Anda di halaman 1dari 33

HUKUM KETENAGAKERJAAN

INISIASI 2

Serikat Pekerja
Dan
Pengusaha
Pengertian Pekerja/Buruh
 Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
 Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain
Pekerja/Buruh Perempuan
 Dalam UU No. 13 Thn 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang
dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
 Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 07.00.
 Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul
07.00 wajib
a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
Pengertian Pekerja/Buruh

 Dalam Permenaker No. Kep. 224/Men/2003, diharuskan makanan dan minuman yang bergizi harus
sekurang-kurangnya memenuhi 1.400 kalori dan diberikan pada waktu istirahat antara jam kerja.
 Penyediaan makanan dan minuman, peralatan, dan ruangan makan harus layak serta memenuhi syarat
higiene dan sanitasiPenyajian menu makanan dan minuman yang diberikan kepada pekerja/buruh harus
secara bervariasi.
 Berkaitan dengan menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja, dalam Permenaker No. Kep.
224/Men/2003 ditentukan:
a. menyediakan petugas keamanan di tempat kerja;
b. menyediakan kamar mandi/wc yang layak dengan penerangan yang memadai serta terpisah antara
pekerja/buruh perempuan dan laki-laki.
Pengertian Pekerja/Buruh
 UU 13 thn 2003 menentukan bahwa Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan pada malam
hari wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang
bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.
 Dalam Permenaker No. Kep. 224/Men/2003 ditentukan, bahwa:
 Pengusaha wajib menyediakan antar jemput dimulai dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan
sebaliknya
 Penjemputan dilakukan dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 05.00.
 Pengusaha harus menetapkan tempat penjemputan dan pengantaran pada lokasi yang mudah dijangkau dan
aman bagi pekerja/buruh perempuan
 Kendaraan antar jemput harus dalam kondisi yang layak dan harus terdaftar di perusahaan
Pengertian Pekerja/Buruh
Pekerja Anak
 Menurut Undang-undang tentang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Thn 2003), yang dimaksud
dengan Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun (Pasal 1
ayat (26).
 Menurut Kepmenakertrans No. Kep.235 /Men/2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang
membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak, yang dimaksud dengan anak
adalah setiap orang yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun.
• UU No. 13 Thn 2003, Psl.68 menegaskan Pengusaha dilarang mempekerjakan anak
• UU No. 13 Thn 2003, Psl.74 menegaskan Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada
pekerjaan-pekerjaan yang terburuk, meliputi:
1. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;
2. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran,
produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian;
3. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan
perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau
4. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.
Pengertian Pekerja/Buruh
• Psl. 68 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menegaskan “Pengusaha dilarang
mempekerjakan anak” kecuali bagi anak yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan
15 (lima belas) tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu
perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial (Psl. 69 ayat (1)”.
• Pasal 69 ayat (2) Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi
syarat:
a. Ijin tertulis dari orang tua atau wali;
b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;
c. waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;
d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;
e. keselamatan dan kesehatan kerja;
f. adanya hubungan kerja yang jelas; dan
g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• Bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya, tidak berlaku ketentuan a, b, f dan g (Psl. 69 ayat
(3).
Pengertian Pekerja/Buruh
• Psl. 70, Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum
pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. Usia paling sedikit 14 tahun,
dengan persyaratan:
a. diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta bimbingan dan pengawasan
dalam melaksanakan pekerjaan;
b. diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, seperti (pemberian alat kerja, APD sesuai
dengan jenis pekerjaan).
• Psl. 71, Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minatnya, (dengan tujuan
untuk melindungi anak agar pengembangan bakat dan minat anak yang pada umumnya muncul pada usia
ini tidak terhambat) dengan persyaratan:
a. di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali;
b. waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari; dan,
c. kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial, dan waktu
sekolah.
• Psl. 72, dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja/ buruh dewasa, maka tempat kerja
anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa.
Pengertian Pekerja/Buruh
• Keputusan Presiden No. 59 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk
Pekerjaan Terburuk untuk Anak, mengklasifikasikan jenis-jenis pekerjaan terburuk untuk anak yaitu:
a. Anak yang dilacurkan
b. Anak yang bekerja di pertambangan
c. Anak yang bekerja sebagai penyelam mutiara
d. Anak yang bekerja di sektor konstruksi
e. Anak yang bekerja di jermal
f. Anak yang bekerja sebagai pemulung sampah
g. Anak yang dilibatkan dalam produksi dan kegiatan menggunakan bahan peledak
h. Anak yang bekerja di jalanan
i. Anak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga
j. Anak yang bekerja di industri rumah tangga
k. Anak yang bekerja di perkebunan
l. Anak yang bekerja pada penebangan, pengolahan dan pengangkutan kayu
m. Anak yang bekerja pada industri dan jenis kegiatan yang menggunakan bahan kimia berbahaya
Pengertian Pekerja/Buruh
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 235 tahun 2003 tentang Jenis-Jenis Pekerjaan yang
Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak mengklasifikasikan pekerjaan yang mengandung
sifat dan keadaan berbahaya tertentu kepada anak yaitu:
a. Pekerjaan konstruksi bangunan, jembatan, irigasi atau jalan
b. Pekerjaan yang dilakukan dalam perusahaan pengolahan kayu seperti penebangan, pengangkutan dan
bongkar muat
c. Pekerjaan mengangkat dan mengangkut secara manual beban diatas 12 kg untuk anak laki-laki dan
diatas 10 kg untuk anak perempuan
d. Pekerjaan dalam bangunan tempat kerja yang terkunci
e. Pekerjaan penangkapan ikan di lepas pantai atau di perairan laut dalam
f. Pekerjaan yang dilakukan di daerah terisolir dan terpencil
g. Pekerjaan di kapal
h. Pekerjaan yang dilakukan dalam pembuangan dan pengolahan sampah atau daur ulang barang-barang
bekas
i. Pekerjaan yang dilakukan antara pukul 18.00-06.00
Pengertian Pekerja/Buruh

Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud
bekerja di wilayah Indonesia.

UU No. 13 Tahun 2003


Pengertian Pekerja/Buruh
DASAR HUKUM
PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING YANG BEKERJA DI INDONESIA

1.UUD-NRI Tahun 1945


Pasal 27 ayat (2), tiap-tiap Warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian dan Pasal 28D ayat (2), Setiap
orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

2. UU Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan


a. Pasal 42
Setiap Pemberi Kerja yang mempekerjakan TKA wajib memiliki Izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk
b. Pasal 43
Setiap Pemberi kerja yang menggunakan TKA wajib memiiki RPTKA (Rencana Penempatan Tenaga Kerja Asing) dari Menteri
(dikecualikan bagi instansi pemerintah, badan-badan internasional dan perwakilan negara asing)
c. Pasal 44
Pemberi kerja wajib menaati ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi yang berlaku
d. Pasal 47
Pemberi kerja wajib membayar dana kompensasi atas setiap TKA yang dipekerjakannya (100 USD/orang/bulan berdasarkan PP Nomor 65
Tahun 2012 merupakan PNBP)
e. Pasal 48
Pemberi kerja yang mempekerjakan TKA wajib memulangkan TKA ke negara asalnya setelah hubungan kerjanya berakhir.
3. Permenaker Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan TKA
4. Permenaker Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenaker Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan TKA
Pengertian Pekerja/Buruh
PEMBERI KERJA TENAGA KERJA ASING
(Pasal 4 ayat (1) Permenaker Nomor 16 Tahun 2015)

• Instansi pemerintah;
• Badan-badan internasional;
• Perwakilan negara asing;
• Organisasi internasional;
• Kantor perwakilan dagang asing, kantor perwakilan perusahaan asing, kantor perwakilan berita
asing;
• Perusahaan swasta asing, badan usaha asing yang terdaftar di instansi yang berwenang;
• Badan hukum yang didirikan berdasarkan Hukum Indonesia dalam bentuk perseroan terbatas
atau yayasan;
• Lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan kebudayaan; dan
• Usaha jasa impresariat (Jasa Pengurusan Penyelenggaran hiburan)
Pengertian Pekerja/Buruh
KEWAJIBAN PEMBERI KERJA YANG MEMPEKERJAKAN TKA
(UU No: 13 TH. 2003)
a. Memiliki izin tertulis dari Menteri Tenaga atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 37
Permenaker 35/2015, Setiap pemberi Kerja TKA Wajib memiliki IMTA yang
diterbitkan oleh Direktur)
b. Menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai tenaga pendamping TKA yang
dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari TKA (tidak berlaku
bagi jabatan direksi dan/atau komisaris);
c. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia
pendamping sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA;
d. Membayar kompensasi atas setiap TKA yang dipekerjakan;
e. Memulangkan TKA ke negara asal setelah hubungan kerja berakhir.
Pengertian Pekerja/Buruh
PERSYARATAN TENAGA KERJA ASING
(Pasal 36 Permenaker Nomor 16 Tahun 2015)
1. Memiliki pendidikan yang sesuai dengan syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA;
2. Memiliki sertifikat kompetensi atau memiliki pengalaman kerja sesuai dengan jabatan yang
akan diduduki TKA paling kurang 5 (lima) tahun;
3. Membuat surat pernyataan wajib mengalihkan keahliannya kepada TM pendamping yang
dibuktikan dengan laporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;
4. Memiliki NPWP bagi TKA yang sudah bekerja lebih dari 6 (enam) bulan;
5. Memiliki bukti polis asuransi pada asuransi yang berbadan hukum Indonesia; dan
6. Kepesertaan Jaminan Sosial Nasional bagi TKA yang bekerja lebih dan 6 (enam) bulan.
Pengertian Pekerja/Buruh
KEWAJIBAN MEMILIKI RPTKA BAGI PENGUSAHA YANG MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA
ASING DAN SYARAT RPTKA
(Pasal 5, 6 Permenaker Nomor 16 Tahun 2015)
• Pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing harus memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) yang disahkan oleh Menteri
atau pejabat yang ditunjuk;
• Pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing harus memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) yang disahkan oleh Menteri
atau pejabat yang ditunjuk;
1. Alasan penggunaan TKA
2. Formulir RPTKA yang sudah diisi
3. Surat Izin Usaha dari instansi yang berwenang
4. Akta dan keputusan pengesahan pendirian dan/atau perubahan dari instansi yang berwenang
5. Bagan struktur organisasi perusahaan
6. Rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh TKA dari instansi teknis sesuai dengan peraturan yang berlaku di instansi teknis terkait
7. Keterangan domilisi perusahaan dari pemerintah daerah setempat
8. Nomor Pokok Wajib Pajak pemberi kerja TKA
9. Surat penunjukan TKI pendamping dan rencana program pendampingan
10. Surat penyataan untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi TKI sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA
11. Bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih berlakuk sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981
Pengertian Pekerja/Buruh
KEWAJIBAN IMTA BAGI PEMBERI KERJA YANG MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING
(Pasal 37 Permenaker Nomor 35 Tahun 2015)

a. Setiap Pemberi kerja TKA wajib memiliki IMTA yang diterbitkan oleh
Direktur;
b. TKA yang menduduki jabatan Anggota Direksi, Anggota Dewan Komisaris
atau Anggota Pembina, Anggota Pengurus, Anggota Pengawas yang
berdomisili di luar negeri tidak wajib memiliki IMTA (pada Permenaker
16/2015 ketentuan tersebut wajib);
c. TKA yang bekerja sebagai Diplomatik dan Konsuler yang bekerja pada
Perwakilan Negara Asing, tidak wajib memiliki IMTA.
Pengertian Pekerja/Buruh
PERSYARATAN IMTA
(Pasal 37 Permenaker Nomor 35 Tahun 2015)
• Untuk mendapatkan IMTA Pemberi kerja TKA wajib mengajukan permohonan secara online kepada Direktur
dengan Mengunggah;
1. Bukti pembayaran DKP-TKA (Dana Kompensasi Penggunaan TKA) melalui bank pemerintah yang
ditunjuk oleh Menteri
2. Keputusan pengesahaan RPTKA
3. Paspor TKA yang akan diperkerjakan
4. Pas photo TKA berwarna ukuran 4 x 6 cm
5. Surat penunjukan TKI pendamping
6. Memiliki pendidikan yang sesuai dengan syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA
7. Memiliki sertifikat kompetensi atau memiliki pengalam kerja sesuai dengan jabatan yang akan
diduduki TKA paling kurang 5 (lima) tahun
8. Draft perjanjian kerja atau perjanjan melakukan pekerjaan
9. Bukti polis asuransi di perusahaan asuransi berbadan hukum Indonesia
10. Rekomendasi dari instansi yang berwenang apabila diperlukan untuk TKA yang akan dipekerjakan
oleh pemberi kerja TKA
Serikat Pekerja/Buruh
 Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,
membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
 Serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang
didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan.
 Serikat pekerja/serikat buruh di luar perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh
yang didirikan oleh para pekerja/buruh yang tidak bekerja di perusahaan.
 Federasi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan serikat pekerja/serikat buruh.
 Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan federasi serikat
pekerja/serikat buruh.

Pasal 1 UU No. 21 Tahun 2000


Serikat Pekerja/Buruh
Tujuan Pendirian Serikat Pekerja/Buruh

Memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan


kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya

Fungsi Pendirian Serikat Pekerja/Serikat Buruh:


1) sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial;
2) sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan
3) tingkatannya;
4) sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai
5) dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6) sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya;
7) sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan
8) peraturan perundang-undangan yang berlaku;
9) sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan.

Pasal 4 UU No. 21 Tahun 2000


Serikat Pekerja/Buruh
Prosedur Pendirian Serikat Pekerja/Serikat Buruh

 Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dapat dibentuk
berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh.
 Setiap serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh harus memiliki
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
 Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya harus memuat:
a. nama dan lambang;
b. dasar negara, asas, dan tujuan;
c. tanggal pendirian;
d. tempat kedudukan;
e. keanggotaan dan kepengurusan;
f. sumber dan pertanggungjawaban keuangan; dan
g. ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga.
 Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk atas kehendak
bebas pekerja/buruh tanpa tekanan atau campur tangan pengusaha, pemerintah, partai politik, dan pihak
manapun.

Pasal 9,10,11 UU No. 21 Tahun 2000


Serikat Pekerja/Buruh

Kenaggotaan serikat pekerja/serikat buru


 Keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya
 Seorang pekerja/buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu serikat pekerja/serikat
buruh di satu perusahaan.
 Dalam hal seorang pekerja/buruh dalam satu perusahaan ternyata tercatat pada lebih dari satu
serikat pekerja/serikat buruh, yang bersangkutan harus menyatakan secara tertulis satu serikat
pekerja/serikat buruh yang dipilihnya.

Pasal 13,14 UU No. 21 Tahun 2000


Serikat Pekerja/Buruh

Pemberitahuan dan Pencatatan


 Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah
terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat, dengan melampirkan:
a. daftar nama anggota pembentuk;
b. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
c. susunan dan nama pengurus.
 Nama dan lambang serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh yang akan diberitahukan tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja/serikat
buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat terlebih dahulu.

Pasal 18,19 UU No. 21 Tahun 2000


Serikat Pekerja/Buruh

Hak Serikat Pekerja/Serikat Buruh


 Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah
mempunyai nomor bukti pencatatan berhak:
a. membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;
b. mewakili pekerja/buruh dalam menyelesaikan perselisihan industrial;
c. mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan;
d. membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan
kesejahteraan pekerja/buruh;
e. melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 25 UU No. 21 Tahun 2000


Serikat Pekerja/Buruh

Keuangan serikat pekerja/serikat buruh


Keuangan serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh
bersumber dari:
a. iuran anggota yang besarnya ditetapkan dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga;
b. hasil usaha yang sah; dan
c. bantuan anggota atau pihak lain yang tidak mengikat.

Pembubaran serikat pekerja/serikat buruh


Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh bubar dalam hal:
a. dinyatakan oleh anggotanya menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
b. perusahaan tutup atau menghentikan kegiatannya untuk selama-lamanya yang mengakibatkan
putusnya
hubungan kerja bagi seluruh pekerja/buruh di perusahaan setelah seluruh kewajiban pengusaha terhadap
pekerja/buruh diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. dinyatakan dengan putusan Pengadilan.

Pasal 30 UU No. 21 Tahun 2000


Pengusaha
Dalam pasal 1 angka 5 UU No. 13 tahun 2003 menjelaskan pengertian
Pengusaha yakni:
1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagai mana dimaksud dalam huruf
a,b yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia.
Pengusaha
• Selain pengertian pengusaha, UU No. 13 Tahun 2003 juga memberikan
pengertian pemberi kerja yakni orang perseorangan, pengusaha, badan hukum
atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain (pasal 1 angka 4).
• Sedangkan pengertian perusahaan dalam UU No. 13 Tahun 2003 adalah:
1. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak yang memperkerjakan pekerja
dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak, milik orang perseorangan, persekutuan,
atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang memperkerjakan
buruh/pekerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk apapun;
2. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain
(pasal 1 angka 6).
Organisasi Pengusaha
• Untuk meningkatkan peran serta pengusaha nasional dalam kegiatan
pembangunan, Pemerintah dengan UU No. 49 tahun 1973 membentuk
Kamar Dagang dan Industri (KADIN).
• KADIN adalah wadah bagi pengusaha Indonesia dan bergerak dalam
bidang perekonomian.
• Tujuan KADIN adalah:
1. Membina dan mengembangkan kemampuan, kegiatan, dan kepentingan pengusaha Indonesia di
bidang usaha negara, usaha koperasi dan usaha swasta dalam kedududkannya sebagai pelaku –
pelaku ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan ekonomi dan dunia usaha
nasional yang sehat dan tertib berdasarkan pasal 33 UUD 1945;
2. Menciptakan dan mengembangkan iklim dunia usaha yang memungkinkan keikutsertaan yang
seluas – luasnya bagi pengusaha Indonesia sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam
pembangunan nasional.
Orhanisasi Pengusaha
• Organisasi pengusaha yang khusus mengurus masalah yang berkaitan
dengan ketenagakerjaan adalah Asosiasi Pengusaha Indonesia
(APINDO).
• Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) adalah suatu wadah kesatuan
para penguasa yang ikut serta untuk mewujudkan kesejahteraan
sosial dalam dunia usaha melalui kerja sama yang terpadu dan serasi
antara pemerintah, pengusaha dan pekerja.
• Tujuan APINDO menurut pasal 7 Anggaran Dasar adalah:
Organisasi Pengusaha

1. Mempersatukan dan membina pengusaha serta memberikan layanan


kepentingannya di dalam bidang sosial ekonomi;
2. Menciptakan dan memelihara keseimbangan, ketenangan dan kegairahan kerja
dalam lapangan hubungan industrial dan ketenagakerjaan.
3. Mengusahakan peningkatan produktifitas kerja sebagai program peran serta
aktif untuk mewujudkan pembangunan nasional menuju kesejahteraan sosial,
spiritual dan materiil
4. Menciptakan adanya kesatuan pendapat dalam melaksanakan kebijakan /
ketenagakerjaan dari para pengusaha yang disesuaikan dengan kebijakan
pemerintah.
Pemerintah
• Pengawasan terhadap peraturan di bidang
perburuhan/ketenagakerjaan dilakukan oleh
Depnaker/Kemnakertrans (cq. Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan).
• Secara normatif pengawasan perburuhan/ ketenagakerjaan di atur
dalam UU No. 23 tahun 1948 jo. UU No. 3 tahun 1951 tentang
pengawasan perburuhan.
• Dalam UU ini pengawas perburuhan/ ketenagakarjaan yang
merupakan penyidik pegawai negeri sipil memiliki wewenang:
Pemerintah

1. Mengawasi berlakunya UU dan peraturan peraturan


perburuhan pada khususnya
2. Mengumpulkan bahan – bahan keterangan tentang soal – soal
hubungan kerja dan keadaan perburuhan dalam arti yang
seluas – luanya guna membuat UU dan peraturan perundang –
undangan
3. Menjalankan pekerjaan lainnya yang diserahkan sesuai dengan
peraturan perundang – undangan.
Pemerintah
• Pasal 182 ayat (1) UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
menentukan bahwa selain penyidik penjabat Polisi Negara Republik
Indonesia, juga kepada pegawai pengawas ketenagakerjaan dapat
diberi wewenang khusus sebagai penyidik pegawai negeri sipil sesuai
dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
• Penyidik Pegawai Negeri Sipil, berwenang:
1. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta
keterangan tentang tindak pidana di bidang ketenagakerjaan.
Pemerintah
2. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak
pidana dibidang ketenagakerjaan
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum
sehubungan dengan tidak pidana dibidang ketenagakerjaan
4. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam
perkara tindak pidana dibidang ketenagakerjaan
5. Melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak
pidana di bidang ketenagakerjaan
6. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyelidikan
tindak pidana dibidang ketenagakerjaan
7. Menghentikan penyelidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang
membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai