Anda di halaman 1dari 75

Pengantar Hukum Islam

Islam dan Hukum Islam


Pengantar
• Pengenalan, perantara, agen, wakil,
perkenalan
Hukum
• Peraturan atau kebiasaan (adat)
• (dalam) pelaksanaan nya yang secara resmi
dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh
penguasa atau pemerintah dalam bentuk UU
atau peraturan pemerintah (konteks negara)
• Aturan atau batasan-batasan sesuai agama
dan kepercayaan (agama)
Islam
• Islam terdapat dalam Al-Quran
• Merupakan bentuk dari kata benda Salima
• Arti kata yang dikandung adalah kedamaian,
kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri
dan kepatuhan.
• Muslim adalah orang yang menerima petunjuk
Tuhan dan menyerahkan diri untuk mengikuti
kemauan Ilahi. (QS)
• Dalam makna yang lebih luas, muslim dapat pula
disematkan kepada semua makhluk yang menerima adanya
ketentuan atau hukum Tuhan dan tunduk kepada Hukum
Tuhan yang tidak terbantah.
• Hukum Tuhan yang tidak terbantah di Eropa dinamakan
Natural Law atau hukum alam.
• Dalam Islam Natural law dikenal dengan Sunnatullah
(ketentuan atau hukum-hukum Allah yang berlaku untuk
alam semesta). Yang mana Sunnatullah inilah yang
menyebabkan ketertiban hubungan antar semua benda di
alam raya (perputaran bumi, pergantian siang malam, dll).
• Untuk menerima dan memahami sunnatullah itu
bagaimana? Akal (bisa jadi muslim, bisa juga tidak).
• Pertanyaan: kenapa manusia ketika meninggal
dikuburkan dalam tanah??
• Sejak ada, Islam terus menerus dan memusatkan
perhatiannya pada Tuhan berdasarkan pada tauhid
(keesaan) sehingga tidak pernah memisahkan antara
hal-hal yang disebut spiritual, material, religious
(keagamaan) dan keduniaan (profan) di dalam segala
bidang.
sekuler
• Jika kita membicarakan Islam sebagai agama, maka akan muncul
istilah sekuler. sekuler?
• Sekularisme merupakan bentuk suatu sistem dalam etika dan
yang memberi interpretasi atau pengaturan terhadap kehidupan
manusia diantaranya: 1. tidak percaya adanya Tuhan 2. tidak
percaya adanya kitab suci 3. tidak percaya adanya hari akhir atau
hari kiamat.
• Jadi karena ada polarisasi seperti ketiga tadi pada prosesnya,
sekularisasi adalah proses pembebasan manusia, pertama dari
agama dan kedua dari metafisika (ilmu yg mempelajari masalah
fundamental) tentang pengetahuan dan kenyataan non fisik,
diantaranya masalah eksistensi sesuatu yang disebut ketuhanan.
Pada perkembangannya, sekularisasi menjadi
suatu bentuk ideologi.
• Karena menjadi suatu ideologi, maka dalam
pelaksanaannya mengembangkan sistem nilai sendiri
yang dianggap benar dan mutlak.
• 2 bentuk:
A. di negara berkembang Eropa Barat dan Amerika
membiarkan adanya pengakuan adanya Tuhan tetapi
hukum-hukum dari Tuhan atau moral yang berasal dari
agama tidak boleh dipergunakan untuk mengatur hidup
dan kehidupan dalam masyarakat. Lebih mementingkan
akal tanpa wahyu atau ajaran agama.
B. Sekularisme di negara Rusia, Tiongkok dan
negara komunisme, pada negara tersebut
sekularisme menampakan dalam bentuk
atheisme, yaitu paham yang mengingkari adanya
Tuhan, karena Tidak mengakui adanya Tuhan,
maka otomatis tidak ada campur tangan ajaran
Tuhan dalam mengatur hidup dan kehidupan
manusia.
Bagaimana di Indonesia
• Indonesia bukan negara sekuler dan bukan
pula negara agama, yaitu negara yang
didasarkan pada agama tertentu. Pasal 29
ayat(1) UUD 1945 “Negara berdasar atas
ketuhanan Yang Maha Esa”. Pasal ayat (2)
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-
masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”.
• Salah satu wujud pengamalan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa berdasarkan Ketetapan MPR No
II/MPR/1978 adalah percaya dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
• Dalam Islam percaya kepada Tuhan yang maha Esa
berarti mengakui dan meyakini Kemahaesaan Allah
mengatur hidup dan kehidupan alam semesta
termasuk manusia didalamnya.
• Hubungan-hubungan dalam memelihara kehidupan:
• 1. Hubungan manusia dengan Allah, Tuhan YME
• 2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
• 3. Hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat
• 4. Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya.
Keempat tata hubungan ini harus dikembangkan
secara seimbang, baik dan benar.
Kenapa Kuliah harus belajar Pengantar
Hukum Islam?
• Asal:
-berdasarkan sejarah karena 1. sekolah hukum pada zaman
belanda 2. karena mayoritas penduduk Indonesia Muslim
- yuridis (nama lain dari hukum itu sendiri, banyak
digunakan untuk menegaskan aspek kekuatan hukum atau
landasan dari suatu hal yang telah diatur secara mengikat oleh
hukum) : 1. Normatif “hukum Islam mempunyai sanksi
kemasyarakatan apabila norma-normanya dilanggar, kuat
tidaknya tergantung tingkat kesadaran umat Islam akan norma
hukum Islam yang bersifat normatif (pelaksanaan sholat,
puasa, zakat, haji, halal dan haram)
Lanjutan yuridis

2. Formal yuridis: hukum Islam yang mengatur


hubungan manusia dengan manusia lain dan
benda dalam masyarakat, bagian hukum Islam ini
menjadi hukum positif (UU) berdasarkan atau
karena ditunjuk oleh peraturan perundang-
undangan seperti hukum perkawinan, hukum
kewarisan, hukum wakaf yang dikompilasikan
(1988) hukum zakat.
Pertemuan Ketiga:
Alasan belajar hukum Islam
- Alasan konstitusional: UU 1945 pasal 29 ayat 1
dalam negara RI tidak boleh terjadi atau berlaku
sesuatu yang bertentangan dengan kaidah-
kaidah bagi umat Islam atau bagi yang
bertentangan dengan kaidah agama tertentu.
Negara RI wajib menjalankan syariat Islam bagi
orang Islam, syariat nasrani bagi orang nasrani
dan syariat hindu bali bagi orang bali.
- Alasan Ilmiah
sebagai bidang Ilmu dipelajari secara ilmiah
bukan saja oleh muslim, tapi juga oleh non
muslim.
orientalis,??? Orang barat non muslim yang
mempelajari Islam.
Pertemuan kedua: Alasan orientalis belajar
hukum Islam..
• Motif...
Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam
• Agama Islam bersumber dari Wahyu (Al-Quran) dan
sunnah (Hadits), ajaran Islam bersumber dari ra’yu (akal
pikiran) manusia melalui ijtihad. Ajaran Islam adalah
penjelasan agama Islam.
• Dengan mengikuti sistematik Iman, Islam, dan Ikhsan yang
berasal dari Hadits Nabi Muhammad, kerangka dasar
agama Islam terdiri dari akidah, syariah dan akhlak.
• Pada komponen syariah dan akhlak, ruang lingkupnya
jelas mengenai ibadah, muamalah, dan sikap terhadap
Khalik (Allah) serta makhluk. Pada komponen akidah,
ruang lingkup itu akan tampak pula jika dihubungkan
dengan iman kepada Allah dan para Nabi serta Rasul-Nya.
• Akidah: menurut ilmu bahasa yang menyelidiki asal-usul kata serta
perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna adalah ikatan,
sangkutan. Dalam pengertian teknis makna akidah adalah iman,
keyakinan yang menjadi pegangan hidup setiap pemeluk agama
Islam. Oleh karenanya akidah selalu ditautkan/dihubungkan dengan
rukun Iman atau arkanul Iman yang merupakan asas seluruh ajaran
Islam. Pembahasan akidah dilakukan melalui Ilmu kalam tentang
kalam Ilahi (akidah), ilmu tauhid karena membahas tentang keesaan
Allah atau Ushuluddin karena membahas dan memperjelas atas
agama Islam.
• Ulama memahami, mendalami, menafsirkan dan membahas akidah
Islam dengan Ilmu kalam.
• Ibnu Khaldun berpendapat bahwa Ilmu kalam adalah ilmu yang
membahas akidah untuk mempertahankan iman dengan
menggunakan akal pikiran.
• Hasil pemahaman, pendalaman, penafsiran serta
perincian tentang akidah berbeda(karena hasil
pemikiran manusia mmempunyai kecenderungan
berbeda-beda) yang menimbulkan aliran-aliran atau
madzhab-madzhab dengan nama tertentu dikalangan
umat Islam. Aliran ilmu kalam menggunakan Istilah
teologi diranah akidah, ada beberapa yang terpenting
karena banyak penganutnya yaitu ahlussunnah wal
jamaah/Sunni (dianut oleh mayoritas umat Islam di
Indonesia) dan Syiah (syi’i) yang dianut di Iran.
2. syariah
• Etimologis: jalan yang harus ditempuh oleh semua umat
Islam.
• Teknis: syariah adalah seperangkat norma Ilahi yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan
manusia dengan manusia lain dalam kehidupan sosial,
hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan
hidupnya.
• Norma Ilahi yang mengatur tata hubungan itu berupa A.
Kaidah Ibadah (Ibadah murni), mengatur cara dan upacara
hubungan langsung manusia dengan Tuhan (bab Thaharah,
rukun Islam (arkanul Islam meliputi, shalat, zakat, puasa, haji)
• Kaidah muamalah: kaidah yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lain dan benda dalam
masyarakat. Dalam kaidah muamalah hanya
pokoknya saja yang ditentukan dalam Al-Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad. Perinciannya terbuka
bagi akal manusia yang mempunyai syarat untuk
berijtihad (berusaha sungguh-sungguh) dengan
menggunakan seluruh kemampuan) mengaturnya
lebih lanjut dan menentukan kaidahnya menurut
ruang dan waktu.
Bagaimana cara mendalami kaidah
muamalah?
• Fiqh Ibadah dan Fiqh Muamalah
sebagai hasil pemikiran manusia, hasil
pemahaman tentang syariah yang disebut fiqih
atau hukum fiqih dapat berbeda disuatu tempat
yang satu dengan tempat lainnya, perbedaan
tersebut menimbulkan berbagai aliran pula baik
dikalangan ahlussunah wal jamaah (Sunni)
maupun dikalangan syiah.
Apa yang mendasari perbedaan sunni dan syiah
3. Akhlak
• Disamping akidah dan syariah, agama Islam meliputi juga
akhlak.
• Akhlak atau khuluk yang berarti perangai, sikap, tingkah
laku, watak, budi pekerti yang mempunyai hubungan
dengan manusia terhadap khalik (pencipta alam semesta)
dan makhluk (yang diciptakan).
• Dalam bidang akhlak ilmu yang mempelajari, mendalami
serta mengembangkan ajaran akhlak yang terdapat dalam
Al-Quran dan Al-Hadits agar manusia dapat bersikap,
berbudi pekerti dan bertingkah laku seperti yang
ditetapkan dalam al-Quran dan Hadits.
• Mengenai sikap terhadap Allah, pencipta,
pemelihara dan penguasa alam semesta ilmu
yang mempelajarinya disebut ilmu tasawuf.
Perkataan tasawuf yang didalam bahasa asing
disebut mystic atau sifism dengan upaya yang
telah ditentukan untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Orangynya disebut sufi (menyelami
makna syariat secara lebih mendalam dalam
rangka menemukan hakikat agama Islam
• Mengenai sikap terhadap sesama makhluk ada 2 . 1. sesama
manusia 2. terhadap sesama makhluk selain manusia.
• Ilmu yang menjelaskan sikap terhadap sesama manusia disebut
ilmu akhlak atau ethics. Ilmu akhlak adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk serta segala sesuatu yang
berkenaan dengan sikap yang seyogiayanya diperlihatkan
manusia terhadap manusia lain dirinya sendiri dan lingkungan
hidupnya.
• Sumber akhlak Islami adalah alquran dan al-Hadits yang memuat
sunnah nabi Muhammad. Kedua sumber agama Islam itu penuh
dengan nilai-nilai serta norma yang menjadi ukuran sikap
manusia apakah itu baik-buruk.
• Dari kerangka agama Islam dapat disimpulkan
bahwa Islam sebagai agama mempunyai sistem
sendiri yang bagian-bagiannya saling bekerjasama
untuk mencapai satu tujuan. Sumbernya adalah
tauhid yang menjadi inti akidah. Dari akidah
mengalir syariah dan akhlak Islami. Ketiganya
saling berhubungan. Syariah dan akhlak mengatur
perbuatan dan sikap seseorang baik dilapangan
Ibadah maupun dilapangan muamalah.
Pertemuan Keempat
Hukum Islam
• Hukum Islam adalah hukum yang bersumber
dari dan menjadi bagian agama Islam. Sebagai
sistem hukum, hukum Islam mempunyai
beberapa istilah diantaranya hukum, hukm
dan ahkam, syariah atau syariat, dan fiqih.
• Hukum definisi
• Hukm dan Ahkam
hubungan antara perkataan hukum dalam bahasa Indonesia
dengan hukm dalam pengertian norma dalam bahasa arab jelas
sebab setiap peraturan apapun macam dan sumbernya
mengandung norma atau kaidah sebagai intinya. Dalam ilmu
hukum Islam, kaidah itu disebut hukm.
. Dalam sistem hukum IslaM ada 5 hukm atau kaidah yang
dipergunakan sebagai patokan mengukur perbuatan manusia baik
dibidang Ibadah maupun dilapangan muamalah. Kelima kaidah nya
disebut al-ahkamul khamsah atau penggolongan hukum yang 5
yaitu, wajib, sunah, jaiz, makruh dan haram
Syariah..
• Definisi: Jalan ke sumber mata air yakni jalan lurus yang hrus diikuti oleh
setiap muslim. Syariat merupakan jalan hidup muslim yang memuat
ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, baik berupa larangan
maupun berupa suruhan , meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan
manusia.
• Dilihat dari segi ilmu hukum, syariat merupakan norma hukum dasar yang
ditetapkan Allah yang wajib diikuti oleh orang Islam berdasarkan iman yang
berkaitan dengan akhlak, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun
dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat.
• Nabi Muhammad: umat Islam tidak akan pernah tersesat dalam perjalanan
hidupnya di dunia ini selama mereka berpegang teguh kepada Al-Quran
dan Sunnah Rasulullah--- Pola hidup, pedoman hidup, tolok ukur hidup dan
kehidupan yang terdapat dalam Al-Quran dan kitab-kitab hadits yang
shahih=benar.
Fiqh
• Def; paham atau pengertian
• Ilmu fiqh adalah ilmu yang bertugas menentukan
dan menguraikan norma-norma hukum dasar yang
terdapat di dalam Al-Quran dan ketentuan-
ketentuan umum yang terdapat dalam Sunnah.
Dengan kata lain ilmu yang berusaha memahami
hukum-hukum yang terdapat didalam al-Quran dan
Sunnah untuk diterapkan pada perbuatan manusia
yang telah dewasa yang sehat akal yang
berkewajiban melaksanakan hukum Islam.
• Ada dua istilah yang dipergunakan untuk
menunjukkan hukum Islam, yakni syariat Islam
dan Fiqih Islam.
Pertemuan Kelima dan Seterusnya
terdiri dari Presentasi oleh
Mahasiswa dan Pemberian materi
kuliah
Ruang Lingkup Hukum Islam
• Jika kita ikuti sistematika hukum Barat yang membedakan antara hukum
perdata dengan hukum publik seperti dalam pengantar ilmu hukum di
Indonesia maka susunan hukum Islam bidang muamalah dalam arti luas
adalah
• A. Hukum Perdata (Islam) adalah 1. Munakahat (mengatur segala sesuatu
yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya)
2. Wirasah mengatur segala maslahah yang berhubungan dengan pewaris,
ahli waris, harta peninggalan serta pembagian warisan. Hukum kewarisan
Islam disebut juga hukum Fara’id. 3. Muamalah dalam arti khusus
mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan
manusia soal jual-beli, sewa-menyewa, pinjam meminjam, perserikatan dll.
Susunan hukum Islam jika dibandingkan dengan hukum barat yang diadopsi
dalam pengantar Ilmu hukum maka 1. Hukum perkawinan 2. hukum
kewarisan 3. hukum benda dan hukum perjanjian
• B. Hukum Publik (Islam) memuat 1. Jinayat yang memuat aturan-
aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan
hukuman baik dalam jarimah hudud (perbuatan pidana yang sudah
ditentukan bentuk dan batas hukumannya dalam Al-Quran dan
Sunnah Nabi Muhammad) maupun dalam jarimah ta’zir/ajaran
(perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumannya ditentukan
oleh penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya. Yang dimaksud
dengan jarimah adalah perbuatan pidana. 2. Ah-ahkam as-
sulthaniyah membicarakan hal yang berkaitan dengan kepala negara,
pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun daerah, tentara, pajak
dsb. 3. Siyar mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan
dengan pemeluk agama dan negara lain. 4. Mukhasamat mengatur
soal peradilan, kehakiman dan hukum acara.
1. Hukum pidana 2. hukum ketatanegaraan meliputi tata negara dan
administrasi negara 3. hukum internasional 4. hukum Acara
Ciri-ciri hukum Islam:
1. Merupakan bagian dan bersumber dari agama Islam
2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman
atau akidah dan kesusilaan atau akhlak Islam
3. Mempunyai istilah kunci yakni syariat (wahyu Allah dan Sunnah Nabi)
dan fiqih (pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang syariah)
4. Terdiri dari 2 bidang utama yakni ibadah dan muamalah
5. Strukturnya berlapis terdiri dari nas atau teks Al-Quran, sunnah nabi
muhammad, hasil ijtihad, pelaksanaannya dalam praktik berupa
keputusan hakim maupun amalan-amalan umat Islam dalam
masyarakat (untuk fiqih)
6. Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala
7. Dapat dibagi menjadi hukum taklifi (akhkamul khamsah yang terdiri
dari 5 kaidah (wajib, sunnah dsb) dan hukum wadhi yang mengandung
sebab, syarat, halangan terjadi atau terwujudnya hubungan hukum.
Tujuan Hukum Islam
• Secara umum tujuan hukum Islam adalah
kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat
dengan mengambil segala yang bermanfaat dan
mencegah atau menolak yang mudarat yaitu yang
tidak berguna bagi hidup dan kehidupan. Dengan
kata lain untuk kemaslahatan hidup manusia, baik
jasmani maupun rohani individual maupun sosial.
• Menurut Abu Ishaq al-Shatibi tujuan hukum Islam
yakni memelihara agama, jiwa, akal keturunan dan
harta kelimanya dusebut al-maqasid al-khamsh atau
al-maqadis syariah.
Lanjutan...

• Uraian Lengkap dan Review serta pemantapan


materi dari pertemuan kedua-kelima
Pertemuan Keenam
Sumber hukum Islam..

• Sumber: asal sesuatu.


• Sumber hukum Islam adalah asal (pengambilan)
hukum Islam,
• sumber hukum Islam= dalil, pokok, dasar hukum
Islam.
• Allah telah menentukan sendiri sumber hukum
(agama dan ajaran) Islam yang wajib diikuti oleh
semua muslim.
• An-Nisa ayat 59:
• Setiap Muslim wajib menaati (mengikuti) kemauan atau
kehendak Allah (ketetapan yang tertulis dalam Al-Quran),
kehendak rasul (berupa sunnah yang terhimpun dalam kitab-
kitab hadits), dan kehendak ulil amri yakni orang mempunyai
kekuasaan atau penguasa yang dimuat dalam peraturan
perundang-undangan (dulu dan sekarang) atau dalam hasil
karya orang yang memenuhi syarat untuk berijtihad karena
mempunyai kekuasaan berupa ilmu pengetahuan untuk
mengalirkan ajaran hukum Islam dari dua sumber utamanya
yakni dari Al-Quran dan dari kitab-kitab hadits yang memuat
sunnah Nabi Muhammad.
• Cerita muadz bin jabal dari Madinah untuk menjadi gubernur
di Yaman.
Dari cerita muadz dapat disimpulkan bahwa:
1. Al-Quran bukanlah kitab hukum yang memuat kaidah-kaidah hukum secara
lengkap terinci. Pada umumnya hanya memuat kaidah-kaidah hukum
fundamental yang harus dikaji dan diteliti dan dikembangkan oleh pikiran
manusia yang memenuhi syarat untuk diterapkan dalam masyarakat.
2. Sunnah Nabi Muhammad dalam Hadits pun sepanjang mengenai soal
muamalah hanya mengandung kaidah-kaidah umum yang harus dirinci
oleh orang yang memenuhi syarat untuk dapat diterapkan dalam kasus-
kasus tertentu
3. Hukum Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan as-Sunah atau al-Hadits
perlu dikaji, dirinci lebih lanjut
4. Hakim (penguasa) tidak boleh menolak untuk menyelesaikan suatu
masalah atau sengketa dengan alasan bahwa hukumnya tidak ada. Hakim
wajib memecahkan masalah atau menyelesaikan sengketa yang
disampaikan kepadanya dengan berijtihad melalui berbagai jalan (metode)
cara atau upaya.
• Menurut Imam Syafi’i dalam kitab al-risalah fi ushul al-Fiqh atau populer dengan
nama Ar-Risalah. Sumber hukum Islam ada 4:
• 1. Al-Quran
• 2. Sunnah
• 3. al-Ijma’ (konsensus/kesepakatan)”dan taatilah orang-orang yang memegang
kekuasaan diantara kamu
• 4. qiyas (analogi) karena ilat kesamaan sifat atau karakter. “jika kamu berbeda
pendapat mengenai sesuatu, kembalikanlah kepada Allah dan rasul”
• Selain bertitik tolak dari Al-Quransurat An-Nisa 59 pendapat Imam As-Syafi’i juga
dimaksudkan untuk menautkan pendapat Abu Hanifah yang mengutamakan akal
pikiran atau ar-ra’yu setelah Al-Quran. Perbedaan peringkat hsumber hukum
setelah Al-Quran disebabkan karena faktor lingkungan, tersedianya narasumber
mengenai hadits dan tempat mereka berijtihad. Abu Hanifah di Kufah (Irak)
sedang Malik bin Anas di Madinah (arab saudi)
• Keempat sumber hukum Islam yang disebut oleh Imam Syafii disepakati oleh para
ahli hukum (madzhab) yang lain, karena itu Imam Syafii dianggap sebagai arsitek
agung, pembangunan (teori) ilmu pengetahuan hukum Islam.
Bagaimana di tanah air?
• Al-Quran
• Sunnah
• Ijma’:kebulatan/kesepakatan/konsensus pendapat para ulama besar
pada suatu masa dalam merumuskan suatu yang baru sebagai hukum
Islam.
• Qiyas artinya mengambil kesimpulan yang khusus dari dua simpulan
umum sebelumnya. Menurut hukum Islam Qiyas adalah menetapkan
suatu hukum dari suatu masalah baru yang belum pernah disebutkan
hukumnya dengan memperhatikan masalah lama yang sudah ada
hukumnya yang mempunyai kesamaan pada segi alasan dari masalah
baru itu. Menurut Al-Quran arak itu haram karena memabukkan,
dianalogikan bahwa setiap minuman yang memabukkan itu hukumnya
haram seperti wiski, vodka, bir dsb.
Pertemuan Ketujuh
Asas-asas Hukum Islam
• Asas berasal dari bahasa arab asasun: dasar, basis,
pondasi.
• Asas jika dihubungkan dengan sistem berpikir,
asas adalah landasan berpikir yang sangat
mendasar.
• Asas dihubungkan dengan hukum adalah
kebenaran yang digunakan atau dijadikan sebagai
tumpuan berpikir dan alasan pendapat, terutama
dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.
• Asas hukum Islam berasal dari sumber hukum
Islam terutama dari Al-Quran dan hadits yang
dikembangkan oleh akal pikiran orang yang
memenuhi syarat untuk berijtihad.
• Tim pengkajian hukum Islam departemen
kehakiman pada tahun 1983-1984 asas hukum
Islam dibagi dalam 3 kategori yaitu
• 1. bersifat umum 2. asas dalam lapangan
hukum pidana 3. asas dalam lapangan hukum
perdata.
1. Asas yang bersifat umum/asas umum
1.1 asas keadilan, sangat penting dalam hukum Islam sehingga disebut
sebagai asas semua asas hukum Islam. Keadilan disebut dalam Al-Quran
disebut lebih dari 1000 kali terbanyak setelah Allah dan ilmu pengetahuan. Qs
As-sad 38 Allah memerintahkan penguasa, penegak hukum sebagai khalifah
dibumi menyelenggarakan hukum sebaik-baiknya, berlaku adil terhadap
sesama manusia tanpa memandang kedudukan, asal-usul dan keyakinan yang
dipeluk pencari keadilan itu. QS. An-Nisa ayat 135 Tuhan memerintahkan
agar manusia menegakkan keadilan menjadi saksi yang adil walaupun
terhadap diri sendiri, orangtua dan keluarga dekat.

1.2 asas kepastian hukum, menyatakan bahwa tidak ada satu perbuatan pun
dapat dihukum kecuali atas kekuatan ketentuan hukum atau peraturan
perundang-undangan yang ada dan berlaku untuk perbuatan itu. QS. Al-Isra
ayat 15 dan Qs Al-Maidah ayat 95
• 1.3 asas kemanfaatan adalah asas yang mengiringi asas
keadilan dan asas kepastian hukum, dalam melaksanakan asas
keadilan dan asas kemanfaatan hukum sepatutnya
dipertimbangkan asas kemanfaatannya baik bagi yang
bersangkutan sendiri maupun bagi kepentingan masyarakat.
• QS Al-Baqarah ayat 178, dalam menerapkan hukuman mati
terhadap seseorang yang melakukan pembunuhan dapat
dipertimbangkan kemanfaatan penjatuhan hukuman itu bagi diri
terdakwa sendiri dan bagi masyarakat, kalau hukuman mati yang
akan dijatuhkan itu lebih bermanfaat bagi masyarakat maka
hukuman mati dijatuhkan. Kalau tidak menjatuhkan hukuman
mati lebih bermanfaat bagi terdakwa sendiri dan keluarga atau
saksi korban ancaman hukuman mati dapat diganti dengan
hukuman denda yang dibayarkan kepada keluarga terbunuh.
2. Asas hukum pidana
2.1 asas legalitas adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada
pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang
yang mengaturnya. QS. Al-isra ayat 15 dan QS. Al- An’am ayat 19

2.2 asas larangan memindahkan kesalahan pada orang lain QS.


Al-Mudatsir ayat 38 ‘setiap jiwa terikat pada apa yang dikerjakan,
dan setiap orang tidak memikul dosa atau kesalahan yang dibuat
oleh orang lain. QS. Al-An’am ayat 6 Allah menyatakan bahwa
setiap pribadi yang melakukan suatu kejahatan akan menerima
balasan kejahatan yang dilakukannya. Jelas bahwa orang tidak
dapat diminta memikul tanggung jawab mengenai kejahatan atau
kesalahan yang dilakukan oleh orang lain karena
pertanggungjawaban pidana itu individual sifatnya, kesalahan
seseorang tidak dapat dipindahkan kepada oranglain.
2.3 Asas Praduga tidak bersalah: seseorang yang dituduh
melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak bersalah
sebelum hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan
menyatakan dengan tegas kesalahan orang itu.
3. asas-asas hukum perdata
3.1 asas kebolehan atau mubah, menunjukkan kebolehan
melakukan semua hubungan perdata sepanjang hubungan itu tidak
dilarang oleh Al-Quran dan sunnah. Dengan kata lain pada dasarnya
segala bentuk hubungan perdata adalah boleh dilakukan kecuali
ditentuakan lain oleh QS dan sunnah. Islam memberikan kesempatan
luas kepada yang berkepentingan untuk mengembangkan bentuk
dan macam hubungan perdata sesuai dengan perkembangan zaman
dan kebutuhan masyarakat.

3.2 asas kemaslahatan hidup, segala sesuatu yang mendatangkan


kebaikan, berguna, berfaedah bagi kehidupan. Hubungan perdata
apapun dapat dilakukan asal hubungan itu mendatangkan kebaikan,
berguna serta berfaedah bagi kehidupan manusia pribadi dan
masyarakat meskipun tidak ada ketentuannya dalam QS dan Sunnah.
3.3 asas kebebasan dan kesukarelaan, setiap hubungan
perdata harus dilakukan secara bebas dan sukarela. Dalam
hal ini kehendak para pihak yang melahirkan kesukarelaan
dalam persetujuan harus senantiasa diperhatikan. QS An-
Nisa ayat 29.

3.4. asas menolak mudarat dan mengambil manfaat, asas


ini mengandung makna bahwa harus dihindari segala bentuk
hubungan perdata yang mendatangkan kerugian {mudharat}
dan mengembangkan hubungan perdata yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan masyarakat, menghindari kerusakan
harus diutamakan dari memperoleh keuntungan dalam suatu
transaksi seperti perdagangan narkoba, prostitusi, perjudian.
3.5 Asas kebajikan {kebaikan} mengandung arti bahwa setiap
hubungan perdata seyogyanya mendatangkan kebajikan kepada
kedua belah pihak dan pihak ketiga dalam masyarakat. Kebajikan
yang diperoleh seseorang haruslah didasarkan pada kesadaran
pengembangan kebaikan dalam rangka kekeluargaan.

3.6 Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat,


asas hubungan perdata yang disandarkan pada hormat
menghormati, mengasihi, serta tolong-menolong dalam
mencapai tujuan bersama.. Asas ini menunjukkan suatu
hubungan perdata antara para pihak yang menganggap diri
masing-masing ssebagai anggota satu keluarga kendati pada
hakikatnya bukan keluarga QS Al-Maidah ayat 5 {menyatakan
bahwa umat manusia berasal dari satu keluarga}
3.7 asas adil dan berimbang, asas keadilan mengandung
makna bahwa hubungan perdata tidak boleh
mengandung unsur-unsur penipuan, penindasan,
pengambilan kesempatan pada waktu pihak lain sedang
kesempitan. Asas ini mengandung arti bahwa hasil yang
diperoleh harus berimbang dengan usaha atau ikhiar
yang dilakukan.

3.8 asas mendahulukan kewajiban dari hak, para pihak


harus mengutamakan penunaian kewajibannya lebih
dahulu dari menuntun hak, merupakan kondisi hukun
yang mendorong terhindarnya wanprestasi atau ingkar
janji.
3.9 asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain, para
pihak yang mengadakan hubungan perdata tidak boleh
merugikan diri sendiri dan orang lain dalam hubungan
perdatanya. Merusak harta tidak dibenarkan dalam hukum
Islam meskipun tidak merugikan diri sendiri tapi merugikan
oranglain, menimbun, monopoli.
3.10 asas kemampuan berbuat atau bertindak, setiap manusia
dapat menjadi subjek dalam hubungan perdata jika Ia
memenuhi syarat untuk bertindak mengadakannya. Dalam
hukum Islam manusia yang dipandang mampu berbuat atau
bertindak melakukan hubungan perdata adalah mereka yang
mukallaf, yaitu mereka yang mampu memikul kewajiban dan
hak, sehat jasmani dan rohani, jika tidak mukallaf maka
hubungan perdatanya batal karena bertentangan.
3.11 asas kebebasan berusaha, mengandung makna bahwa
pada prinsipnya setiap orang bebas berusaha untuk
menghasilkan sesuatu yang baik bagi dirinya sendiri dan
keluarganya. Asas ini mengandung makna bahwa setiap
orang mempunyai kesempatan yang sama untuk berusaha
tanpa batasan, kecuali yang telah ditentukan batasannya oleh
hukum Islam.

3.12 asas mendapatkan hak karena usaha dan jasa.


Mengandung makna seseorang akan mendapat hak
berdasarkan usaha dan jasa baik yang dilakukan sendiri
maupun yang diusahakannya bersama-sama orang lain,
usaha dan jasa yang mengandung kebajikan.
3.13 asas perlindungan hak, asas ini mengandung makna
bahwa semua hak yang diperoleh seseorang dengan jalan halal
dan sah harus dilindungi. Bila ada hak yang dilanggar oleh salah-
satu pihak dalam hubungan perdata, pihak yang dirugikan
berhak untuk menuntut pengembalian hak atau kerugiannya
tersebut dari pihak yang merugikannya.

3.14 asas hak milik berfungsi sosial. Asas ini menyangkut


pemanfaatan hak milik yang dipunyai oleh seseorang. Menurut
Islam, hak milik tidak boleh dipergunakan hanya untuk
kepentingan pribadi pemiliknya saja, tetapi juga diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial. Ex. Zakat pada jumlah
tertentu, dalam jangka waktu tertentu wajib dikeluarkan
zakatnya.
3.15. asas yang beritikad baik harus dilindungi,
asas ini berkaitan erat dengan asas lain yang
menyatakan bahwa orang yang melakukan
perbuatan tertentu bertanggungjawab atau
menanggung risiko perbuatannya.. Namun jika
ada pihak yang melakukan suatu hubungan
perdata tidak mengetahui cacat yang tersembunyi
dan mempunyai itikad baik dalam hubungan
perdata, kepentingannya harus dilindungi dan
berhak untuk menuntut sesuatu jika ia dirugikan
karena itikad baiknya.
3.16 asas risiko dibebankan pada harta, tidak pada pekerja. Asas ini
mengandung penilaian yang tinggi terhadap kerja dan pekerjaan. Berlaku di
perusahaan yang merupakan persekutuan antara pemilik modal dan
pemilik tenaga {kerja}. Jika perusahaan merugi maka kerugian hanya
dibebankan pada pemilik modal atau harta saja tidak pada pekerjaannya.
Pemilik tenaga dijamin haknya untuk mendapatkan upah sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu tertentu setelah perusahaan mengalami
kerugian.

3.17 asas mengatur dan memberi petunjuk, dalam hukum Islam berlaku
asas yang menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan hukum perdata, kecuali
yang bersifat ijbari karena ketentuannya telah qath’I hanyalah bersifat
mengatur dan memberi petunjuk saja kepada orang-orang yang akan
memanfaatkannya dalam mengadakan hubungan perdata. Para pihak dapat
memilih ketentuan lain berdasarkan kesukarelaan asal saja ketentuan itu
tidak bertentangan dengan hukum Islam.
3.18 Asas tertulis atau diucapkan di depan
saksi, asas ini mengandung makna bahwa
hubungan perdata selayaknya dituangkan dalam
perjanjian tertulis dihadapan saksi-saksi. Namun
dalam keadaan tertentu perjanjian itu dapat saja
dilakukan secara lisan dihadapan saksi-saksi
yang memenuhi syarat baik mengenai jumlahnya
maupun mengenai kualitas orangnya.
• Mengingat banyaknya asas dalam hukum
perdata Islam maka dalam melakukan
hubungan perdata kita dituntut untuk
bersikap hati-hati dan mengutamakan semua
asas yang ada dalam hukum perdata Islam.
Intinya harus mengedepankan keseimbangan
antara para pihak…
Pertemuan kedelapan Ujian Tengah Semester
Pertemuan Ke-9
Asas-asas Hukum Perkawinan
Dalam ikatan perkawinan sebagai salah satu bentuk
perjanjian antara seorang pria dengan seorang wanita
yang mempunyai segi-segi perdata, berlaku beberapa asas:
• Asas kesukarelaan merupakan asas terpenting
perkawinan Islam. Kesukarelaan itu tidak hanya harus
terdapat antara kedua calon suami-istri tetapi juga
antara kedua orangtua kedua belah pihak. Kesukarelaan
orangtua yang menjadi wali seorang wanita merupakan
sendi asasi perkawinan Islam dan dinyatakan tegas
dalam hadits Nabi.
• Asas persetujuan, tidak boleh ada paksaan dalam
melangsungkan pernikahan. Persetujuan seorang
gadis untuk dinikahkan dengan seorang laki-laki
misalnya harus diminta terlebih dahulu oleh wali
atau orangtuanya. Menurut sunnah Nabi
persetujuan itu dapat disimpulkan dari diamnya
gadis tersebut.
Dari berbagai sunnah Nabi dapat diketahui bahwa
perkawinan yang dilangsungkan tanpa persetujuan
kedua belah pihak dapat dibatalkan oleh
pengadilan.
• Asas kebebasan memilih pasangan juga disebutkan
dalam sunnah Nabi. Diceritakan Ibnu Abbas bahwa
ada seorang gadis bernama Jariyah yang
menghadap Rasulullah dan menyatakan bahwa Ia
telah dinikahkan oleh ayahnya dengan seorang laki-
laki yang tidak disukainya, setelah itu Nabi
menegaskan bahwa Jariyah dapat memilih untuk
meneruskan perkawinan dengan orang yang tidak
disukainya itu atau meminta supaya perkawinannya
dibatalkan untuk dapat memilih pasangan dan
menikah dengan oranglain yang disukainya.
• Asas kemitraan Suami-Istri dengan tugas dan
fungsi yang berbeda karena perbedaan kodrat
Q.S An-Nisa ayat 34 dan Al-Baqarah ayat 187.
kemitraan ini menyebabkan kedudukan suami
istri dalam beberapa hal sama, dalam hal yang
lain berbeda, suami menjadi kepala keluarga,
istri menjadi kepala dan penanggung jawab
pengaturan rumah tangga.
• Asas untuk selama-lamanya menunjukkan
bahwa perkawinan dilaksanakan untuk
melangsungkan keturunan dan membina cinta
serta kasih sayang selama hidup. Karena asas
ini, praktek nikah mut’ah yaitu perkawinan
sementara untuk bersenang-senang selama
waktu tertentu dalam masyarakat dahulu
dilarang oleh nabi Muhammad.
• Asas monogami terbuka disimpulkandalam QS An-Nisa
ayat 3 jo ayat 129. dalam ayat 3 dinyatakan bahwa
seorang pria Muslim dibolehkan atau boleh beristri
lebih dari seorang, asal memenuhi beberapa syarat
tertentu diantaranya adalah syarat mampu berlaku adil
terhadap semua wanita yang menjadi istrinya. Dalam
ayat 129 An-Nisa Allah menyatakan bahwa manusia
tidak mungkin berlaku adil terhadap istri-istrinya
walaupun Ia ingin berbuat demikian. Oleh karena
ketidakmungkinan berlaku adil terhadap istri-istri itu
maka Allah menegaskan bahwa seorang laki-laki lebih
baik menikah dengan seorang peremmpuan saja.
Pertemuan Ke-10
Asas-asas Hukum Kewarisan

Asas hukum kewarisan yang bersumber dari Q&H diantaranya adalah:


1. Asas Ijbari mengandung makna bahwa peralihan harta seseorang yang
meninggal dunia kepada ali warisnya berlaku dengan sendirinya
menurut ketetapan Allah tanpa digantungkan kepada kehendak
pewaris atau ahli waris. Unsur keharusan (ijbari: compulsory) dalam
hukum kewarisan Islam terutama terlihat dari segi ahli waris harus
(tidak boleh tidak) menerima berpindahnya harta pewaris kepadanya
sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh Allah.
Oleh karena itu, calon pewaris yaitu orang yang akan meninggal dunia
pada suatu ketika tidak perlu merencanakan penggunaan hartanya
setelah Ia meninggal dunia kelak karena dengan kematiannya secara
otomatis hartanya akan beralih kepada ahli warisnya dengan perolehan
yang sudah dipastikan.
2. Asas bilateral berarti bahwa seseorang menerima hak kewarisan
dari kedua belah pihak yaitu dari pihak keturunan (orangtua yaitu
Ayah Ibu). Dalam QS An-Nisa ayat 7, 11, 12 dan 176 ditegaskan
dalam An-Nisa ayat 7 bahwa seorang laki-laki dan perempuan
berhak mendapat warisan dari ayahnya dan juga dari Ibunya.

3. Asas Individual, harta warisan dapat dibagi-bagi pada masing-


masing ahli waris untuk dimiliki secara perorangan. Dalam
pelaksanaannya seluruh harta warisan dinyatakan dalam nilai
tertentu yang kemudian dibagikan kepada setiap ahli waris yang
berhak menerimanya menurut kadar bagian masing-masing.
Dalam hal ini setiap ahli waris berhak atas bagian yang didapatnya
tanpa terikat kepada ahli waris yang lain karena bagian masing-
masing sudah ditentukan. Hak harta anak yatim.
4. Asas keadilan yang berimbang, asas ini mengandung makna
harus senantiasa terdapat keseimbangan antara hak dan
kewajiban, antara hak yang diperoleh oleh seseorang dengan
kewajiban yang harus ditunaikannya. Laki-laki dan perempuan
mendapat hak yang sebanding dengan kewajiban yang
dipikulnya masing-masing dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat.
• Perbedaan pembagian yang diterima masing-masing ahli
waris berimbang dengan perbedaan tanggung jawab
masing-masing terhadap keluarga. Seorang laki-laki
menjadi penanggung jawab kehidupan keluarga mencukupi
keperluan hidup anak dan istrinya (QS. Al-Baqarah ayat
223) menurut kemampuannya (QS Al-Mulk ayat 7).
• Tanggung jawab itu merupakan kewajiban agama yang
harus dilaksanakannya terlepas dari persoalan apakah
istrinya mampu atau tidak, anaknya memerlukan bantuan
atau tidak. Terhadap kerabat lain tanggung jawab seorang
laki-laki hanyalah tambahan saja, sunnah hukumnya kalau
mampu dan mau melaksanakannya.
• Berdasarkan keseimbangan antara hak yang
diperoleh dan kewajiban yang harus
ditunaikan sesungguhnya apa yang diperoleh
seorang laki-laki dan seorang perempuan dari
harta peninggalan, manfaatnya akan sama
dirasakan.
5. Asas yang menyatakan bahwa kewarisan ada
kalau ada yang meninggal dunia. Ini berarti bahwa
kewarisan semata-mata sebagai akibat kematian
seseorang.
Intinya menurut ketentuan hukum kewarisan Islam,
peralihan harta seseorang kepada orang lain disebut
dengan nama kewarisan, terjadi setelah orang yang
mempunyai harta meninggal dunia. Ini berarti
bahwa harta seseorang tidak dapat beralih kepada
oranglain dan disebut sebagai harta kewarisan,
selama orang yang mempunyai harta masih hidup.
• Kewarisan Islam adalah akibat dari kematian seseorang atau yang
disebut dalam hukum kewarisan perdata barat kewarisan ab
intestato dan tidak mengenal kewarisan atas dasar wasiat yang
dibuat oleh seseorang pada waktu ia Masih hidup yang disebut
dalam hukum perdata barat dengan istilah kewarisan secara
testamen.
• Asas ini mempunyai kaitan dengan dengan asas ijbari yakni
seseorang tidak sekehendaknya saja menentukan penggunaan
hartanyasetelah Ia meninggal kelak.
• Melalui wasiat menurut hukum Islam dalam batas-batas tertentu,
seseorang memang dapat menentukan pemanfaatan harta
kekayaannya setelah Ia meninggal dunia, tetapi wasiat mempunyai
ketentuan tersendiri terpisah dari ketentuan hukum kewarisan
Islam. Wasiat dibahas tersendiri diluar hukum kewarisan (Amir
Syarifuddin, 1984: 18-25)

Anda mungkin juga menyukai