Anda di halaman 1dari 22

PEMANFAATAN KULIT POHON LANTUNG

(ARTOCARPUS ELASTICUS) SEBAGAI BAHAN


PENGUAT KOMPOSIT SERAT ALAM
BACHRIZAL
G1C014039
Penelitian peniliti Variasi Mechanical
Analisa pengaruh fraksi Erdianto eko ahaddin Variasi fraksi massa Nilai kekuatan lentur
massa terhadap kekuatan dkk (2016) serat 5%, 10%, 15% dan terbesar terdapat pada
lentur dan sifat fisik pada 100% fraksi 15%B-85%PU

LATAR BELAKANG
pembuatan komposit dengan nilai 19,142
polyyurethane/serat babu Mpa. Dan nilai densitas
betung dengan metode tertinggi pada fraksi
hand lay-up untuk massa 155%B-PU
aplikasi door mobil dengan nilai 0,101 g/cm3
Pengaruh fraksi volume Achmad nurhidayat dan Variasi fraksi serat 10%- Nilai harga impak terjadi
serat cantula terhadap wijayono (2014) 90% penaikan ketangguhan
ketangguhan impak 23,2% pada fraksi
komposit cantula HDPE volume serat 10%-40%
daur ulang sebagai bahan dan mengalami
core lantai ramah penurunan ketangguhan
lingkungan 20,48% pada fraksi
volume serat 40%-90%
Analisis kekuatan Melsiani saduk, Variasi fraksi serat 10%, Nilai kekuatan sebesar
bending dan kekuatan fransisko piri niron 15%, 20%, 25%, dan 14,30 kgf/m2 atau
impact komposit expoxy (2017) 30% 140,235095 Mpa,
diperkuat serat pelepah edangkan nilai impak
lonta sebesar 0,439 J/mm2
dengan energi serap
sebesar 1,28 J.
Pengaruh Fraksi Volume Wahyu Eka Saputra Variasi fraksi serat 5%, Spesimen hasil
Serat Terhadap (2016) 10% dan 15% pengujian impact pada
Ketangguhan tiap variasi mengalami
Impact Komposit patah total atau totaly
Berpenguat Serat Kulit cracking dengan
Batang Waru penampang patahan
(Hibiscus Tiliaceus) – beserabut yang
Resin Epoxy menandakan adanya
fiber pullout, sedangkan
untuk komposit fraksi
volume 5% memiliki
ketangguhan impact
terkecil 0,0292 J/cm2
dan ketangguhan impact
terbesar diperoleh oleh
komposit fraksi volume
serat 15% sebesar 0,1235
J/cm2.

 Uji Density
 Uji Impak
 Foto Makro
1.2 Tujuan Penelitian 1.3 Manfaat Penelitian
 Mengetahui proses pengolahan  Untuk memperluas pengunaan
kulit pohon lantung (Artocarpus serat kulit pohon lantung
elasticus) menjadi serat alami (Artocarpus elasticus) untuk
penguat komposit pengembangan material
 Membandingkan peengaruh komposit.
variasi alkalisasi serat kulit pohon  Untukmengetahui pengaruh
lantung sebagai penguat komposit perlakuan alkali terhadap
terhadap sifat ketangguhan komposit berpenguat serat
lantung.
 Menganalisa foto makro patahan
dari pengujian impak
TINJAUAN PUSTAKA

• Kulit Kayu Pohon Lantung (Artocarpus elasticus)


Keuntungan dari serat alam Kekurangan dari serat alam
• Kulit Kayu Pohon Lantung (Artocarpus elasticus)
• Lebih ramah lingkungan dan biodegradable • Kualitas bervariasi tergantung pada cuaca, jika cuaca
Artocarpus elasticus adalah salah satu jenis yang termasuk dibandingkan denga serat sintesis. cerah atau tidak
dalam family Moraceae, Terap Di indonesia memiliki bebrapa hujan, maka serat yang didapat memiliki kelembaban
nama daerah yaitu : Mengko (Aceh), Torop (batak), Bakil • Berat jenis serat alam lebih kecil. yang rendah yang
berguna dalam proses pembuatan komposit. Serat
(Melayu), Tarok (Minangkabau), Lantung (Bengkulu), • Memiliki rasio berat modulus lebih baik dari yang lembab
Benda/Teureup (Sunda), Terap (Kalimantan), Taeng E-glass. menyebabkan matrik mengembang dan timbul void.
(Makassar). Getah terap dapat digunakan sebagai palut untuk • Komposit serat alam memiliki daya redam • Temperature prosesnya terbatas. Hal ini disebabkan
menangkap burung,buahnya sebagai obat disentri dan akustik yang lebih tinggi dibandingkan karena sifat serat alam
daunnya jika dicampur dengan nasi digunakan sebagai obat komposit serat E-glass dan serat karbon. adalah mudah terbakar sehingga jika temperatur
batuk. Biji tanaman ini dapat dimakan setelah digoreng dan prosesnya terlalu tinggi
dibuat minyak goreng serta dapat digunakan sebagai minyak • Serat alam lebih ekonomis dari serat glass maka serat akan terbakar.
rambut wanita. Kulit batangnnya berserat panjang, mudah dan serat karbon. • Kemampuan rekatnya rendah. Hal ini dikarenakan
kandungan lignin dan
mengelupas dan banyak digunakan untuk pembuatan tali, • Merupakan raw material terbaharui dan minyak. Pertemuan antara serat dan matrik dibatasi
dinding rumah, bahan kertas, dan bahan pakaian. ketersediaannya berlimpah didaerah oleh lignin atau
tertentu. minyak yang mana mengurangi kekuatan rekat serat
dengan matrik.
• Combustibility, artinya serat alam dapat
dapat dibakar jika jika tidak • Dimensinya bervariasi antara serat yang satu dengan
yang lain walau satu
digunakan lagi, dan energi pembakarannya jenis serat. Hal ini dikarenakan sifat serat alam
dapat dimanfaatkan. higroskopik, dimana antara
• Aman bagi kesehatan karena merupakan serat yang satu dengan yang lain memiliki kadar
penyerapan air yang
bahan alam yang bebas dari berbeda-beda. Jika daya serapnya tinggi, maka
bahan kimia sintetis, selain itu bila dibakar dimensi serat menjadi lebih
tidak menimbulkan racun. besar dibandingkan serat yang daya serapnya rendah

Skema Alur Pengolahan Kulit Lantung


Proses Alkali Uji Density Uji impak

Perlakuan alkalisasi (NaOH) merupakan Pengujian densitas merupakan • 


Pengujian impak adalah suatu pengujian yang
digunakan untuk menentukan sifat suatu
material yang mendapatkan beban dinamis,
salah satu cara yang dilakukan pada pengujian sifat fisis terhadap sehingga dari pengujian ini dapat diketahui
spesimen, yang bertujuan untuk sifat ketangguhan suatu material. Persamaan
serat terlebih khusus serat alam mengetahui nilai kerapatan massa yang digunakan
sebelum digunakan sebagai penguat dari spesimen yang diuji. Rapat = G x R (Cos ß - Cos ɑ )
untuk material komposit dengan fungsi massa (mass density) suatu zat
agar serat terhindar dari zat-zat adalah massa zat per satuan Dimana :
pengotor yang tidak perlu. Fungsi volume. E serap = Energi yang terserap (J)
alkalisasi pada serat adalah memutus
G = Berat beban/pendulum (N)
ikatan kimia lignin dengan cellose,
lignin merupakan kandungan kimia dimana : R = Jari-jari putar ke titik berat pendulum
(m)
yang menyerupai lilin dan dapat
ρ = densitas benda (gram/cm3) cos ß = Sudut posisi akhir pendulum
menggangu ikatan serat dengan matrik
pada material komposit, oleh itu m = massa benda (gram) cos ɑ = sudut posisi awal pendulum
digunakan NaOH sebagai pemutus
v = volume benda (cm3) HI =
ikatan tersebut
Dimana:
HI = harga impak (J/mm2 )
= Energi yang terserap (J)
A = Luas penampang ( mm2
METODOLOGI PENELITIAN

Diagram Alir Penelitian Skematik Pembuatan Spesimen


Alat

Bahan
Dimensi Spesimen

1. Dimensi spesimen uji impak komposit

mengacu pada ASTM D5942-96

Simbol Keterangan mm

L Span 60 ± 8,5
LO Panjang total 75 ± 2
b Lebar 10 ± 0,2
d Tebal Actual size
1. Pengambilan kulit pohon lantung yang diambil dari Desa
Manau XI Padang Guci Bengkulu Selatan
2. Mengambil data awal uji density serat lantung terlebih
Metodologi dahulu
penelitian 3. Merendam serat lantung dengan NaOH dan campuran
aquades
4. Melakukan pengujian impak, dan foto makro
Proses Pengujian Density
1.Mempersiapkan serat lantung dengan ukuran panjang 55 mm, dan
lebar 10 mm
2.Kemudian ukur tebal serat lantung dengan menggunakan jangka
sorong
3.Lakukan pengukuran ketebalan serat dengan sisi atas, sisi tengah dan
sisi bawah
4.Kemudian lakukan proses penimbangan serat menggunakan timbangan
digital dengan ketelitian 0,001 gram
5.Lakukan penghitungan dengan menggunakan persamaan 2.2
Proses Alkali
1. Dilakukan penimbangan awal berat spesimen menggunakan timbangan
digital dengan ketelitian 0,001 gram dan pengukuran dimensi
spesimen.
2. Melakukan pengujian density serat lantung untuk mengambil data
awal sebelum dilakukan perendaman.
3. Dilakukan perendaman dengan variasi komposisi campuran NaOH dan
aquades 5% dan 10% dengan waktu perendaman tiap jenis alkalisasi
adalah 1 jam dan 2 jam.
Pembuatan Spesimen
1. Mempersiapkan serat lantung 5% dari volume cetakan.
2. Membersihkan cetakan dari debu dan kotoran kemudian di lapisi dengan margarin agar benda uji tidak
merekat pada cetakan.
3. Campurkan kedalam gelas ukur resin dan katalis dengan perbandingan katalis dan resin yaitu 1:100
4. Campuran resin dan katalis dituang kedalam cetakan, kemudian diratakan menggunakan kuas,
selanjutnya serat diletakan pada campuran resin dan katalis yang dituang merata pada cetakan.
5. Serat kemudian ditekan menggunakan spatula agar campuran resin dan katalis masuk melalui celah-
celah serat dan udara yang tersimpan diantara serat dan resin dapat keluar. Untuk susunan serat
lantung yaitu secara continous.
6. Kemudian langkah 4 dan 5 diulangi hingga mencapai presentasi serat yang dibutuhkan.
7. Setelah mengeras komposit dikeluarkan dari cetakan dan dipotong sesuai standar.
Prosedur Pengujian Impak
1.Siapkan material uji (spesimen) yang akan dilakukan pengujian.
2.Atur ulang sudut pendulum alat uji impak dengan cara mengayunkan
pendulum dengan sudut ɑ dan ẞ hasilnya harus sama kemudian set
indicator pada alat uji impak dan pastikan jarum pada angka 0.
3.Letakkan material uji pada dudukan alat uji.
4.Naikkan pendulum pada alat uji impak dan kunci lengan pendulum.
5.Lepaskan pengunci pendulum hingga berayun dan menabrak spesimen.
6.Kemudian tunggu hingga pendulum berhenti dengan cara injak tuas
rem, lalu ambil data yang terdapat pada skala penunjuk hasil penguji
Hasil Pengujian

Skematik pengolahan kulit pohon lantung


Tabel pengujian densitas
Tabel pengujian impak
GRAFIK HARGA IMPAK
Foto makro patahan komposit

Komposit tanpa alkaliasi 100% aqudes perendaman 1 jam 100% aqudes perendaman 2 jam

5% NaOH perendaman selama 1 jam 5% NaOH perendaman selama 2 jam 10% NaOH perendaman selama 1 jam 10% NaOH perendaman selama 2 jam
Rata-rata EI Rata-rata HI Angka Pengamatan Jml Angka
No Jenis Spesimen
(J) (kJ/m2) Fotomakro Pengamatan
1 5
2 5
5% Serat, Tanpa
3 1.007 20.133 5 25
Perlakuan
4 5
5 5
6 4
7 5% Serat, 100 % 2
Aquades,
8 2.399 47.983 2 12
Perendaman 1
9 jam 2
10 2
11 2
12 5% Serat,100 % 2
Aquades,
13 1.527 30.531 2 10
Perendaman 2
14 jam 2
15 2
Data pengamatan 16
5% Serat, 5%
4
17 2
foto makro 18
NaOH,
Perendaman 1
1.087 21.733 2 12
19 jam 2
20 2 Keterangan:
21 5
22 5% Serat, 5 % 4 Angka Pengamatan :
NaOH,
23
24
Perendaman 2
1.447 28.950 2
4
17
1 = Tidak Putus,
jam
25 2 2 = Putus Ringan,
26 2
27 5% Serat, 10 % 2
3 = Putus Sedang,
NaOH,
28
Perendaman 1
1.207 24.143 2 10 4 = Putus Berat,
29 jam 2
30 2 5 = Putus.
31 4
32 5% Serat, 10 % 5
NaOH,
33 1.408 28.152 5 20
Perendaman 2
34 jam 4
35 2
Grafik perbandingan hasil penjumlahan angka pengamatan foto makro spesimen uji impak
KESIMPULAN

1. Proses pengolahan kulit lantung adalah diawali dengan penebengan pohon yang telah berusia usia 1-2 tahun,
dimana usia tersebut sudah bisa diambil kulit lantungnya. Selanjutnya dilakuka pemotongan dan pemipihan
kulit kayu lantung dengan tujuan untuk mempermudah mengelupas kulit pohon lantung. kemudian
pengelupasan kulit pohon hingga menjadi bentuk lembaran, setelah berbentuk lembaran kulit pohon lantung
dicuci dengan air untuk menghilangkan getah. setelah itu proses pengeringan dilakukan agar mengurangi
kadar air yang ada pada serat lantung. setelah kering kemudian disisir sampai berbentuk benang, kemudian
serat yang telah berbentuk benang dicetak menjadi spesimen.
2. Untuk hasil pengujian impak yang terkecil tanpa perlakuan didapat harga impak 20,133 kJ/m 2 dan yang
terbesar 100% aquades perendaman selama 1 jam didapat harga impak 47,983 kJ/m 2.
3. Dari hasil foto makro dapat disimpulkan bahwa tanpa perlakuan mengalami serat terputus dan 100% aquades
perendaman selama 1 jam mengalami beberapa serat lantung yang tidak putus.

1. Untuk penelitian selanjutnya lakukan pengujian geser dan pengujian daya serap serat.
2. Studi morfologi karakteristik kulit pohon lantung
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai