Anda di halaman 1dari 37

SKRINING HIPERTENSI

By: Group 2
Latar Belakang

prevalensi hipertensi
Hipertensi sering tidak secara nasional mencapai
menunjukkan gejala dan 31,7%. Dari jumlah itu,
baru disadari setelah 60% penderita hipertensi
menyebabkan gangguan berakhir pada stroke,
organ.

Hipertensi merupakan Hipertensi merupakan


penyakit yang umum gangguan sistem
dijumpai di peredaran darah yang
masyarakat, dan menyebabkan kenaikan
terkait dengan sistem tekanan darah di atas
kardiovaskuler. normal
RAPHICBULB.com 2
Latar Belakang

1. Mengembangkan dan memperkuat


kegiatan deteksi dini hipertensi
Kebijakan secara aktif (skrining).
2. Meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan deteksi dini
melalui kegiatan Posbindu PTM.
3. Meningkatkan akses penderita
terhadap pengobatan hipertensi.
hanya 7,2% penduduk
yang sudah mengetahui
Keberadaan Posbindu PTM untuk mewaspadai dan memonitor
memiliki hipertensi dan
tekanan darah dan segera ke Puskesmas/fasilitas kesehatan
hanya 0,4% kasus yang
jika tekanan darahnya tinggi.
minum obat hipertensi.
Kegiatan deteksi dini pada Posbindu PTM dilakukan melalui
RAPHICBULB.com monitoring faktor risiko secara terintegrasi, rutin dan periodik. 3
Rumusan Masalah

Metode apa saja yang dapat


digunakan untuk melakukan skrining
penyakit hipertensi dan bagaimana
langkah-langkahnya?

Bagaimana penerapan upaya skrining


penyakit hipertensi di Indonesia?

RAPHICBULB.com 4
Tujuan

A. Mengetahui macam
metode skrining dalam
pencegahan penyakit
hipertensi
B. Mengetahui langkah-
langkah skrining
penyakit hipertensi
C. Mengetahui penerapan
skrining penyakit
hipertensi di Indonesia

RAPHICBULB.com 5
Manfaat

A. Menambah informasi
mengenai metode
skrining penyakit
hipertensi
B. Menambah informasi
mengenai contoh
penerapan skrining
penyakit hipertensi di
Indonesia
C. Meningkatkan motivasi
untuk melakukan
skrining penyakit
RAPHICBULB.com hipertensi
6
Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah


≥ 140 mmHg (tekanansistolik) dan/atau ≤ 90 mmHg (tekanan diastolik) (Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure, 2003).
RAPHICBULB.com 7
Hipertensi

Tidak dapat dikontrol


riwayat keluarga, jenis
Hipertensi merupakan kelamin, dan umur
penyakit yang timbul
akibat adanya interaksi
berbagai faktor resiko
yang dimiliki
seseorang. Faktor
pemicu hipertensi Dapat dikontrol
obesitas, kurangnya aktivitas
dibedakan menjadi fisik, perilaku merokok, pola
yang tidak dapat konsumsi makanan yang
dikontrol dan dapat mengandung natrium dan
lemak jenuh.
dikontrol .
Penyebab 1
Hipertensi esensial atau
2
Hipertensi sekunder
Hipertensi hipertensi primer yang tidak
diketahui penyebabnya,
atau hipertensi renal.
Terdapat sekitar 5%
disebut juga hipertensi kasus. Penyebab
idiopatik. Terdapat sekitar spesifiknya diketahui,
95 % kasus. Banyak faktor seperti penggunaan
yang mempengaruhinya estrogen, penyakit
seperti genetik, lingkungan, ginjal, hipertensi
hiperaktivitas susunan saraf vaskular renal,
simpatis, sistem renin- hiperaldosteronisme
angiotensin, defek dalam primer, dan sindrom
ekskresi Na, peningkatan Cushing, hipertensi
Na 10 dan Ca intraselular, yang berhubungan
dan faktor-faktor yang dengan kehamilan,
meningkatkan risiko, seperti dan lain-lain.
obesitas, alkohol, merokok,
serta polisitemia
Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan darah Tekanan darah


sistolik (mmHg) diastolik (mmHg

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg


Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Hipertensi derajat I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Hipertensi derajat II > 160 mmHg >100 mmHg

Sumber: The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,


Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII)

RAPHICBULB.com 10
Definisi Skrining
Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/mencari Test skrining dapat dilakukan dengan :
penderita dengan penyakit tertentu dalam masyarakat dengan
melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang ada atau  Pertanyaan (anamnesa)
pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang
kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan  Pemeriksaan fisik
pengobatan.  Pemeriksaan laboratorium
Definisi Skrining

Definisi skrining Menurut


Commiission on Chronic Illness Menurut
(1951) merupakan identifikasi
dugaan penyakit yang tidak WHO
diketahui atau kelainan dengan the presumptive identification of
penerapan tes (uji), pemeriksaan unrecognized disease or defect by the
atau prosedur lain yang dapat application of tests, examinations, or
diterapkan secara cepat. other procedures which can be applied
rapidly. Screening tests sort out
apparently well persons who might have
a disease from those who probably don't.
A screening test is not intended to be
diagnostic. Persons with positive or
suspicious findings must be referred to
them physicians for diagnosis and
necessary treatment.“
Tujuan Skrining
Skrining bertujuan untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari
penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus yang ditemukan.
Mengetahui Deteksi dini Mencegah
diagnosis penyakit meluasnya
sedini tanpa gejala penyakit
mungkin agar pada
mempercepa population
t terapi risk

Mendidik Memberi Memperoleh


masyarakat gambaran data
melakukan kepada epidemiologi
general tenaga s, untuk
check up kesehatan peneliti dan
tentang klinisi
suatu
penyakit
Menurut Morton et al (2008), tujuan skrining adalah untuk mencegah
penyakit atau akibat penyakit dengan mengidentifikasi individu-individu
pada suatu titik dalam riwayat alamiah ketika proses penyakit dapat
diubah
Click icon melalui intervensi.
to add picture

Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder Pencegahan Tersier


ditujukan kepada orang-orang yang ditujukan kepada orang-orang ditujukan kepada orang-orang
tidak memiliki gejala atau asymptotic dalam proses awal penyakit yang mengalami komplikasi
untuk mengidentifikasi faktor resiko dini untuk memperbaiki prognosis. untuk mencegah dampak
penyakit guna menahan proses patologi lanjutan komplikasi tersebut
sebelum timbul gejala.

Designed by GraphicBulb 14
Kriteria Skrining
Menurut Carr (2014)

Kondisi/penyakit Harus ada cara


Tersedia fasilitas untuk
merupakan masalah pengobatan untuk
diagnosis dan pengobatan
kesehatan masyarakat penderita yang
yang penting ditemukan

Harus dikenal Tidak berbahaya dan Harus ada cara


simtomatik dini dan dapat diterima pemeriksaan yang cocok
masa laten. masyarakat.

Biaya skrining (termasuk


Diketahui riwayat Harus ada kebijakan
diagnosis dan pengobatan)
alamiah penyakit yang dianggap
seimbang dengan biaya
penderita
medis keseluruhan
Penemuan kasus merupakan
proses yang berlangsung terus
RAPHICBULB.com menerus 15
Macam-Macam Skrining
Bustan (2002)

Mass screening Selectif screening Single disease screening


penyaringan yang Penyaringan yang penyaringan yang hanya
dilakukan pada dilakukan terhadap ditunjukan pada suatu jenis
seluruh penduduk. kelompok penduduk penyakit.
tertentu.

Designed by GraphicBulb 16
Macam-Macam Skrining
Bustan (2002)

Multiphase screening Chase Finding Penyaringan yang ditargetkan


penyaringan untuk screening penyaringan yang dilakukan
mengetahui kemungkinan screening yang pada kelompok-kelompok
adanya beberapa penyakit dilakukan karena yang terkena paparan yang
pada individu penemuan kasus spesifik.
baru
Designed by GraphicBulb 17
Validitas
Validitas adalah kemampuan daripada
tes penyaringan untuk memisahkan
mereka yang betul-betul menderita
terhadap mereka yang betul-betul
2. Validitas
sehat atau dengan kata lain besarnya 3. Validitas
Isi Kriteria
kemungkinan untuk menempatkan
setiap individu pada keadaan yang 1. Validitas
sebenarnya. Muka 4. Validitas
Konstruk
Menurut (Murti, 1997), validitas
mempersoalkan akurasi peneliti
dalam mengamati mengukur,
mewawancarai, menginterpretasikan,
mencatat, mengolah informasi yang
diperoleh dari subjek penelitian.
Click icon to add picture

Reliabilitas Screening
Azwar (2003)

reliabilitas merupakan salah-satu ciri atau


karakter utama instrumen pengukuran yang
baik. Sudjana (2004) menyatakan bahwa
reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau
keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang
dinilainya. Reliabilitas meliputi dua aspek :

Stabilitas (stability)

Kesamaan (equivalence)

Designed by GraphicBulb
Skrining
Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi penyakit kronis


yang tidak dapat disembuhkan namun
dapat dikendalikan. Sebagian besar
penderita hipertensi tidak merasakan
suatu gejala. Kesalahan pemikiran sering
terjadi bahwa penderita hipertensi selalu
merasakan gejala penyakit, padahal
hipertensi merupakan penyakit yang
disebut dengan silent killer
Skrining
Hipertensi
Komplikasi akibat hipertensi dapat berupa Penyakit
Jantung Koroner (PJK), gagal ginjal, dan stroke
(Kemenkes RI, 2014). Upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit kardiovaskuler dapat
dilakukan dengan deteksi dini melalui kegiatan
skrining. Skrining kesehatan untuk pencegahan
penyakit dijadikan strategi perawatan kesehatan
paling penting guna memberi kesempatan seseorang
untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan lebih
dini, meningkatkan kualitas hidup, dan mencegah
kematian lebih dini (Bell et al., 2017).
Skrining
Hipertensi

Masih banyak kasus hipertensi yang belum terdeteksi


yang membutuhkan perhatian dan penanganan.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
skrining dan pencegahan terjadinya penyakit
hipertensi pada kelompok populasi yang mempunyai
faktor risiko tinggi dan memiliki akses rendah ke
pelayanan kesehatan untuk memeriksakan diri.
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader
kesehatan yang telah ada atau beberapa orang dari
masing-masing kelompok,yang bersedia
menyelenggarakan Posbindu PTM, yang dilatih secara
khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan
pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing
kelompok atau organisasinya.

Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan


minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan
berkaitan dengan Posbindu PTM.
Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya
kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat
kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat
lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu
berkumpul/beraktivitas secara rutin.

Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan


Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi
kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan
tenaga yang ada.
Langkah Pelaksanaan Skrining Kesehatan

01. Skrining Riwayat Kesehatan dilakukan


dengan cara pengisian riwayat kesehatan
setiap 1 (satu) tahun sekali bagi peserta
BPJS Kesehatan.

02. Fokus pengendalian BPJS


Kesehatan yaitu Diabetes Melitus
Tipe 2 dan Hipertensi.

03. Jika hasil Skrining Riwayat


Kesehatan mengindikasikan peserta
memiliki faktor risiko Diabetes Melitus
Tipe 2 atau Hipertensi, peserta di
edukasi untuk turut serta dalam
Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(PROLANIS) Diabetes Melitus Tipe 2
atau Hipertensi. 
RAPHICBULB.com 30
Langkah
Pengukuran
Tekanan
 Alat dan Darah
Bahan: Tensimeter digital, Manset,
Batu baterai.
 Cara Pengukuran:

A) Prosedur sebelum pengukuran

Pemasangan baterai
Balikkan alat, hingga bagian bawah menghadap ke atas.
01 Buka tutup baterai sesuai tanda panah.
Masukkan baterai, sesuai dengan arah yang benar.

Penggantian baterai
Matikan alat sebelum mengganti baterai.
Keluarkan baterai jika alat tidak akan digunakan selama lebih dari 3 (tiga) bu
02 Jika baterai dikeluarkan > 30 detik, maka tanggal/ waktu perlu disetting kem
Buang baterai yang sudah tidak terpakai pada tempat yang sesuai.
b) Prosedur pengukuran

1 Duduk bersandar dengan tenang, lengan dan siku menempel di atas meja.

2 Telapak tangan menghadap ke atas.

3 Lengan baju tidak dilipat.

4 Kaki tidak menyilang. Telapak kaki rata menyentuh lantai.

5 Letak manset sejajar dengan posisi jantung, kira-kira 2 jari di atas siku.

6 Jangan bergerak dan berbicara selama pengukuran.


b) Prosedur pengukuran

7 Masukkan ujung pipa manset pada bagian alat.

8 Perhatikan arah masuknya perekat manset.

9 Pakai manset, perhatikan arah selang.

10 Tekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat.

11 Lakukan pengukuran 2x dengan jeda 1-2 menit.

12 Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih > 10 mmHg, ulangi pengukuran
ketiga setelah istirahat selama 10 menit dengan melepaskan manset pada lengan.
b) Prosedur pengukuran
Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, peserta sebaiknya menghindari kegiatan
13 aktivitas fisik seperti olahraga, merokok, dan makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran
Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum pengukuran.

14 Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres. Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam
ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenang dan posisi duduk.

15 Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis kembali dan hasil pengukuran akan munc

Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat. Jika Anda lupa untuk mematikan alat, maka alat
16 akan mati dengan sendirinya dalam 5 menit.

17 Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil pengukuran tersebut pada buku formulir
hasil pengukuran dan pemeriksaan.
Tabel Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah
No Tekanan Darah Klasifikasi

1 ≤ 120/ ≤ 80 mm/Hg Normal

2 120-139/80-90 mm/Hg Prehipertensi

3 140-150/90-99 mm/Hg Hipertensi derajat 1

4 ≤ 160/≤ 100 mm/Hg Hipertensi derajat 2

(Sumber: JNC VII, 2003)


KESIMPULAN

7
POSBINDU
HIPERTENSI SKRINING
PTM
Hipertensi merupakan suatu Skrining adalah suatu penerapan Posbindu PTM merupakan salah
keadaan dimana tekanan darah uji/tes terhadap orang yang tidak satu kegiatan pengendalian faktor
seseorang menunjukkan gejala dengan tujuan risiko PTM yang dilakukan
adalah ≥ 140 mmHg (tekanan mengelompokkan mereka kedalam Kemenkes dengan melakukan
sistolik) dan/atau ≤ 90 mmHg kelompok yang mungkin menderita monitoring dan deteksi dini faktor
(tekanan diastolik) penyakit tertentu risiko penyakit PTM, termasuk
THANK YOU

RAPHICBULB.com 37

Anda mungkin juga menyukai