PHI Pertemuan 1-10
PHI Pertemuan 1-10
1.2 asas kepastian hukum, menyatakan bahwa tidak ada satu perbuatan pun
dapat dihukum kecuali atas kekuatan ketentuan hukum atau peraturan
perundang-undangan yang ada dan berlaku untuk perbuatan itu. QS. Al-Isra
ayat 15 dan Qs Al-Maidah ayat 95
• 1.3 asas kemanfaatan adalah asas yang mengiringi asas
keadilan dan asas kepastian hukum, dalam melaksanakan asas
keadilan dan asas kemanfaatan hukum sepatutnya
dipertimbangkan asas kemanfaatannya baik bagi yang
bersangkutan sendiri maupun bagi kepentingan masyarakat.
• QS Al-Baqarah ayat 178, dalam menerapkan hukuman mati
terhadap seseorang yang melakukan pembunuhan dapat
dipertimbangkan kemanfaatan penjatuhan hukuman itu bagi diri
terdakwa sendiri dan bagi masyarakat, kalau hukuman mati yang
akan dijatuhkan itu lebih bermanfaat bagi masyarakat maka
hukuman mati dijatuhkan. Kalau tidak menjatuhkan hukuman
mati lebih bermanfaat bagi terdakwa sendiri dan keluarga atau
saksi korban ancaman hukuman mati dapat diganti dengan
hukuman denda yang dibayarkan kepada keluarga terbunuh.
2. Asas hukum pidana
2.1 asas legalitas adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada
pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang
yang mengaturnya. QS. Al-isra ayat 15 dan QS. Al- An’am ayat 19
3.17 asas mengatur dan memberi petunjuk, dalam hukum Islam berlaku
asas yang menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan hukum perdata, kecuali
yang bersifat ijbari karena ketentuannya telah qath’I hanyalah bersifat
mengatur dan memberi petunjuk saja kepada orang-orang yang akan
memanfaatkannya dalam mengadakan hubungan perdata. Para pihak dapat
memilih ketentuan lain berdasarkan kesukarelaan asal saja ketentuan itu
tidak bertentangan dengan hukum Islam.
3.18 Asas tertulis atau diucapkan di depan
saksi, asas ini mengandung makna bahwa
hubungan perdata selayaknya dituangkan dalam
perjanjian tertulis dihadapan saksi-saksi. Namun
dalam keadaan tertentu perjanjian itu dapat saja
dilakukan secara lisan dihadapan saksi-saksi
yang memenuhi syarat baik mengenai jumlahnya
maupun mengenai kualitas orangnya.
• Mengingat banyaknya asas dalam hukum
perdata Islam maka dalam melakukan
hubungan perdata kita dituntut untuk
bersikap hati-hati dan mengutamakan semua
asas yang ada dalam hukum perdata Islam.
Intinya harus mengedepankan keseimbangan
antara para pihak…
Pertemuan kedelapan Ujian Tengah Semester
Pertemuan Ke-9
Asas-asas Hukum Perkawinan
Dalam ikatan perkawinan sebagai salah satu bentuk
perjanjian antara seorang pria dengan seorang wanita
yang mempunyai segi-segi perdata, berlaku beberapa asas:
• Asas kesukarelaan merupakan asas terpenting
perkawinan Islam. Kesukarelaan itu tidak hanya harus
terdapat antara kedua calon suami-istri tetapi juga
antara kedua orangtua kedua belah pihak. Kesukarelaan
orangtua yang menjadi wali seorang wanita merupakan
sendi asasi perkawinan Islam dan dinyatakan tegas
dalam hadits Nabi.
• Asas persetujuan, tidak boleh ada paksaan dalam
melangsungkan pernikahan. Persetujuan seorang
gadis untuk dinikahkan dengan seorang laki-laki
misalnya harus diminta terlebih dahulu oleh wali
atau orangtuanya. Menurut sunnah Nabi
persetujuan itu dapat disimpulkan dari diamnya
gadis tersebut.
Dari berbagai sunnah Nabi dapat diketahui bahwa
perkawinan yang dilangsungkan tanpa persetujuan
kedua belah pihak dapat dibatalkan oleh
pengadilan.
• Asas kebebasan memilih pasangan juga disebutkan
dalam sunnah Nabi. Diceritakan Ibnu Abbas bahwa
ada seorang gadis bernama Jariyah yang
menghadap Rasulullah dan menyatakan bahwa Ia
telah dinikahkan oleh ayahnya dengan seorang laki-
laki yang tidak disukainya, setelah itu Nabi
menegaskan bahwa Jariyah dapat memilih untuk
meneruskan perkawinan dengan orang yang tidak
disukainya itu atau meminta supaya perkawinannya
dibatalkan untuk dapat memilih pasangan dan
menikah dengan oranglain yang disukainya.
• Asas kemitraan Suami-Istri dengan tugas dan
fungsi yang berbeda karena perbedaan kodrat
Q.S An-Nisa ayat 34 dan Al-Baqarah ayat 187.
kemitraan ini menyebabkan kedudukan suami
istri dalam beberapa hal sama, dalam hal yang
lain berbeda, suami menjadi kepala keluarga,
istri menjadi kepala dan penanggung jawab
pengaturan rumah tangga.
• Asas untuk selama-lamanya menunjukkan
bahwa perkawinan dilaksanakan untuk
melangsungkan keturunan dan membina cinta
serta kasih sayang selama hidup. Karena asas
ini, praktek nikah mut’ah yaitu perkawinan
sementara untuk bersenang-senang selama
waktu tertentu dalam masyarakat dahulu
dilarang oleh nabi Muhammad.
• Asas monogami terbuka disimpulkandalam QS An-Nisa
ayat 3 jo ayat 129. dalam ayat 3 dinyatakan bahwa
seorang pria Muslim dibolehkan atau boleh beristri
lebih dari seorang, asal memenuhi beberapa syarat
tertentu diantaranya adalah syarat mampu berlaku adil
terhadap semua wanita yang menjadi istrinya. Dalam
ayat 129 An-Nisa Allah menyatakan bahwa manusia
tidak mungkin berlaku adil terhadap istri-istrinya
walaupun Ia ingin berbuat demikian. Oleh karena
ketidakmungkinan berlaku adil terhadap istri-istri itu
maka Allah menegaskan bahwa seorang laki-laki lebih
baik menikah dengan seorang peremmpuan saja.
Pertemuan Ke-10
Asas-asas Hukum Kewarisan