kelereng.
Perkembangan Kognitif Masa Kanak-kanak Awal

Piaget Menjelasakan bahwasanya perkembangan


kognitif terjadi melalui proses yang disebut
adaptasi .

Asimilasi dan Orgnisasi


Skema Keseimbangan Ekuilibrasi
akomodasi
Tahap sensorimotor (Sejak
lahir sampai sekitar usia 2
tahun)

Tahap- Tahap
Tahap Praoperasional (Usia
Perkembangan Tahap Operasional Formal
2 tahun sampai dengan 7
Kognitif Menurut (Usia 11 sampai 15 tahun)
tahun)
Piaget

Tahap Operasional Konkret


(Umur 7 sampai 11 tahun)
Perkembangan Piaget Tahap Praoperasional Masa
Kanak-kanak Awal

Pada tahapan ini anak akan bepikir secara simbolis, anak memperolehnya dengan membayangkan
penampilan objek yang ada secara fisik. Contoh : Anak akan sulit membayangkan kalau sapi itu
berkaki empat. Tapi akan lebih muda jika anak diperlihatkan langsung dengan objek.
Karaketristik Yang menonjol
pada usia ini adalah

individu telah mengkombinasikan dan individu telah berani mengemukakan


mentrasformasikan berbagai alasan-alasan dalam menyatakan ide-
informasi. ide.

individu telah mengerti dengan adanya


hubungan sebab akibat belum tepat.

dan cara berpikir individu bersifat


egosentris
Perkembangan Sosio Menurut suryadi
perkembangan sosial
Emosional Masa Kanak- emosional adalah kepekaan
kanak Awal untuk memahami perasaan
orang lain ketika berinteraksi
dalam kehidupan sehari-hari.
1. Perkembangan
Sosial

(1) anak mulai mengetahui


aturan-aturan baik
dilingkungan keluarga Tanda-tanda
ataupun lingkungan bermain. Perkembaga n
(2) sedikit demi sedikit anak Sosial Pada
mulai tunduk dengan Anak
peraturan. (3) anak mulai
menyadari hak atau
kepentingan orang lain. (4)
dan anak dapat bermain
bersama anak-anak lain, atau
teman sebayanya
Campos (dalam santrock 2007) mendefenisikan emosi
sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang
berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting oleh
individu tersebut. Emosi diwakilkan oleh perilaku yang
mengapresiasikan kenyamanan ataub ketidaknyamanan 2. Perkembangan Emosi
terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami.
Emosi dpat bernetuk rasa senang,takut, marah dan
sebagainya
dan reaksi dapat
mencerminkan diketahui
lebih sering
individualitas dengan jelas
terjadi
dari tingkah
lakunya

Karakteristik Pada Anak-


anak dalam hal emosi
berlangsung
singkat dan
bersifat berakhir
sementara tiba-tiba
atau dangkal
terlihat lebih
hebat atau kuat.
Judul Early Childhood Motor Development: Descriptive study in moslem
kindergarten school
Penerbit Mesa Rahmi Stephani*, Gano Sumarno, Ricky Wibowo Primary
Tahun Terbit 2018

Abstrak Pendahuluan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Perkembangan motorik kasar dan halus sangat penting untuk kehidupan anak
perkembangan motorik halus dan kasar anak usia selanjutnya, agar menjadi individu yang mandiri. Kegiatan seperti makan,
empat dan lima tahun. Metodologi penelitian yang
minum, menulis merupakan kegiatan motorik halus. Aktivitas berjalan, berlari,
digunakan adalah Ex-post Facto pada siswa PAUD
menendang bola, menangkap bola, merupakan dasar penting untuk melakukan
yang pernah bersekolah di TK. Populasinya adalah
gerakan olahraga yang lebih kompleks. Dengan demikian, orang tua memberikan
anak usia empat dan lima tahun dari TK Islam. Jumlah
sampel adalah dua puluh anak. Perkembangan motorik stimulus bagi perkembangan anak dengan memberikan mainan dan permainan
diukur dengan Ages and Stages Questionnaire (ASQ) yang bermanfaat bagi anak.
Edisi ke-3. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
Keterampilan motorik sangat penting dalam upaya mencapai kesejahteraan
perbedaan keterampilan motorik kasar dan halus pada
hidup. Manfaat partisipasi aktivitas fisik tidak hanya berdampak pada kesehatan,
anak usia empat dan lima tahun. Keterampilan motorik
tetapi juga mampu meningkatkan aspek sosial dan emosional yang juga
halus dan kasar sangat penting bagi kesehatan dan
prestasi akademik anak di masa depan. Maka dari itu bermanfaat bagi kehidupan anak di masa depan. Kunci keberhasilan seorang anak
orang tua dan guru perlu memberikan rangsangan untuk dapat berpartisipasi aktif dalam aktivitas fisik dan olahraga adalah anak
untuk mengembangkan keduanya secara proporsional. harus mengalami dan menguasai gerak motorik dasar atau FMS
Hasil Kesimpulan
Berdasarkan data tersebut, semua anak Baik perkembangan motorik kasar maupun halus yang
mengalami perkembangan yang cukup baik. sama-sama penting bagi kesehatan dan prestasi
Namun terdapat perbedaan dalam pencapaian akademik anak di masa depan. Orang tua dan guru
perkembangan baik aspek motorik kasar adalah bagian penting dari kehidupan seorang anak.
maupun motorik halus. Berdasarkan data Stimulus dan penguatan kedua aspek motorik itu
tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan penting sejak dini. Karakteristik kemampuan fisik
motorik kasar pada anak usia 4-5 tahun lebih anak yang memiliki kelebihan energi, memberikan
berkembang dibandingkan dengan dorongan untuk terus mengeksplorasi lingkungan
perkembangan motorik halus. Ciri-ciri anak seluas mungkin. Aktivitas motorik kasar dan halus
yang suka bergerak, dan menjelajahi perlu diberikan secara seimbang. Guru dan orang tua
lingkungan, menjadi salah satu faktor yang perlu berusaha memberikan kegiatan permainan dan
menyebabkan perkembangan motorik kasar alat bermain yang sesuai dengan usia perkembangan
lebih dulu berkembang daripada anak. Masih belum sebandingnya stimulasi motorik
perkembangan motorik halus. Adapun dari kasar dan halus, merupakan masalah yang harus
data yang diperoleh informasi bahwa pada segera diselesaikan. Program pembelajaran yang
anak yang memiliki kemampuan motorik mengatur keseimbangan kedua aspek tersebut sangat
tinggi pada kemampuan motorik kasar, ditunggu
motorik halus tidak begitu menonjol.
Judul Learning by Using Traditional Children's Games "Sesiku" in
Developing Early Childhood Character Values
Penerbit Evi Selva Nirwana
Tahun Terbit Vol.13 (2) August, 2021

Abstrak Pendahulua

Tujuan penelitian adalah menelaah rencana pembelajaran, kegiatan


Belajar melalui bermain memberikan ruang bagi anak untuk bereksplorasi dan
pembelajaran dan dampak pembelajaran dengan menggunakan
memanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Melalui bermain, semua
permainan tradisional sesiku dalam membangun nilai karakter di aspek perkembangan anak dapat dirangsang dan dikembangkan. Anak usia dini belajar
taman kanak-kanak kota Bengkulu. Nilai karakter anak yang muncul secara bertahap dan dapat belajar dengan berbagai cara, dan mereka belajar melalui
dari permainan tradisional sesiku adalah nilai karakter kejujuran, interaksi dengan lingkungannya. Penelitian dari Gelisli & Yazici bahwa permainan
kedisiplinan, sportifitas, bekerja sama, tolong menolong. Metode yang tradisional anak-anak Turki memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, instrumen motorik, bahasa, kognitif, dan sosial-emosional serta perawatan diri mereka secara
pedoman obsevasi nilai karakter diujicobakan pada 30 anak usia 5-6 umum (Gelisli & Yazici, 2015). . Hasil penelitian dari Ferawati menyimpulkan bahwa
tahun. Uji T untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan ada pengaruh positif dan signifikan teknik permainan tradisional terhadap keterampilan
terhadap perbedaan dua parameter rata-rata pada satu kelompok sosial siswa kelas III SD (Ferawati, 2016).
sampel yang sama antara skor pada tes awal dengan skor tes akhir.
Temuan penelitian menunjukkan permainan tradisional anak Bengkulu Dari beberapa penelitian dalam enam tahun terakhir dapat disimpulkan bahwa
diinternalisasikan ke dalam rencana pembelajaran dan pelaksanaan penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena akan membahas
pembelajaran oleh guru sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional pada anak usia dini. sesiku
dalam mengembangkan nilai-nilai karakter bagi anak usia dini di kota Bengkulu. Nilai
mengembangkan nilai karakter pada anak usia dini. Dalam proses
karakter yang muncul dengan permainan tradisional antara lain kejujuran, disiplin,
belajar mengajar dan setelah akhir proses belajar mengajar nilai
sportivitas, kerjasama, tolong-menolong, kemampuan beradaptasi, santun dalam
karakter anak dapat diamati dari tingkah laku yang muncul seperti berinteraksi dengan teman dan mencerminkan kecerdasan emosional dan sosial,
nilai karakter kejujuran, disiplin, sportif, bekerja sama, tolong termasuk kecerdasan pribadi dan intrapersonal anak.
menolong.
Hasil Kesimpulan
Hasil penelitian di atas menunjukkan kesamaan Pelestarian permainan rakyat tentunya menjadi tugas seluruh
dengan hasil penelitian lain bahwa permainan warga, terutama orang tua, untuk memperkenalkannya kepada
tradisional membentuk karakter anak antara lain generasi muda untuk mencintai budaya daerahnya. Untuk
kejujuran, sportivitas, ketekunan, dan kerjasama. membangun nilai karakter anak, permainan tradisional
Permainan tradisional dapat membangun aspek merupakan mediator membangun nilai karakter tersebut. Nilai
pengembangan nilai agama dan moral, sosial, bahasa, karakter yang dapat dibangun melaluisesiku permainan adalah
dan fungsi motorik (Andriani, 2012). Hal ini sejalan (a) kesehatan fisik; permainan ini berdiri dengan satu kaki dan
dengan hasil penelitian dari Lusiana bahwa permainan bersaing dengan lawan untuk saling menjatuhkan, (b) kejujuran;
tradisional efektif digunakan untuk membangun anak-anak jujur dalam mengikuti aturan main dari persiapan
pemahaman karakter kejujuran pada anak usia dini sampai akhir permainan; (c) disiplin, anak-anak disiplin dan
(Lusiana, 2012). Permainan tradisional dapat bergiliran dalam bermain, jika kalah permainan selesai; (d)
membentuk karakter anak dan menampilkan karakter sportivitas, olahraga anak dalam bermain game dengan melatih
positif saat melakukan kegiatan bermain dan kesabaran dan tidak menggunakan emosi yang berlebihan; (e)
pendampingan serta panutan dari guru (Witasari & bekerja sama, anak-anak, bekerja sama dalam kelompok yang
Wiyani, 2020). Permainan tradisional memiliki nilai- dibentuk dari awal permainan untuk mengalahkan kelompok
nilai pendidikan karakter dalam karakter pribadi dan lain; (f) tolong menolong, dalam permainan ini anak yang jatuh
sosial, karakter bangsa, dan karakter religius dibantu oleh teman yang lain dan dalam permainan anak-anak
(Ramadhani et al., 2018) satu kelompok dapat membantu kelompoknya untuk
mengalahkan kelompok yang belum kalah.
Judul Developing early childhood students’ creative thinking ability in STEM
Education
Penerbit Achara Somwaeng
Tahun Terbit 2019

Abstrak Pendahuluan

Siswa PAUD membutuhkan untuk dikembangkan pemahaman dan


Ada beberapa gerakan untuk pendidikan STEM di Thailand. Thailand telah
pengenalan daya pikir dan belajar anak sejak dini.Pengaturan anak usia
meluncurkan pelatihan guru pendidikan STEM untuk pendidikan dasar di seluruh
dini harus menyediakan lingkungan yang menantang untuk belajar. negara selama tahun 2016- 2017. STEM education perlu dipersiapkan untuk warga
Pembelajaran IPA dan matematika pada anak usia dini akan menjadi negara di abad ke-21. Pengajaran dan pembelajaran dalam pendidikan STEM harus
dasar bagi pemahaman ilmiah masa depan, keterampilan dan sikap diselenggarakan untuk melatih pengetahuan dan soft skill.
belajar, serta bergerak cepat dalam memperoleh keterampilan yang lebih
kompleks. Menyelenggarakan pengalaman belajar bagi anak usia dini Kegiatan STEM Education harus membekali siswa untuk mengidentifikasi
yang diselenggarakan dalam bentuk kegiatan terpadu melalui bermain masalah-masalah atau situasi dalam konteks siswa, guna meningkatkan siswa untuk
dalam rangka belajar dari pengalaman langsung, pengetahuan, membuat prototipe atau produk sebagai solusi. Meningkatkan siswa untuk melakukan
keterampilan, moral dan etika, termasuk didalamnya pengembangan 4 aktivitas tentang pendidikan STEM membutuhkan siswa yang memiliki pemikiran
aspek. Oleh karena itu, guru harus memahami pembelajaran anak usia kreatif . Berkenaan dengan pandangan STEM education, anak usia dini mungkin bisa
dini dan meningkatkan pengalaman dan hakikat pembelajaran untuk belajar untuk mempraktekkan sains, matematika, dan lain-lain dalam kehidupan sehari-
anak usia dini. Kegiatan PAUD dalam setiap harinya harus berbedabeda hari. STEM di Thailand, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
yang harus diselaraskan dengan pengalaman penting materi dan isi pendidikan anak usia dini kreativitas siswa kemampuan berpikir dengan
menyelenggarakan STEM Education.
pembelajaran. Kemudian, itu harus dipelajari sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh kurikulum. Pendidikan STEM harus diberikan dalam
sekolah anak usia dini. Ini mungkin memberikan sikap pemecahan
masalah dalam kehidupan sehari-hari .
Hasil Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata Perbandingan kemampuan kreatif siswa TK 2 didapatkan bahwa
anak usia dini yang mendapatkan pengorganisasian pengalaman belajar
dari pemikiran kreatif intervensi sebelumnya adalah menurut konsep STEM Education memiliki kemampuan berpikir kreatif
35,57 (sekitar 50 persentase). Dan, rata-rata skor setelah belajar lebih tinggi dibandingkan sebelum belajar. Mungkin
berpikir kreatif pasca intervensi adalah 49,73 (sekitar intervensi pendidikan STEM memberikan anak-anak untuk menerapkan
70 persen). Hal ini menunjukkan bahwa siswa pengetahuan untuk memecahkan masalah kehidupan nyata untuk
memiliki skor rata-rata berpikir kreatif pasca mengembangkan pengetahuan dan pemahaman. Mempraktikkan
keterampilan sains, matematika dan teknologi dan membawa pengetahuan
intervensi lebih tinggi dari skor ratarata intervensi untuk merancang karya atau membuat karya untuk menemukan kebutuhan
sebelumnya pada statistik 0,05 secara signifikan atau memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
seperti yang ditunjukkan pada tabel 1. Hal ini Melalui pendidikan anak usia dini, observasi, penelitian dan
menunjukkan bahwa intervensi pendidikan STEM praktek, dimana guru memberikan bantuan bimbingan untuk anak usia dini
untuk TK 2 dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa. setiap saat dan dalam mengembangkan dan mempromosikan anak-anak
untuk menjadi kreatif, di samping memberikan pendidikan anak usia dini di
dalam dan di luar kelas untuk anak-anak usia dini untuk menggambar
Kemampuan n x SD P gambar sesuai imajinasi mereka tanpa menggunakan penghapus untuk
berpikir kreatif menghapus gambar.
Kembangkan dan dorong anak usia dini untuk berkreasi, terutama
Intervensi 3 35.5 4.44 . dalam bidang orisinalitas karena anak usia dini telah merancang karya
sebelumnya 0 7 000 seperti yang dibayangkan sehingga membuat anak usia dini orisinalitas
2.72
Pasca intervensi 49.7 lancar berpikir. Pemikiran yang fleksibel dan pemikiran yang matang
3 khususnya anak usia dini yang penuh perhatian akan fokus, berkonsentrasi,
3
0 bekerja dengan baik, tenang, dan meredakan ketegangan. Dan setiap anak
usia dini menggambar gambar yang unik. Hal ini senada dengan apa yang
dikemukakan oleh Ketlekha & Jongkonklang bahwa mempromosikan
kreativitas yang tepat harus memberikan kekuatan ekstra dan merangsang
inspirasi dalam berpikir, termasuk menggambar, ilustrasi, penjelasan. Hal ini
dapat dilihat juga dalam penelitian Amanda yang menunjukkan bahwa anak
usia dini dapat berpikir kreatif atau merancang karya-karya baru dan unik.
Judul Developing early childhood students’ creative thinking ability in STEM
Education
Penerbit Achara Somwaeng
Tahun Terbit 2019

Abstrak
Pendahuluan
Setiap individu anak usia dini memiliki potensi untuk mengalami
masalah. Salah satu masalah individu tersebut adalah perkembangan Aspek fisik meliputi pengembangan Motorik halus (fine Motor) dan motorik kasar
motorik halus. Perkembangan motorik halus ini berkaitan dengan (gross motor) yang berguna untuk pertumbuhan dan kesehatan anak. Perkembangan
pengembangan kemampuan dalam menggunakan jari untuk motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot kecil
menggunakan berbagai kegiatan, seperti melakukan gerakan (motion), atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk
menempel, mencubit, memotong, melukis, dan lain-lain. Masalah belajar dan berlatih (Sumartini, 2011). Motorik halus yang paling utama adalah
kemampuan memegang dengan tepat yang diperlukan untuk menulis.
perkembangan motorik halus ini ditemukan pada anak usia 5-6 tahun di
Dari penjelasan diatas betapa pentingnya Motorik halus anak. Akan tetapi dalam
tempat penelitian. Salah satu solusi dari mengatasi masalah pada
praktek sehari-hari terdapat permasalahan dan perkembangan kemampuan motorik
perkembangan motorik halus adalah dengan mengadakan kegiatan kolase halus anak dari pengamatan peneliti masalah yang terjadi dalam kelompok anak Paud
dengan media serutan pensil. Tujuan penelitian ini adalah untuk Kasih Ibu Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah kurangnya
mengetahui aktivitas kolase dengan media serutan pensil pada kemampuan motorik halus anak yaitu pada kegiatan kolase hanya anak yang sudah
perkembangan motorik halus anak-anak. Penelitian ini menggunakan mampu dengan baik mengikuti kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kegiatan
metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan instrument motorik halus pada kegiatan kolase. Dalam kegiatan kolase kurangnya kosentrasi,
penelitian berupa lembar observasi, dokumentasi dan wawancara. Total kerapian, ketepatan, dan kemandirian anak dalam menempel dengan tepat pada pola
sampel sejumlah 13 anak. Hasil dari penelitiannya adalah, sejumlah 11 yang dicontohkan oleh guru. Dengan demikian perlu adanya pembelajaran yang kreatif
anak memiliki perkembangan yang sangat baik dan 2 orang belum dan inovatif dari guru misalnya dalam memilih atau menentukan strategi pembelajaran,
memilih alat atau media, jenis dan bentuk sistem pembelajaran serta alat evaluasi hal
berkembang dengan baik. Penyebab anak yang belum berkembang
ini dilakukan agar kegiatan yang dilaksanakan lebih menarik dan bias membangkitkan
dipengaruhi oleh perundungan secara verbal oleh anak lain, karena anak
rasa ingin tahu anak dan memotivasi anak untuk berfikir kritis dan bisa menentukan
ini selalu ingin membantu orang lain menurut persepsinya, tetapi menurut hal-hal baru.
persepsi anak lain hal ini dianggap mengganggu.
Hasil Kesimpulan
Kegiatan kolase dilaksanakan untuk menstimulus perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Perkembangan motorik halus anak usia dini bisa
Kolase Media Serutan Pensil Paud Kasih Ibu. Potensi kecerdasan anak akan berkembang secara ditunjang dengan berbagai macam cara. Salah satu cara
optimal bila dikembangkan sejak dini melalui layanan pendidikan yang tepat sesuai dengan yang bisa mengkonstruksi hal tersebut adalah melalui
tingkat perkembangan anak. pemaparan tersebut terlihat bahwa penelitian ini relevan dengan teori kegiatan membuat kolase dengan menggunakan media
belajar Experiential Learning teori ini berpendapat yaitu belajar adalah proses aktif yang menuntut hasil serutan pensil. Manfaat baik yang diperoleh anak
peran aktif setiap anak. Permasalahan terhambatnya perkembangan motorik halus subjek An. G jika mengikuti kegiatan membuat kolase ini adalah anak
dan An. Y masih diupayakan oleh guru Paud tetapi belum melibatkan komunikasi dengan orang dapat melatih motorik halus, dapat mengembangkan
tua. Sehingga guru Paud kesulitan dalam membantu kedua anak tersebut. Untuk mencapai standar kreatifitas, bisa melatih konsentrasi, bisa mengenal
perkembangan motorik halus yang tercantum pada Permendikbud No. 58 Tahun 2009 tentang konsep warna, pola dan bentuk, bisa melatih ketekunan
Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Hidayat dan Sari (2013), menyatakan bahwa perlu adanya dan kepercayaan diri. Selain itu juga bisa melatih
kerja sama antara guru dengan masyarakat termasuk orangtua yang bersifat akademik dan non- kesabaran dan emosionall pada anak. Saran yang bisa
akademik untuk perkembangan motorik halus pada anak dilakukan sebagai tindak lanjut dari artikel hasil
Pengaruh kolase terhadap perkembangan motorik halus anak di Paud Kasih Ibu dapat di penelitian ini adalah 1. Pada saat kegiatan membuat
simpulkan bahwa pengaruh kolase media serutan pensil berpengaruh signifikan pada kolase berlangsung Anak dibiarkan untuk berkreasi sesuai
perkembangan motorik halus anak ,hal ini dapat di lihat dari pengamatan yang di lakukan oleh dengan kemampuan yang mereka miliki. 2. Pola yang
peneliti dalam kegiatan pembelajaran dengan mengunakan kolase media serutan pensil ,ketika diberikan kepada anak pun hendak lebih menarik dan
mengunakan media kolase serutan pensil hasil nya sangat berbeda karena dengan bermain kolase berukuran besar sehingga anak lebih mudah untuk
serutan pensil anak dapat terlibat langsung dalam membentuk , dan anak juga mampu berekplorasi mengisi ruang yang ada atau di sesuai kan dengan usia
sesuai dengan imajinasinya . Sehingga motori khalus anak berkembang secara optimal sesuai . anak. 3. Dalam melakukan kegiatan kolase media yang
dengan tahap perkembangan anak.dan juga dapat membimbing anak memiliki konsentrasi yang digunakan lebih menarik seperti serutan pensil supaya
baik sangat penting agar anak dapat mengikuti proses pembelajaran di sekolah .juga melatih anak tidak bosan dan anak lebih kreatif. 4. Berikan waktu
keberanian anak. Kelemahan pada kegiatan kolase media serutan pensil dari 13 orang anak yang cukup kepada anak dalam melakukan kegiatan
terdapat 2 orang anak yang perkembangan motorik halus nya terhambat yaitu : subjek An G dan kolase, serta pengawasan kepada anak boleh guru
An Y , kedua anak tersebut masih belum berkembangan di karenakan anak ini tidak mandiri , dan pendamping. 5. Selalu memberikan reward atau
selalu mau mendapat perhatian yang lebih dari guru dan teman – teman nya , serta pada kegiatan penghargaan kepada anak agar anak lebih termotivasi lagi
kolase serutan pensil selalu ingin di bimbimng ,dan selalu di ingatkan setiap melakukan kegiatan. dalam melaksanakan kegiatan yang diberikan oleh guru.
Untuk mengatasi terhambatnya perkermbangan dari kedua anak tersebut agar perkembangan
motorik halus anak berkembang optimal dan sesuai dengan perkembangannya maka peneliti
menemukan solusi nya dengan memberikan bimbingan dan konseling pada kedua anak
tersebut.dan untuk yang sudah baik di kompirmasikan dengan teori belajar.
.
Judul: Maternal emotional support but not cognitive support during problem-solving predicts increases in cognitive
flexibility in early childhood
Jurnal International Journal of Behavioral Development Vol. 43(1) 12–23, 2019
Selin Zeytinoglu, Susan D. Calkins, and Esther M. Leerkes

● Pendahuluan
Fungsi eksekutif, fleksibilitas kognitif memungkinkan untuk fleksibilitas dalam beralih lintas tugas, aturan, operasi, dan perspektif berdasarkan perubahan tujuan dan tuntutan lingkungan (Carroll, Blakey, &
FitzGibbon, 2016; Berlian, 2013). Temuan menunjukkan bahwa memahami faktor-faktor kunci yang berkontribusi terhadap pengembangan fleksibilitas kognitif dapat membantu memandu pencegahan dan strategi
intervensi yang ditujukan untuk meningkatkan adaptif berfungsi. Anak usia dini merupakan periode transformasi yang cepat dalam fleksibilitas kognitif, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk menyesuaikan
respon berdasarkan perubahan aturan eksplisit (Bunge & Zelazo, 2006). Fleksibilitas kognitif adalah bentuk kompleks dari fungsi eksekutif, yang bersama- sama mengacu pada proses atensi dan kognitif kehendak yang
sebagian besar didukung oleh korteks prefrontal yang berfungsi untuk mengelola perilaku yang diarahkan pada tujuan (Best & Miller, 2010; Diamond, 2013)
 
● Metode
Sampel untuk penelitian ini adalah 278 anak (55% perempuan) dan pengasuh utama mereka (96% ibu) yang berpartisipasi dalam studi longitudinal yang memeriksa prekursor fisiologis, kognitif, dan
emosional dari kesiapan akademik awal. Usia rata-rata anak-anak di prasekolah, taman kanak-kanak, dan kunjungan kelas satu adalah 56,37 (standar deviasi (SD) ¼ 4,68), 70,80 (SD ¼ 3,86), dan 82,76 (SD ¼ 4.02)
bulan, masing-masing. Pada kunjungan prasekolah, usia ibu berkisar antara 19 hingga 58 tahun (rata-rata (M) ¼ 35) dan sekitar 61% ibu memiliki gelar sarjana 4 tahun atau telah menyelesaikan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi. Rasio pendapatan terhadap kebutuhan rata-rata, dihitung dengan membagi total pendapatan keluarga dengan ambang kemiskinan untuk ukuran keluarga tersebut, adalah 2,11 (SD ¼ 1,41) Dalam hal ras dan
etnis, sampel sangat beragam dengan 59% dari anak-anak dilaporkan sebagai Eropa Amerika, 30% sebagai Afrika Amerika, dan 11% sebagai ras lain; 6,5% dari sampel diidentifikasi sebagai Hispanik. Dari 278 peserta
dalam sampel asli, 249 kembali untuk kunjungan taman kanak-kanak dan 240 kembali untuk kunjungan kelas satu. Peserta yang tidak kembali untuk kunjungan terakhir tidak berbeda dari peserta yang tersisa sehubungan
dengan jenis kelamin, status minoritas, pendidikan ibu, perilaku pengasuh yang diamati, atau fleksibilitas kognitif anak.
● Diskusi/ Pembahasan
Dalam studi ini, kami memeriksa hubungan longitudinal dua arah antara perilaku mendukung ibu selama pemecahan masalah dan fleksibilitas kognitif anak-anak dalam studi 3-gelombang mulai dari
prasekolah hingga kelas satu. Menggunakan analisis regresi struktural autoregressive cross-lag, kami memeriksa hubungan longitudinal antara dua aspek pengasuhan dan fleksibilitas kognitif anak-anak, memperhitungkan
stabilitas longitudinal setiap konstruksi, kovariasi dalam waktu di antara tiga konstruksi, serta pengaruh ibu pendidikan, dan usia anak dan status minoritas.
● Kesimpulan
Temuan kami menunjukkan bahwa dukungan emosional ibu dalam konteks pemecahan masalah interaktif memprediksi fleksibilitas kognitif anak-anak dari prasekolah hingga taman kanak- kanak, dan dari
taman kanak-kanak hingga kelas satu, menunjukkan bahwa dukungan emosional ibu dapat menjadi kekuatan pendorong dalam pengembangan fleksibilitas kognitif di anak usia dini. . Sebaliknya, dukungan kognitif ibu
tidak memprediksi perubahan fleksibilitas kognitif dari waktu ke waktu. Dengan memeriksa peran dukungan emosional dan kognitif ibu dalam model yang sama, kami dapat mengidentifikasi dimensi khusus pengasuhan
yang mengarah pada peningkatan fleksibilitas kognitif dan mungkin fungsi eksekutif mengingat DCCS dianggap sebagai ukuran fungsi eksekutif (Zelazo, 2006). Dengan demikian
● Pendapat saya tentang jurnal ini
Dalam bacaan yang saya lakukan pada jurnal ini, peneliti tidak menjelaskan analisis yang digunakan secara akurat, sehingga para pembaca kebingungan memahami. Ditambah untuk hasil akhir tidak di
uraikan dalam bentuk kesimpulan, tapi langsung dari pembahasan diskusi disatukan.
Judul: Piaget’s Cognitive Developmental Theory: Critical Review
Jurnal The Asian Institute of Research Education Quarterly Reviews Vol.2, No.3, 2019: 517-524 ISSN 2621-5799, 2019
Penulis Zana H. Babakr, Pakstan Mohamedamin, Karwan Kakamad

● Pendahuluan
Psikolog Swiss Jean Piaget (1986-1980) selama sekitar lima dekade untuk menentukan perkembangan kognitif anak-anak (Passer & Smith, 2009). Selama studinya, ia berusaha
mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan kunci seperti: "Mengapa seorang anak berbicara, dan dengan siapa dia berbicara?" dan “Mengapa dia mengajukan begitu banyak pertanyaan?”
“Mengapa anak-anak di usia yang sama melakukan kesalahan yang sama?” (Passer & Smith, 2009; Butler-Bowdon, 2007). Setelah bertahun-tahun bekerja keras, akhirnya dia menerbitkan ide-idenya
dan mengusulkan tahap perkembangan kognitif global untuk anak-anak, termasuk tahap sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan tahap operasional formal (Bernstein, Clarke-stewart, &
Roy, 2008; Martin, Carlson , & Buskist, 2010). Meskipun kontribusi Piaget memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan psikologi perkembangan (Oates & Grayson, 2004), karyanya belum
sepenuhnya diterima karena beberapa masalah metodologis (Lourenço & Machado,1996). Tujuan penelitian ini adalah Untuk menunjukkan aspek-aspek kunci dari teori perkembangan kognitif Piaget
dan mengevaluasi ide Piaget berdasarkan studi selanjutnya
● Metode
Library Researh dengan mengacu pada referensi buku-buku atau penelitian terdahulu.
● Diksusi/ Pembahasan
Dalam hal prinsip-prinsip ilmu perkembangan, teori Piaget memiliki beberapa masalah. Pertama, tentang pemilihan peserta; Piaget tidak memilih berbagai macam peserta untuk
memberikan hasil yang dapat diandalkan, kebanyakan ia hanya memeriksa anak-anaknya sendiri (Lilienfeld et al., 2011). Selain itu, salah satu aspek terpenting dalam metodologi penelitian adalah
mengurangi efek bias pengambilan sampel dengan memilih peserta dengan sangat hati-hati. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk menggeneralisasi ide-idenya kepada anak-anak dari budaya atau
negara yang berbeda di seluruh dunia.
Kedua, Piaget sering menggunakan metode klinis untuk mengumpulkan data. Metode ini lebih fleksibel, sehingga peserta cenderung mengajukan pertanyaan yang berbeda (Miller, 2011).
Namun, materi, pertanyaan, arahan, dan teknik yang seragam untuk mengevaluasi variabel psikologis adalah tulang punggung psikologi eksperimental (Miller, 2011)
● Kesimpulan
Gelman (1977) percaya bahwa Piaget menggunakan tugas yang kompleks dan strategi yang tidak memadai untuk mengevaluasi konservasi di antara anak-anak. Misalnya, dalam satu
studi, Gelman (1972) memanipulasi tugas untuk menilai kemampuan konservasi di antara anak-anak, dan ia menemukan hasil yang berbeda yang tidak mendukung hasil Piaget. Hasilnya adalah Teori
Piaget harus direvisi berdasarkan studi baru, psikolog saat ini dapat menggunakan Nueroimaging untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih spesifik tentang perkembangan kognitif dan transisi hidup
 
● Pendapat saya tentang jurnal ini
Jurnal ini menggambarkan kepada kita bahwasanya setelah belasan tahun penelitian yang dilkukan oleh Piaget tentang perkembanga kognitif. Ia menghasilkan 4 tahap perkembangan:
Tahap sensorimotor
Tahap praoperasional
Tahap operasional konkret
Dan tahap opersional formal
Namun penelitian ini masih menarik untuk diteliti oleh peneliti lainnya, sehingga penemuan piaget harus direvisi.
 
Judul Joint physical-activity/screen-time trajectories during early childhood: sociodemographic predictors and
consequences on health-related quality-of-life and socioemotional outcomes
Jurnal International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity (2019) 16:55
Penulis: Borja del Pozo-Cruz, Francisco Perales, Phil Parker, Chris Lonsdale, Michael Noetel, Kylie D. Hesketh and
Taren Sanders

● Pendahuluan
Aktivitas secara positif terkait dengan berbagai psikologis, hasil kognitif, dan kardio-metabolik anak, sementara perilaku menetap adalah negatif. Sampai saat ini, badan penelitian ini
mencakup sebagian besar studi yang meneliti lintasan aktivitas fisik dengan kumpulan studi yang lebih kecil juga mempertimbangkan menonton TV dan perilaku menetap lintasan. Misalnya, sebuah
penelitian terhadap 438 anak berusia 0-5 tahun di Selandia Baru mengidentifikasi empat lintasan aktivitas fisik yang berlaku (terus- menerus rendah, meningkat, menurun, dan terus-menerus tinggi)
dan serangkaian lintasan serupa untuk perilaku menetap Lintasan ini secara signifikan terkait dengan adipositas berikutnya: anak-anak yang mempertahankan tingkat aktivitas fisik yang tinggi sejak
lahir memiliki massa lemak yang lebih sedikit pada usia 5 tahun dibandingkan anak- anak yang mengalami penurunan atau tingkat aktivitas fisik yang stabil.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah dukungan emosional dan kognitif pengasuh selama konteks pemecahan masalah memprediksi peningkatan fleksibilitas kognitif
anak- anak dari prasekolah hingga kelas satu.
● Metode
Subjek penelitiannya adalah Anak-anak, 0-5 dan 4-9 n=18.643 Kami menggunakan data dari Studi Longitudinal Anak-anak Australia (LSAC), sebuah studi berbasis populasi yang
melacak setiap 2 tahun dua kohort anak-anak berusia 0/1 tahun (kohor B) dan 4/5 tahun (kohor K) pada awal 2004. Data dikumpulkan dengan menggunakan metodologi probabilistik yang kompleks
yang menghasilkan sampel yang sangat representatif dari anak-anak Australia pada usia tersebut. Analisis didasarkan pada data dari tiga gelombang LSAC pertama untuk kohort B (usia 0/1, 2/3 & 4/5)
dan kohort K (usia 4/5, 6/7 & 8/9)
● Diskusi/ Pembahasan
Para peneliti dan pembuat kebijakan menyadari pentingnya meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi waktu layar pada bayi dan anak kecil, beberapa penelitian telah memanfaatkan
kekuatan kumpulan data longitudinal yang matang untuk memahami perilaku ini sebagai lintasan perkembangan yang ditentukan bersama. Studi dari dua kohort nasional anak-anak Australia berusia
0-5 (n = 4,164) dan 4-9 tahun (n = 3.979 adalah, sepengetahuan kami, yang pertama memetakan lintasan bersama dalam aktivitas fisik dan perilaku screentime, mengidentifikasi anteseden sosio-
demografis mereka, dan menetapkan konsekuensinya pada anak-anak'HRQoL dan hasil sosio-emosional.
Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik dan perilaku screen-time terkait dengan cara yang kompleks [10], dengan trade-off di antara mereka dan—berpotensi—dengan penggunaan waktu lain
yang tidak dipertimbangkan di sini (misalnya, tidur atau perilaku menetap lainnya)
● Kesimpulan
Studi ini menghasilkan bukti pertama kali tentang lintasan aktivitas fisik/waktu layar bersama bayi dan anak kecil. Temuan utama menunjukkan bahwa lintasan perkembangan yang
ditandai dengan tingkat aktivitas fisik dan waktu layar yang rendah adalah yang paling umum, tetapi yang ditandai dengan tingkat aktivitas fisik dan waktu layar yang tinggi dikaitkan dengan HRQoL
dan hasil sosioemosional terbaik.
Beberapa kelompok anak secara konsisten memasuki lintasan penggunaan waktu yang ditandai dengan rendahnya ingkat aktivitas fisik dan tingkat waktu layar yang tinggi, yang mengarah pada hasil
terburuk.
● Pendapat saya tentang jurnal ini
Jurnal ini pada paparaan abstrak sudah menjelaskan terkait hasil atau peenmuannya terhadap penelitian ini, untuk itu reviewer hanya perlu membaca bagaimana analisis yang telah
dilakukan untuk mencapai sebuah hasil.
Judul: The Effect of Gadget Toward Early Childhood Speaking Ability
Jurnal: Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies
Volume:IJECES 7 (2) (2018)
Penulis: Nirwana, A.Musda Mappapoleonro, Chairunnisa

● Pendahuluan
Gadget merupakan produk teknologi yang saat ini sedan Tren bahkan menjadi kebutuhan primer bagi sebagian besar masyarakat. Berdasarkan data dari KOMINFO di tahun 2014 tingkat
penggunaan gadget di Indonesia sangat tinggi. Ditemukan bahwa 98% anak-anak dan remaja mengetahui tentang internet. Akibatnya yang timbul dari kecanduan gadget salah satunya adalah pad
kemampuan interaksi sosial. Pada masa anak usia dini, anak mengalami perkembangan pada tahap mengekplorasi dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitarnya. Tapi semenjak adanya
gadget dia lebih tertarik dengan permainan onlinenya dari pada bermain dengan temannya.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk menjelaskan penggunaan gadget terhadap kemampun berbicara anak usia dini.
● Metode
Metode; penulis menggunakan studi kepustakaan untuk mendapatkan informasi sebagai dasar dalam penelitian. Dilakukan dengan memahami buku-buku literatur atau media internet dan
mengubungkan pada subjek penelitian, yaitu anak usia 3 tahun yang mengalami keterlambatan berbicara.
● Diskusi/ Pembahasan
Menurut Vygotsky (Santrock, 2007) anak-anak menggunakan ucapan tidak hanya untuk berkomunikasi secara sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas anak-anak
pada usia dini menggunakan bahasa untuk membimbing dn merencanakan, membimbing dan memantau perilaku mereka. Bahkan Howard Shaughnessy, sanger dan Hux (dalam seefeldt & Wasik,
2008). Percakapan merupakan kegiatan favorit anak usia 4 tahun, ketika mereka berbicara sambil bermain, dan merekasering menggambarkan apa yang mereka lakukan saat bermain. Keterlambtan
dlam memulai bicara dapt memiliki efek lain , jenny rdesky.pakar dri University of Michign di Amerika serikat, berpendapatbahwa ketika anak tidak mampu mengungkapkan rasa frustasinya melalui
kata-kata mereka kan cenderung menggunakan gerakan tubuh untuk menarik perhatian. Dengan kata lain anak akan tampak todak mampu mengendalikan emosi, selain itu keterlambatan berbicara
dapat mempengaruhi kemampuan akademik anak di sekolah. Orangtu harus mewaspadai pengaruh gadget yang dapat mempengaruhi anakanak mereka. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan oleh
orang tua pengasuh: 1. Memberi contoh yang baik pada anak dalam menggunakan gadget 2. Membei respon kepada anak 3. Mendampingi anak dalm bermin gadjet 4. Orang tua harus tegas dan bijak
dalam memberikan gadget 5. Memberikan pemahaman kepada anak tentang cara menggunakan gadget secara bertanggung jawab (suhana, 2018)
● Kesimpulan
Perkembangan teknologi saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Gadget merupakan produk teknologi yang saat ini sedang menjadi trend dengan menghadirkan berbagai model dan
harga yang terjangkau khususnya di Indonesia. Pengguna gadget tidak dibatasi oleh usia. Sekarang kehidupan sosial anak- anak lebih banyak dipengaruhi oleh teknologi. Anak usia dini yang
berinteraksi dengan gadget dan dunia maya mempengaruhi pemikiran mereka tentang sesuatu di luar media digital tersebut. Mereka juga akan merasa asing dengan lingkungan sekitarnya karena
kurangnya interaksi sosial dengan teman sebayanya, yang menghambat kemampuan berbicara mereka. Orang tua hendaknya memperhatikan anaknya saat bermain gadget agar tidak tergantung pada
alat tersebut dan tidak lupa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Gadget memang dibutuhkan untuk sarana komunikasi, namun pengawasan dan bimbingan orang tua terhadap anak harus selalu
dilakukan. Karena jika orang tua tidak mampu mengontrol anaknya dalam penggunaan gadget, maka akan memperlambat kemampuan mereka dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitar
● Pendapat saya tentang jurnal ini
Jurnal ini dari segi isi dan pembahasan sudah bisa dipahami. Hanya saja teori yang digunakan ada yang berseberangan. Subjek penelitian adalah anak umur 3 tahun, namun hasil penelitin
yang dikutip anak yang berumur 4 tahun.
Danke!
Gibt es noch Fragen?

youremail@freepik.com
+39 620 421 838
yourcompany.com

CREDITS: Diese Präsentationsvorlage wurde von Slidesgo erstellt,


inklusive Icons von Flaticon und Infografiken & Bilder von Freepik
Bitte lösche diese Folie nicht, es sei denn du
bist ein Premium Nutzer

Anda mungkin juga menyukai