Anda di halaman 1dari 132

SOSIOLOGI POLITIK

OLEH
RAHMAT GUNAWAN, S.IP.,SE.,M.Si.,MM.

UNIVERISTAS PRIMAGRAHA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
SERANG
2021
MATERI
NO. PEMBAHASAN PERKULIAHAN
1 KONSEP SOSIOLOGI POLITIK
2 BUDAYA POLITIK INDONESIA
3 MEMAHAMI SIKAP DAN PERILAKU POLITIK
4 INDONESIA SEBAGAI MASYARAKAT POLITIK YANG MAJEMUK
5 MEDIA MASSA DALAM NEGARA DEMOKRASI
6 MEMAHAMI GERAKAN SOSIAL
UJIAN TENGAH SEMESTER
7 MEMAHAMI DEMOKRASI
8 KEPARTAIAN DAN DINAMIKA POLITIK INDONESIA
9 KOMUNIKASI POLITIK
10 SOSIALISASI POLITIK
11 PARTISIPASI POLITIK
12 REKRUTMEN POLITIK
UJIAN AKHIR SEMESTER
1. Sosiologi politik adalah “ sosiologi dan politik”
2. Sosiologi menurut Agus Comte adalah merupakan
cabang ilmu mengenai masyarakat, struktur sosial,
pranata sosial, perilaku masyarakat dan proses
BAB I interaksi, interaksi dan konflik dalam masyarakat.
sedangkan ilmu politik adalah ilmu mengenai negara
• KONSEP SOSIOLOGI POLITIK dan kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijaksanaan, pembagian dan alokasi.
3.Sosiolog modern memahami sosiologI sebagai ilmu
pengetahuan yang membahas kelompok-kelompok
sosial (Johnson, 1961:2), interaksi-interaksi manusia
dan interelasinya (ginsburg,1934:7) • Jadi kajian
sosiologi memberikan pusat perhatian pada tingkah
laku individual dan kolektifnya secara terpisah dari
masyarakat
DEFINISI SOSIOLOGI
1. Sosiologi secara etinologi berasal dari bahasa latin : socius dan logos. Socius artinya
masyarakat dan Logos artinya ilmu. Jadi Sosiologi adalah Ilmu tentang masyarakat.
2. Soerjono Soekanto : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses
sosial termasuk perubahan-perubahan sosial dan masalah sosial.
3. Roucek dan Waren : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam kelompok-kelompok.
4. Pitirien Sorokin : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh
timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi
dan agama, antara keluarga dan moral, antara hukum dan ekonomi, gerakan masyarakat
dan politik lainnya.
5. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff : Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan
hasil dari interaksi sosial yaitu organisasi sosial.
6. Emile Durkheim : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yaitu fakta-fakta yang berisikan cara
bertindak, berfikir, dan merasakan yang mengendalikan individu tersebut. (ex: hukum, moral, kepercayaan, adat
istiadat dan cara berpakaian.
7. Max W eber : Sosiologi adalah ilmu yang mencoba memahami tindakan sosial dengan tujuan mendapatkan
penjelasan tentang sebab dan akibat dari tindakan sosial.
8. Stephen K. Sanderson : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat dan sebab-sebab dari berbagai pola pikiran
dan tindakan manusia yang teratur dan berulang-ulang (ajeg)
9. Selo Sumardjan dan Soelaeman : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial.
10. KESIMPULAN : Sosiologi adalah ilmu yang memahami dan mempelajari seluruh segi kehidupan masyarakat
yaitu, masalah struktur sosial, proses sosial dan perubahan sosial dalam masyarakat .
.
DEFINISI POLITIK
1. Secara Etimologi Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu Polis yang berarti negara kota. Orang yang
mendiami Polis disebut Polites yang berarti warga negara. Politikos berati kewarganegaraan. Sehingga
muncul:Politike techne : Kemahiran Politik. Ars Politica : kemahiran tentang soal kenegaraan. Politike
Episteme : ilmu politik.
2. Mirriam Budiardjo : Politik adalah berbagai macam kegiatan yang terjadi di suatu negara, yang
menyangkut proses menentukan tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan itu.
3. Roger F. Soltou : Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari tentang negara, tujuan-tujuan negara dan
lembaga-lembaga negara yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara negara dengan
warga negara, hubungan antara negara dengan negara lain.
4. J. Barents : Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara , dimana kehidupan negara
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
5. Harold D. Lasswel dan A. Kaaplan : Ilmu Politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.
6. W.A. Robson : Ilmu Politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat yaitu mengenai hakikat, dasar,
proses-proses, ruang lingkup, dan hasil-hasilnya.
7. Deliar Noer : Ilmu politik memusatkan perhatiannya pada masalah kekuasaan dalam kehidupan
bersama atau masyarakat.
8. Ossip K. Flechtheim : Ilmu politik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan negara
sejauh negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan
yang tidak resmi, yang dapat mempengaruhi negara
9. Ramlan Surbakti : Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang
tinggal dalam suatu wilyah tertentu.
SOSIOLOGI POLITIK SEBAGAI STUDI TENTANG NEGARA
Makna negara : pertama, negara bangsa (nation-state), yang mengacu pada
masyarakat. Kedua , negara pemerintah (government-state), yang mengacu pada
penguasa dan pemimpin dari masyarakat nasional tersebut

SOSIOLOGI POLITIK SEBAGAI STUDI TENTANG KEKUASAAN


Menurut Leon Daguit : Muncul perbedaan antara pemerintah dan yang diperintah.
Why Does Sociology Matter? 
 Mengapa ilmu sosiologi penting dalam kaitan dengan proses
PENCAPAIAN, PENGGUNAAN DAN MEMPERTAHANKAN
KEKUASAAN?
 Hal itu karena KEKUAASAAN ADALAH KEKUATAN UNTUK
MEMPENGARUHI MAUPUN MEMAKSA SESEORANG YANG
BERKAITAN DENGAN ORANG ORANG ATAU SEKELOMPOK
ORANG.
 Lembaga NEGARA, KEKUASAAN DAN DINAMIKA SOSIAL pasti
memiliki konteks sosiologis, karena mereka selalu berada dalam lingkungan
sosial. Demikian juga dalam hal PENGGUNAAAN KEKUASAAN.
POSISI KEKUASAAN DAN NEGARA DALAM KACAMATA
SOSIOLOGIS

 Selama ini orang sering melihat bahwa NEGARA adalah INSTITUSI


yang dekat dengan kekuasaan yang melekat.
 Padahal Secara Sosiologis dapat dipahami dengan mencari asal muasal
kekuasaan yang berjalan dalam koridor konteks sosial.
 POWER DOESN’T TAKE PLACE IN A VACUUM (KEKUASAAN
TIDAK TERJADI DALAM KEKOSONGAN)
 PENGGUNAAN KEKUASAAN ITU itu selalu konteks dengan
lingkungannya Baik lingkungan sosial, lingkungan politik dan
lingkungan alamiah.
“Sosiologi politik” menurut para ahli..
1. Sosiologi politik (SOSPOL) memiliki dua pengertian yaitu ilmu tentang
negara dan ilmu tentang kekuasaan (Duverger 1989)
2. Konsep lain yang lebih modern memandang SOSPOL sebagai ilmu
tentang kekuasaan, pemerintahan, otoritas, komando didalam semua
masyarakat manusia (Leon Duguits)
3. SOSPOL merupakan bidang subjek yang mempelajari mata rantai politik
dan masyarakat, antara struktur-struktur sosial dan struktur politik, dan
antara tingkah laku sosial dan tingkah laku politik (Rush dan Althoff)
4. Sospol merupakan jembatan teoritis dan jembatan metodologis antara
sosiologi dan politik “Hybrid interdicipliner”
Lanjutan... 

Dari penjelasan di atas maka SOSPOL bermakna


sebagai ilmu tentang kekuasaan dalam masyarakat.
Namun.....KEKUASAAN DALAM
MASYARAKAT YG BAGAIMANA YG
MENJADI CAKUPAN SOSPOL...?
SOSPOL sbg “Hybrid interdicipliner”
(Jembatan teoritis dan metodologis)

• 4 mata rantai konsep SOSPOL yang bersifat interdependent


(saling ketergantungan) :

1.SOSIALISASI POLITIK
2.PARTISIPASI POLITIK
3.PENERIMAAN POLITIK (REKRUTMEN POLITIK)
4.KOMUNIKASI POLITIK
Pendekatan SOSPOL

Beberapa pendekatan dalam mempelajari


SOSPOL :

• Pendekatan institusionalisme
• Pendekatan behavioralisme
• Pendekatan sistem
Pendekatan Institusional
Pendekatan filsafat politik menekankan pada ide-ide dasar seputar dari mana
kekuasaan berasal, bagaimana kekuasaan dijalankan, serta untuk apa kekuasaan
diselenggarakan. Pendekatan institusional menekankan pada penciptaan lembaga-
lembaga untuk mengaplikasikan ide-ide ke alam kenyataan.

Pendekatan behavioralisme
Jika pendekatan Institusionalisme meneliti lembaga-lembaga negara (abstrak), pendekatan behavioralisme
khusus membahas tingkah laku politik individu. Behavioralisme menganggap individu manusia sebagai
unit dasar politik (bukan lembaga, seperti pendekatan Institusionalisme). Mengapa satu individu
berperilaku politik tertentu serta apa yang mendorong mereka, merupakan pertanyaan dasar dari
behavioralisme.

Misalnya, behavioralisme meneliti motivasi apa yang membuat satu individu ikut dalam demonstrasi,
apakan individu tertentu bertoleransi terhadap pandangan politik berbeda, atau mengapa si A atau si B
ikut dalam partai X bukan partai Y?
Pendekatan Struktural/Sistemik

Penekanan utama pendekatan ini adalah pada anggapan bahwa fungsi-fungsi yang ada di sebuah negara
ditentukan oleh struktur-struktur yang ada di tengah masyarakat, bukan oleh mereka yang duduk di posisi
lembaga-lembaga politik. Misalnya, pada zaman kekuasaan Mataram (Islam), memang jabatan raja dan
bawahan dipegang oleh pribumi (Jawa). Namun, struktur masyarakat saat itu tersusun secara piramidal yaitu
Belanda dan Eropa di posisi tertinggi, kaum asing lain (Cina, Arab, India) di posisi tengah, sementara bangsa
pribumi di posisi bawah. Dengan demikian, meskipun kerajaan secara formal diduduki pribumi, tetapi
kekuasaan dipegang oleh struktur teratas, yaitu Belanda (Eropa).

Contoh lain dari strukturalisme adalah kerajaan Inggris. Dalam analisa Marx, kekuasaan yang sesungguhnya
di Inggris bukan dipegang oleh ratu atau kaum bangsawasan, melainkan kaum kapitalis yang 'mendadak'
kaya akibat revolusi industri. Kelas kapitalis inilah (yang menguasai perekonomian negara) sebagai struktur
masyarakat yang benar-benar menguasai negara. Negara, bagi Marx, hanya alat dari struktur kelas ini.
BAB II
BUDAYA POLITIK INDONESIA
.
KONSEP BUDAYA POLITIK 
1. Budaya politik adalah orientasi kognitif, afektif dan evaluatif terhadap sistem politik
( Almond dan Verba, 1984:16 ). G. Bingham Powell, Jr.:
Budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi
seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-
bagian tertentu dari populasi
2. Sidney Verba: Budaya politik adalah suatu sistem kepercayaan empirik, simbol-simbol
ekspresif dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan.
3. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh
masyarakat. Namun, setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti
antara masyarakat umum dengan para elitenya. Seperti juga di Indonesia, menurut
Benedict R. O'G Anderson, kebudayaan Indonesia cenderung membagi secara tajam antara
kelompok elite dengan kelompok massa.
Konsep budaya politik (lanjutan)
 Rusadi Sumintapura: Budaya politik tidak lain adalah pola
tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik
yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.
 Alan R. Ball: Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari
sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang
berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik
 Austin Ranney: Budaya politik adalah seperangkat pandangan-
pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara
bersama-sama; sebuah pola orientasi-orientasi terhadap objek-objek
politik.
Konsep budaya politik (lanjutan)
1.Komponen-komponen Budaya Politik (Almond dan Verba,1984:16) :
 • Orientasi kognitif : yaitu berupa pengetahuan tentang dan kepercayaan pada
politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya.
 • Orientasi afektif : yaitu perasaan/perilaku terhadap sistem politik, peranannya,
para aktor dan penampilannya.
 • Orientasi evaluatif : yaitu keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik
yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan
perasaan.
2. Almond dan Verba (1984) menggolongkan tipe budaya politik menjadi:
 • budaya politik partisipan;
 • budaya politik subjek;
 • budaya politik parokial.
KONSEP BUDAYA POLITIK (LANJUTAN)
TIPE BUDAYA POLITIK TERSEBUT TERBENTUK OLEH ORIENTASI POLITIK :
ORIENTASI POLITIK BUDAYA POLITIK BUDAYA POLITIK BUDAYA POLITIK
PAROKIAL SUBJEKTIF PARTISIPAN
KOGNITIF XXX
AFEKTIF XXX
EVALUATIF XXX

KET : XXX : DOMINAN

Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah.

Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju
baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif.

Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi.
Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik.
Konsep budaya politik (lanjutan)
• Almond dan Verba (1984) menyatakan bahwa
kebudayaan politik suatu bangsa dalam kenyataannya
merupakan budaya politik campuran. Maksudnya tidak
akan ditemukan dalam kenyataan empirik bahwa suatu
bangsa hanya memiliki satu jenis kebudayaan politik saja.
Budaya politik campuran yang bersifat proporsional
merupakan budaya demokratis yang dikenal sebagai
budaya kewarganegaraan (civic culture).
Tipe-tipe budaya politik berdasarkan :

Sikap yang ditunjukan Orientasi politik


 Budaya Politik Militan  Budaya Parokhial
 Budaya Politik Toleran  Budaya Politik Kaula
(Mental Absolut dan  Budaya Politik Partisipan
Akomodatif)
Budaya Politik Militan

Budaya politik dimana perbedaan tidak dipandang sebagai


usaha mencari alternatif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai
usaha jahat dan menantang. Bila terjadi kritis, maka yang dicari
adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh peraturan
yang salah, dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan
membakar emosi.
Budaya politik toleran
• Budaya Politik Toleransi : Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang harus
dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka pintu untuk bekerja sama. Sikap
netral atau kritis terhadap ide orang Jika pernyataan umum dari pimpinan masyarakat bernada sangat militan,
maka hal itu dapat menciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik. Kesemuanya itu menutup jalan bagi
pertumbuhan kerja sama. Pernyataan dengan jiwa toleransi hampir selalu mengundang kerja sama.
Berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan. Budaya Politik terbagi atas :
1. • Absolut : Budaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan
kepercayaan yang dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah
intensifikasi dari kepercayaan, bukan kebaikan. Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian pada apa
yang selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang hal-hal yang baru atau yang berlainan
(bertentangan). Budaya politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis
terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi.
2. • Akomodatif : Struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan sedia menerima apa saja
yang dianggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia
menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini dan tidak curiga terhadap orang
Budaya politik ; orientasi politiknya

1. Budaya politik parokial (parochial political culture), yaitu tingkat


partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif
(misalnya tingkat pendidikan relatif rendah).
2.Budaya politik kaula (subyek political culture), yaitu masyarakat
bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi
masih bersifat pasif.
3. Budaya politik partisipan (participant political culture), yaitu budaya
politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi.
Bagaimana budaya politik di Indonesia ?
1. Kuntowijoyo (199:62-64) menyatakan ada 2 pusaka budaya politik bangsa yaitu budaya afirmatif
( pengukuh kekuasaan ) yang feodalistik yang merupakan tradisi politik BU ( Budi Utomo ) dan
budaya politik critical ( pemawas terhadap kekuasaan ) yang demokratis sebagai tradisi politik SI
( Serikat Islam )".
2. Nurcholis Madjid dalam hal ini menggolongkan budaya pedalaman yang feodalistik dan budaya
pesisir yang demokratis" ( Harian Republika, edisi 3 September 1996 ).
3. Pendapat lain menyatakan bahwa Indonesia tidak memiliki akar budaya politik demokratis.
Karena akar budaya politik Indonesia adalah feodalistik (pengaruh kultur Jawa); kapitalistik –
birokratik (pengaruh kolonial Belanda) dan militeristik (pengaruh fasisme Jepang). Indonesia yang
menganut sistem politik demokrasi, sudah barang tentu yang hendak disosialisasikan adalah budaya
politik kewarganegaraan (civic culture) atau budaya politik demokrasi.
lanjutan
Seperti dinyatakan Alexis de Tocqueville “ Democracy in America is successful
because of a participatory culture and a belief in equality”. Lipset, dalam hal ini
membandingkan budaya Kanada dengan AS. Canadian culture is more statist,
deferential to leaders, collectivist and conservative. US is more independent,
distrusful of government, individualistic, liberal and progressive.
( Seperti yang dinyatakan Alexis de Tocqueville “Demokrasi di Amerika berhasil
karena budaya partisipatif dan keyakinan akan kesetaraan”. Lipset, dalam hal ini
membandingkan budaya Kanada dengan AS. Budaya Kanada lebih statis,
menghormati pemimpin, kolektivis dan konservatif. AS lebih mandiri, tidak percaya
pada pemerintah, individualistis, liberal dan progresif.)
BAB III
MEMAHAMI SIKAP DAN PERILAKU
POLITIK
Perilaku politik adalah suatu kegiatan ataupun aktivitas yang
berkenaan ataupun berhubungan langsung dengan proses politik, baik itu
dalam pembuatan keputusan politik sampai kepada pelaksanaan aktivitas
politik.
Ada berbagai macam bentuk dan tingkat partisipasi politik seiring
dengan berbagai faktor. Hal itu sesuai dengan jawaban pertanyaan
berikut:
1. Apakah saya akan aktif berpolitik atau tidak?
2. Kemana orientasi aktivitas saya arahkan?
3. Apa tingkat keikutsertaan saya dalam aktifitas politik itu: temporal,
terus menerus, moderat, ataukah revolusioner?
Jawaban atas pertanyaan ini ditentukan oleh beberapa faktor yang
berpengaruh dalam proses partisipasi politik, yaitu:
a) Keyakinan agama yang diimani oleh individu. Sebagai contoh Islam
mendorong pemeluknya untuk memerintahkan amal ma’ruf nahi mungkar
yang artinya berlomba lomba dalam kebajikan dan mencegah pada
kemungkaran, mengkritik dan mengawasi penguasa dan seterusnya. Ini
merupakan dorongan internal dalam partisipasi politik.
b) Jenis kultur politik, atau bentuk nilai dan keyakinan tergantung kegiatan
politik yang mempengaruhinya. Terkadang, kultur politik mendorong
seseorang untuk berpartisipasi secara aktif, tetapi terkadang justru
menjadikan seseorang buta politik, seperti kultur yang banyak
digambarkan oleh alegori rakyat di desa-desa yang ada di mesir. Misalnya
ungkapan: “yang penting bisa makan, sambil menunggu ajal.”
c) Karakter lingkungan politik. Dalam masyarakat yang menghormati
supremasi hukum dan kebebasan politik, sistem politiknya
bersifat multipartai, mengakui hak kritik dan partisipasi rakyat,
dan banyak memberi kesempatan kepada anggota
masyarakatnya untuk melakukan partisipasi dalam kehidupann
bernegara.
Demikian pula, keberadaan partai-partai dengan segala
ragamnya, juga berarti jaminan atas adanya oposisi yang
institusional yang dengannya mereka melakukan partisipasi
politik dan ikut mengambil keputusan.
Artinya, ideologi dan sistem politik masyarakat memberikan
pengaruh besar kepada partisipasi warganya.
d) Faktor Personal
1) Tingkat partisipasi warga dalam aktifitas politik tergantung, terutama, kepada
tingkat perhatiannya. Maksudnya, tergantung kepada motivasi yang dimilikinya
dalam berpartisipasi politik.
Dorongan-dorongan positif yang mengantarkan seseorang kepada aktivitas
politik dapat terwujud melalui: media-media komunikasi politik, seperti
membaca koran dan diskusi-diskusi informal.
Propaganda politik dan berbagai upaya untuk mengubah orientasi, terkadang
mendorong masyarakat untuk ikut tenggelam dalam partisipasi tersebut
2) Partisipasi politik juga tergantung kepada tingkat kemampuan dan kecakapan
yang dimiliki individu. Misalnya untuk memikul tanggung jawab, mengambil
keputusan, kemampuann untuk memilih dan berkesadaran politik yang kritis,
juga berorientasi kepada pelayanan lingkungan dan minat untuk memecahkan
problematikanya.
3) Keyakinan individu akan kemampuannya dalam mempengaruhi keputusan-
keputusan pemerintah merupakan dorongan psikologi untuk
berpartisipasi.
Di dalam pelaksanaan pemilihan umum suatu negara, baik itu pemilu
tingkat daerah maupun tingkat pusat perilaku politik itu berupa perilaku
pemilih dalam menentukan sikap dan pilihan mereka dalam melaksanakan
pemilihan umum atau pemilukada. Perilaku pemilih tersebut pasti didasari
oleh bagaimana individu tersebut atau pemilih itu.
Pemilih diartikan sebagai pihak atau individu yang menjadi tujuan utama
para kontestan untuk mempengaruhi mereka dan meyakinkan mereka
agar mendukung dan memilih kontestan politik yang bersangkutan.
Pemilih dalam hal ini merupakan konstituen maupun masyarakat pada
umumnya.
Perilaku politik dapat diketahui dengan tiga pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Sosiologis.
Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan
pengelompokan sosial mempunyai pengaruh-pengaruh yang cukup
signifikan dalam menentukan perilaku politik seseorang. Karakteristik sosial
seperti pekerjaan, pendidikan sampai karakteristik sosiologis seperti agama,
wilayah, jenis kelamin, umur dan sebagainya merupakan bagian-bagian dan
faktor-faktor penting dalam menentukan pilihan politik. Singkat kata
pengelompokan sosial seperti umur, jenis kelamin, agama dan semacamnya
dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk
pengelompokan seseorang. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat vital
dalam memahami perilaku politik seseorang.
b. Pendekatan Psikologis.
Pendekatan ini menggunakan konsep psikologi terutama konsep
sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku politik.
Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungan dengan perilaku politik
kalau ada proses sosialisasinya. Oleh karena itu menurut
pendekatan ini sosialisasilah sebenarnya yang menetukan perilaku
politik seseorang. Oleh karena itu pilihan seseorang anak yang telah
melalui tahap sosialisasi politik tidak jarang sama dengan pilihan
politik orang tuanya. Pendekatan psikologis menekankan pada tiga
aspek psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada
suatu partai politik, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi kepada
kandidat.
c. Pendekatan Rasional.
Dalam konteks pendekatan rasional, pemilih akan memilih jika ia
merasa ada timbal balik yang akan diterimanya. Ketika pemilih
merasa tidak mendapatkan faedah dengan memilih pemimpin yang
sedang bertanding, ia tidak akan mengikuti dan melakukan pilihan
pada proses Pemilu. Hal ini juga sejalan dengan prinsip ekonomi
dan hitung ekonomi. Pendekatan ini juga mengandaikan bahwa
calon pemimpin melakukan berbagai promosi dan kampanye yang
bertujuan untuk menarik simpati dan keinginian masyarakat untuk
memilih dirinya pada pemilu.
Dalam dunia pesantren, perilaku memilih partai politik bagi kiai pesantren akan memiliki keterkaitan
dengan 4 faktor yaitu kekuasaan, kepentingan, kebijaksanaan dan budaya politik.
Pertama, faktor kekuasaan meliputi cara untuk mencapai hal yang diinginkan melalui sumber-sumber
kelompok yang ada di masyarakat. Kekuasaan ini menurut Andraini merupakan dorongan manusia
dalam berperilaku politik termasuk perilaku memilih yang tidak dapat diabaikan.
Kedua, faktor kepentingan merupakan tujuan yang dikejar oleh pelaku-pelaku atau kelompok politik.
Dalam hal ini, Laswell menyatakan bahwa pada dasarnya dalam mengejar kepentingan tersebut
manusia membutuhkan nilai-nilai: kekuasaan, pendidikan, kekayaan, kesehatan, ketrampilan,
kasih sayang, keadilan dan kejujuran.
Ketiga, faktor kebijakan sebagai hasil dari interaksi antara kekuasaan dan kepentingan yang biasanya
berbentuk perundang-undangan, kebijakan akan memiliki implikasi penting dalam perilaku politik
terutama yang dilakukan oleh elit masyarakat.
Keempat, budaya politik yaitu orientasi subyektif individu terhadap sistem politik. Kebudayaan politik
sebagai orientasi nilai dan keyakinan politik yang melekat dalam diri individu dapat dianalisis
dalam beberapa orientasi yaitu orientasi kognitif, afektif dan orientasi evaluasi yang mendasari
perilaku politik.
BAB IV
INDONESIA SEBAGAI MASYARAKAT POLITIK
YANG MAJEMUK

.
Indonesia merupakan sebuah kesatuan dari beragam suku bangsa yang
juga memiliki perbedaan dalam bahasa, etnik, kepercayaan dan ideologi.
Perbedaan tersebut dapat mendorong untuk terjadinya konflik, namun
sebaliknya juga dapat menjadikan persatuan dengan terwujudnya sikap
saling tolerir antar warga Indonesia. Akan tetapi, untuk mewujudkan
persatuan dengan dasar perbedaan yang ada itu, Indonesia membutuhkan
nilai-nilai yang dapat mengikatkan masyarakatnya menjadi satu kesatuan
(majemuk).
bahwa untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia amatlah susah
namun bersifat penting dan harus dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat. konflik-konflik antar suku yang terjadi di beberapa daerah
merupakan akibat dari kurangnya nilai-nilai yang diterapkan oleh
masyarakat.
Oleh karena itu penting bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki nilai-
nilai yang mengikat agar kesatuan bangsa tetap terjaga. Dan nilai-nilai
yang mengikat tersebut menurutnya tercermin dalam empat pilar
kebangsaan sebagai dasar bernegara. Empat pilar tersebut antara lain :
1. Pancasila sebagai dasar dan Ideologi Negara,
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun
1945 sebagai konstitusi Negara serta ketetapan MPR dan
3. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk Negara,
4. dan pilar keempat yakni Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan
negara.
 
bahwa adanya empat pilar kebangsaan tersebut adalah untuk mewujudkan cita-cita
reformasi dan pelaksanaan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
secara konsekuen serta untuk mengakhiri berbagai persoalan yang terjadi saat ini.
“Dengan banyaknya persoalan yang terjadi saat ini, untuk menanganinya jelas
memerlukan kesadaran dan komitmen seluruh warga masyarakat untuk memantapkan
persatuan dan kesatuan nasional. Dan hal ini hanya dapat dicapai jika setiap warga negara
Indonesia ini mampu hidup dalam kemajemukan dan bisa mengelola perbedaan yang ada
itu dengan baik.
Karena itulah Empat Pilar Kebangsaan tersebut merupakan nilai dan norma bangsa yang
harus dipahami masyarakat agar menjadi landasan bagi mereka dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga masyarakat Indonesia bisa
menjadi masyarakat majemuk dan bisa menghindari konflik yang diakibatkan dari
perbedaan.
bahwa Pancasila memiliki kedudukan sebagai dasar dan ideologi negara, UUD
NRI sebagai hukum dasar yang merupakan hukum dasar tertulis dan tertinggi
serta merupakan puncak dari seluruh peraturan perundang-undangan.
“UUD inilah yang mengatur prinsip kedaulatan rakyat dan negara hukum,
pembatasan kekuasaan organ-organ negara, mengatur hubungan antar lembaga-
lembaga negara, dan mengatur hubungan antar lembaga-lembaga negara
dengan warga negara.
Kemudian NKRI sebagai bentuk dan kedaulatan negara mengandung arti bahwa
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, kedaulatannya
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, dan
Negara Indonesia adalah negara hukum. Dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
semboyan negara yang digunakan sebagai dasar tuntunan (pegangan hidup)
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
bahwa masyarakat Indonesia perlu pula untuk ikut membantu pemerintah dalam
menguatkan 4 Pilar Kebangsaan tersebut. Hal ini dikarenakan tantangan
kebangsaan yang menurutnya hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah,
harus diselesaikan secara bersama. Ia juga menyebutkan bahwa ada dua tantangan
kebangsaan yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini, yakni tantangan secara
internal dan eksternal.
Tantangan kebangsaan yang datang dari internal ini seperti masih lemahnya
penghayatan dan pengamalan agama serta munculnya pemahaman terhadap
ajaran agama yang keliru dan sempit, pengabaian terhadap kepentingan daerah
serta timbulnya fanatisme kedaerahan, kurang berkembangnya pemahaman dan
penghargaan atas kebhinnekaan dan kemajemukan, kurangnya keteladanan dalam
sikap dan perilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa, dan tidak berjalannya
penegakan hukum secara optimal.
“Sedangkan dari segi eksternal, tantangan yang kita hadapi itu seperti
pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dan persaingan
antar bangsa yang semakin tajam. Selain itu juga, makin kuatnya
intensitas intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan
nasional.
bahwa rakyat Indonesia merupakan pemilih sah negeri ini. Negara
Kesatuan Republik Indonesia bukanlah hanya milik sebuah golongan
saja, namun milik seluruh lapisan. Sehingga perlu bagi semua
masyarakat Indonesia untuk selalu memegang teguh empat pilar
kebangsaan yang selalu diserukan oleh pemerintah Republik Indonesia .
BAB V.
MEDIA MASSA DALAM
NEGARA DEMOKRASI
.
Media massa dalam era demokrasi
• Pengertian dan fungsi media massa
• Jenis-jenis media massa
• sejarah perkembangan media massa
• media massa dan konstruksi sosial ; pers di era transisi
politik demokrasi
Pengertian Media Massa
 Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk
mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.
Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
 Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang
meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia (UU
No. 40 tahun 1999 tentang Pers)
 Pers merupakan pilar keempat bagi demokrasi (the fourth estate of democracy) dan mempunyai peranan
yang penting dalam membangun kepercayaan, kredibilitas, bahkan legitimasi pemerintah (R Eep
Saefulloh Fatah)
 Pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis
(Oemar Seno Adji)
 Pers dalam arti luas, yaitu memasukan di dalamnya semua media “mass communications” yang
memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan lisan.
 Media adalah alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar, alat untuk menjepit atau memadatkan surat
kabar dan majalah yang berisi berita, orang yang bekerja di bidang persurat kabaran (KBBI)
 Pers adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita
tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati
nurani khalayaknya (Kustadi Suhandang)
 Dalam bukunya Four Theories of the Press yang ditulis oleh Wilbur Schramm dkk mengemukakan 4 teori
terbesar pers, yaitu the authotarian, the libertarian, the social responsibility dan the soviet communist
theory. Keempat teori tersebut mengacu pada satu pengertian pers sebagai pengamat, guru, dan forum
yang menyampaikan pandangannya tentang banyak hal yang mengemuka ditengah tengah mesyarakat
(Wilbur Schramm)
 Pers sebagai the extended man, yaitu yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain dan peristiwa
satu dengan peristiwa lain pada moment yang bersamaan (McLuhan)
 Pers adalah yang membentuk pendapat umum melalui tulisan dalam surat kabar. Pendapatnya ini yang
mampu membakar semangat para pejuang dalam memperjuangkan hak hak Bangsa Indonesia masa
penjajahan Belanda (Raden Mas Djokomono)
Fungsi Pers
• Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan keinginan manusia
yang haus akan kebutuhan informasi tersebut melalui medianya
• Fungsi pers menurut Kusumaningrat :
1. • Fungsi Informatif
2. • Fungsi Kontrol ( fungsi watchdog )
3. • Fungsi Interpretatif dan Direktif
4. • Fungsi Menghibur
5. • Fungsi Regeneratif
6. • Fungsi Pengawalan Hak-Hak Warga Negara
7. • Fungsi Ekonomi
Sejarah perkembangan pers di indonesia
 Masa Penjajahan Belanda (VOC) : Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon
Coen, yang kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC,
diterbitkan “Memories der Nouvelles”
 Masa Pendudukan Jepang : Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia
yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan
segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan
tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso”
atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, pada zaman pendudukan
Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang
dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
Masa Revolusi Fisik (perjuangan rakyat indonesia) : Semboyan “Sekali
Merdeka Tetap Merdeka” menjadi pegangan teguh bagi para wartawan.
Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa dinamakan periode “revolusi
fisik”, membawa coraknya tersendiri dalam sifat dan fungsi pers kita.
Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu
pertama, pers yang terbit dan diusahakan di daerah yang dikuasai oleh
pendudukan sekutu, kemudian Belanda, dan kedua pers yang terbit
diusahakan di daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut
bergerilya.
Masa Demokrasi Liberal
Masa Demokrasi Terpimpin
Masa Orde Baru
Masa Reformasi
Perkembangan Pers Di Indonesia
Perkembangan pers di Indonesia berawal pada penerbitan surat kabar pertama, yaitu
Bataviasche Novelles en Politique Raisonemnetan yang terbit 7 Agustus 1774. Kemudian
muncul beberapa surat kabar berbahasa Melayu, antara lain Slompet Melajoe, Bintang
Soerabaja (1861), dan Medan Prijaji (1907). Majalah tertua ialah Panji Islam (1912-an) Surat
kabar terbitan peranakan Tionghoa pertama kali muncul adalah Li Po (1901), kemudian Sin Po
(1910).
Surat kabar pertama di Indonesia yang menyiarkan teks Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah surat kabar Soeara Asia. Sesudah itu, surat
kabar nasional yang memuat teks proklamasi adalah surat kabar Tjahaja (Bandung), Asia Raja
(Jakarta), dan Asia Baroe (Semarang).
Corak kehidupan politik, ideologi, kebudayaan, tingkat kemajuan suatu bangsa sangat
mempengaruhi sistem pers di suatu negara. Secara umum, di seluruh dunia terdapat pola
kebijakan pemerintah terhadap pers yang otoriter dan demokratis. Diantara keduanya terdapat
variasi dan kombinasi, bergantung tingkat perkembangan masing-masing negara. Ada yang
quasi otoriter, ada yang quasi demokratis, dan sebagainya.
Media massa dan konstruksi sosial : pers di era transisi
politik demokrasi
• Demokrasi adalah praktik politik. Sedangkan politik, seperti dikatakan Lasswell adalah
“siapa mendapatkan apa, kapan, dengan cara bagaimana (who gets what, when,how)
• Dalam pandangan komunikasi, juga dalam asas demokrasi, salah satu cara (how) aktor
politik (who) untuk memperoleh sesuatu (gets what) itu adalah dengan cara
berkomunikasi. Ini sejalan dengan salah satu definisi politik yang dikemukakan oleh
Mark Roelofs yang mengatakan, “Politics is talks... the activity of politics
(‘politicking”) is talking”: berpolitik adalah berbicara; yang berarti berpolitik tiada lain
adalah berkomunikasi baik melalui media massa (koran, majalah, tabloid, radio, tv,
film) maupun non-media massa (surat, leaflet, booklet, spanduk, baligo, internet,
saluran komunikasi interpersonal, saluran komunikasi kelompok dan organisasi serta
jaringan komunikasi).
Ada dua penyebab mengapa komunikasi politik yang melibatkan media
massa di dalamnya, memiliki ciri khas membentuk opini publik.
• Dari segi pesan komunikasi politik itu sendiri yang berisi pembicaraan-
pembicaraan politik dengan fungsinya sendiri-sendiri. Sarana utama
pembicaraan politik itu sendiri adalah kata-kata (simbol-simbol politik).
Pemilihan sebuah simbol mampu memberikan hasil politik tertentu bagi
penggunanya, mulai dari usaha untuk mencapai
(1) keuntungan material,
(2) peningkatan status,
(3) pemberian indentitas, sampai sebatas
(4) penyebaran informasi.
• campur tangan” media dalam menyajikan berita politik
melalui proses yang disebut kontruksi realitas (construction
of reality). Liputan politik – sebetulnya liputan setiap
peristiwa-- di media massa secara tertulis ataupun rekaman
adalah kontruksi realitas: suatu upaya menyusun realitas
dari satu atau sejumlah peristiwa yang semula terpenggal-
penggal (acak) menjadi tersistematis hingga membentuk
cerita atau wacana yang bermakna
Bagaimana media massa mengkonstruksikan real
itas politik ?
 
•Proses konstruksi realitas (politik) dilakukan
melalui upaya “menceritakan” (koseptualisasi)
sebuah peristiwa, keadaan, orang atau benda tak
terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
politik melalui bahasa (symbol politik) sementara itu
media juga melakukan strategi pembingkaian
(framing strategy).
Bab VI
MEMAHAMI GERAKAN
SOSIAL
.
Pengertian Gerakan Sosial
Gerakan sosial adalah gerakan yang lahir dari kondisi masyarakat yang
menggambarkan ketidakadilan dan adanya sikap semena-mena maupun sikap yang
tidak semestinya terhadap rakyat, sebagai reaksi yang bertujuan menginginkan
perubahan kebijakan karena dinilai adanya ketidakadilan.
Pengertian Gerakan Sosial Menurut Para Ahli
Adapun pengertian gerakan sosial menurut para ahli, antara lain:
1. Charles Tily, Gerakan sosial adalah serangkaian aksi yang dilakukan secara terus
menerus atau berkelanjutan, yang menunjukkan pertentangan dari masyarakat
awam terhadap kelompok lainnya, serta dapat dijadikan sarana utama bagi
masyarakat awam untuk turut serta pada kegiatan politik publik.
2. Rudolf Haberle, Makna gerakan Sosial adalah gerakan bersama yang diakibatkan
oleh kekacauan yang dirasakan dalam kehidupan masyarakat serta menimbulkan
kegelisahan, kemudian muncul usaha bersama-sama dalam mencapai tujuan yang
nyata dan tergambar jelas, yang secara spesifik bertujuan merubah ke dalam bentuk
kelembagaan sosial.
3. Blumer, Arti gerakan Sosial adalah suatu gerakan yang ditandai dengan adanya rasa
kegelisahan yang diakibatkan oleh ketidakpuasan terhadap dinamika kehidupan,
yang kemudian gerakan ini memunculkan harapan serta keinginan untuk mencapai
tatanan kehidupan yang lebih baik yang dapat dicapai secara kolektif.
4. David F. Aberle, Pengertian gerakan Sosial adalah usaha yang terorganisir oleh
sekolompok manusia dalam mengupayakan adanya perubahan dalam kehidupan
masyarakat sehari- hari, yang di dalamnya tidak hanya mencakup individu- individu
melainkan sekelompok manusia yang beraksi lewat kerumunan.
Disisi lain, ciri umum gerakan sosial merupakan gerakan kolektif yang
dilakukan sekelompok orang, terorganisir, mempunyai tujuan yang jelas dan
terarah, dilakukan untuk dimensi waktu jangka panjang, gerakan yang
merubah atau mempertahankan suatu masyarakat maupun institusi yang
ada di dalamnya.
Gerakan sosial berkaitan erat dengan proses perubahan sosial budaya di
dalam kehidupan masyarakat sehari- hari, dimana gerakan sosial bertujuan
untuk mewujudkan perubahan sosial dalam rangka menghilangkan krisis
sosial. Gerakan sosial merupakan hasil dialektis dari krisis sosial menuju
perubahan sosial.
Sejarah Gerakan Sosial
Dalam sejarahnya, istilah gerakan sosial sendiri pada mulanya diperkenalkan pertama kali
oleh Lorenz Von Stein, yaitu seorang Sosiolog asal Jerman, dalam bukunya yang berjudul
“Socialist & Communist Movement  since the Third French Revolution”. Pada saat awal
kemunculannya, gerakan sosial bersifat mencakup ruang lingkup yang sangat besar, serta
muncul dengan tujuan untuk  penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak
berpihak pada rakyat.
Gerakan sosial pada dasarnya merupakan istilah yang sangat familiar di dalam 
objek kajian ilmu sosiologi. Sosiologi memandang gerakan sosial sebagai salah satu
dinamika yang memberikan dampak yang ditimbulkan oleh suatu kelompok maupun 
organisasi sosial terhadap kehidupan masyarakat.
Pada perkembangannya di era kontemporer, gerakan sosial merujuk pada pada suatu
kelompok maupun organisasi yang secara sadar terorganisir, yang berada di luar system
pemerintahan yang sebagaimana berlaku di dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
Dengan kata lain gerakan sosial lebih tampak sebagai bentuk
tindakan perlawanan status quo maupun tindakan yang bersifat
perlawanan. Dalam kehidupan masyarakat sehari- hari, gerakan sosial
dipandang dapat berfungsi sebagai pembentukan opini publik dengan
menyuguhkan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik , serta
mengkombinasikan sejumlah gagasan-gagasan yang terdapat pada
gerakan sosial kedalam opini publik yang berpengaruh kuat.
Karakteristik Gerakan Sosial
Gerakan sosial memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
gerakan lainnya, karakteristik tersebut antara lain:
1. Dilakukan secara kolektif, Kolektif berarti dilakukan lebih dari satu individu
yang membentuk kesatuan. Gerakan sosial pada umumnya dilakukan oleh
sekompok orang dalam jumlah yang besar atau banyak.
2. Terorganisir, Gerakan sosial diatur dalam suatu kesatuan, sesuai dengan tatanan
atau kaidah yang berlaku. Terorganisir berarti memiliki struktur, tata cara,
tujuan, anggota, akses yang terarah dan jelas. Dalam hal ini, terorganisir sama
dengan atau sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
3. Memiliki Ideologi, Adanya ide-ide maupun pemikiran kemudian memunculkan
ideologi yang dapat dijadikan dasar pada sebuah gerakan sosial. Ideologi adalah
 konsep yang tersistem yang dijadikan dasar yang memberikan arah dalam
kehidupan, yang berupa cara berpikir dari sekelompok orang, meliputi
kumpulan  arti nilai, ide, norma, kepercayaan, dan keyakinan dalam
menentukan tindakan dalam dinamika sosial politik.
4. Dilakukan dalam waktu jangka panjang, Gerakan sosial pada
dasarnya dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Jadi tidak
dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi berkelanjutan atau
dilakukan secara terus menerus.
5. Bersifat dinamis, Salah satu tujuan dari gerakan sosial adalah
merubah sistem atau tatanan sosial yang berlaku di masyarakat.
Dinamis dalam hal ini berarti gerakan sosial bertujuan untuk
melakukan pembaruan pada keadaan sosial politik yang dinilai
stagnan. Selain itu, juga untuk mewujudkan tatanan kehidupan
sosial yang baru dan sesuai dengan harapan masyarakat.
Macam Gerakan Sosial
Gerakan sosial di masyarakat dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain;
1. Alternative movement
Merupakan salah satu contoh dari gerakan sosial, yang bertujuan untuk merubah suatu tindakan tertentu dari
individu di masyarakat. Gerakan sosial ini biasanya dilakukan dalam bentuk sosialisasi maupun kampanye dengan
sasaran yaitu individu secara langsung.
Misalnya sosialisasi bahaya penyakit AIDS yang merupakan dampak dari pergaulan bebas, dengan tujuan untuk
mengurangi penyebaran penyakit AIDS seiring dengan berkembangnya pergaulan bebas di kehidupan masyarakat
sehari- hari.
2. Rodemptive movement
Rodemptive movement merupakan contoh dari gerakan sosial yang memiliki tujuan yaitu  cenderung
menginginkan perubahan yang tidak hanya meliputi suatu perubahan tertentu, melainkan perubahan yang secara
menyeluruh untuk seorang individu. Gerakan sosial ini biasanya dalam bentuk gerakan di bidang keagamaan.
Misalnya gerakan sosial yang mengajak individu untuk memperdalam nilai- nilai agama, atau mungkin menjadikan
individu lebih baik lewat kajian rutin.
3. Reformative movement
Reformative movement merupakan sebuah gerakan sosial yang bertujuan diharapkan dapat merubah pandangan
masyarakat tentang isu-isu tertentu yang berkembang di masyarakat, misalnya  isu mengenai hak-hak homoseksual,
atau isu-isu lainnya yang cenderung bersifat negatif dalam pandangan masyarakat pada umumnya. Selain itu,
Reformative movement memiliki tujuan yang relative terbatas.
Misalnya adanya arti demonstrasi yang berkembang di masyarakat untuk mengganti pemerintahan yang sedang
berkuasa merupakan contoh reformative movement.
4. Transformative movement
Contoh gerakan sosial lainnya adalah transformative movement, yaitu merupakan gerakan sosial yang memiliki tujuan
untuk mengubah masyarakat secara keseluruhan. Misalnya dengan adanya pengubahan pola pikir masyarakat untuk
menganut ideologi-ideologi tertentu.
Gerakan sosial ini biasanya terjadi cenderung secara ekstrim dan bersifat pemaksaan. Transformative movement pada
dasarnya lebih bersifat kolektif dengan melibatkan berbagai pihak masyarakat yang turut serta dalam gerakan ini.
Contoh nyatanya antara lain, Gerakan kaum Khamer Merah untuk menciptakan masyarakat komunis di Cambidia,
Gerakan transformasi yang dilancarkan oleh rezim komunis di Uni Soviet pada tahun 30-an, serta Gerakan di Tiongkok
sejak akhir 1940-an untuk mengubah masyarakat mereka menjadi masyarakat komunis
Tujuan Terbentuknya Gerakan Sosial
Adapun untuk tujuan terbentuknya gerakan sosial secara umum. Antara lain;
1. Memperkuat nilai- nilai sosial, Secara mendasar, dalam gerakan sosial
mengandung nilai- nilai sosial yang dianut oleh para anggotanya. Mengingat salah
satu definisi gerakan sosial yang mengandung makna bahwa gerakan sosial
berfokus pada isu-isu sosial maupun berhubungan dengan aktivitas sosial di
masyarakat.
2. Mewujudkan kepentingan bersama, Gerakan sosial dilakukan dengan tujuan
untuk kepentingan bersama. Adanya persamaan pandangan dalam suatu kelompok
masyarakat memunculkan suatu kepentingan yang sama pula, yang dapat
diwujudkan dengan adanya gerakan sosial.
Sedangkan untuk contoh gerakan sosial yang ada di Indonesia. Misalnya saja;
Arena Lomba
Terbentuknya Arena Lomba sebagai salah satu palform digital menjadi salah satu gerakan sosial
yang diusung dengan konsep membuat setiap orang untuk gait dalam mengikuti berbagai
kompetisi. Gerakan sosial ini merupakan gerakan baru yang mampu mendorong para pelajar di
Indonesia untuk berpertasi kedepannya.
KESIMPULAN
Dari penjelasan yang dikemukakan, dapatlah dikatakn bahwa gerakan sosial adalah aksi yang
terorganisir dari arti kelompok sosial masyarakat tertentu dalam menghadapi adanya ketimpangan,
dimana negara mengabaikan hak-hak rakyat, yang ditandai dengan cara-cara oposisi yaitu di luar
jalur pemerintahan  atau bahkan yang berlawanan dengan kaidah hukum yang berlaku.
Sehingga gerakan sosial adalah upaya bersama yang dilakukan oleh rakyat dalam jumlah massa
yang besar, bertujuan untuk melakukan pembaruan pada keadaan sosial politik yang stagnan dari
waktu ke waktu.
BAB VII.
Memahami demokrasi
.
Pengertian Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan “Kratos”. Demos
bermakna rakyat atau khalayak, sementara Kratos bermakna pemerintahaan.
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang mengijinkan dan memberikan hak,
kebebasan kepada warga negaranya untuk berpendapat serta turut serta dalam
pengambilan keputusan di pemerintahan.
Berikut beberapa pengertian demokrasi menurut para ahli:
1. C.F. Strong
Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana mayoritas rakyat berusia dewasa
turut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan, yang kemudian menjamin
pemerintahan mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusannya.
2. Montesquieu
Kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau
institusi yang berbeda dan terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama,
legislatif yang merupakan pemegang kekuasaan untuk membuat undang-
undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam melaksanakan
undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang memegang kekuasaan
untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan masing-masing institusi
tersebut berdiri secara independen tanpa dipengaruhi oleh institusi lainnya.
 3. Aristoteles
Prinsip demokrasi adalah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah
setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan di dalam negaranya.
Ciri-Ciri Demokrasi
Demokrasi dilakukan agar kebutuhan masyarakat umum dapat terpenuhi.
Pengambilan kebijakan negara demokrasi tergantung pada keinginan dan aspirasi
rakyat secara umum.
 
Dengan menentukan kebijakan sesuai dengan keinginan masyarakat, dalam suatu
negara demokrasi akan tercipta kepuasan rakyat. Sebuah Negara sendiri dikatakan
telah menerapkan sistem demokrasi, jika telah memenuhi ciri-ciri berikut ini:
 
1. Memiliki Perwakilan Rakyat
Indonesia memiliki lembaga legislatif bernama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
telah dipilih melalui pemilihan umum. Sehingga urusan negara, kekuasaan dan
kedaulatan rakyat kemudian diwakilkan melalui anggota DPR ini.
2. Keputusan Berlandaskan Aspirasi dan Kepentingan Warga Negara
Seluruh Keputusan yang ditetapkan oleh Pemerintah berlandaskan
kepada aspirasi dan kepentingan warga negaranya, dan bukan semata-
mata kepentingan pribadi atau kelompok belaka. Hal ini sekaligus
mencegah praktek korupsi yang merajalela.
 
3. Menerapkan Ciri Konstitusional
Hal ini berkaitan dengan kehendak, kepentingan atau kekuasaan
rakyat. Dimana hal tersebut juga tercantum dalam penetapan hukum
atau undang-undang. Hukum yang tercipta pun harus diterapkan
dengan seadil-adilnya.
4. Menyelenggarakan Pemilihan Umum
Pesta rakyat harus digelar secara berkala hingga kemudian terpilih perwakilan atau
pemimpin untuk menjalankan roda pemerintahan.
 
5. Terdapat Sistem Kepartaian
Partai adalah sarana atau media untuk melaksanakan sistem demokrasi. Dengan
adanya partai, rakyat juga dapat dipilih sebagai wakil rakyat yang berfungsi menjadi
penerus aspirasi. Tujuannya tentu saja agar pemerintah dapat mewujudkan
keinginan rakyat.
 
Sekaligus wakil rakyat dapat mengontrol kerja pemerintahan. Jika terjadi
penyimpangan, wakil rakyat kemudian dapat mengambil tindakan hukum.
Tujuan Demokrasi
Secara umum, tujuan demokrasi adalah menciptakan kehidupan masyarakat yang
sejahtera, adil dan makmur dengan konsep mengedepankan keadilan, kejujuran dan
keterbukaan.
Pada konsepnya, tujuan demokrasi dalam kehidupan bernegara juga meliputi
kebebasan berpendapat dan kedaulatan rakyat. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa
tujuan demokrasi secara umum beserta penjelasannya:

 1. Kebebasan Berpendapat


Tujuan demokrasi adalah memberi kebebasan dalam berpendapat dan berekspresi.
Negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, dimana rakyatnya memiliki
kebebasan untuk memberikan pendapat dan menyuarakan aspirasi dan ekspresi
mereka.
Hal ini menjadi hal yang fundamental bagi negara demokrasi. Penjaminan hak dasar ini
juga dilakukan dengan terbuka sebagai cara mengungkap dan mengatasi adanya masalah
sosial yang belum terwujud.
 
2. Menciptakan Keamanan dan Ketertiban
Secara umum, demokrasi bertujuan menciptakan keamanan, ketertiban dan ketentraman
di lingkungan masyarakat. Demokrasi akan menjamin hak-hak setiap warga negara dan
mengedepankan musyawarah untuk memecahkan solusi bersama agar terjalin keamanan
bersama di lingkungan masyarakat.
 3. Mendorong Masyarakat Aktif dalam Pemerintahan
Demokrasi mengedepankan kedaulatan rakyat, sehingga rakyat akan dilibatkan dalam
setiap proses pemerintahan, mulai dari pemilihan umum secara langsung hingga
memberi aspirasi terkait kebijakan publik. Rakyat yang didorong aktif terlibat dalam
bidang politik guna memajukan kinerja pemerintahan negara tersebut.
Adanya peran rakyat dalam pemerintahan juga akan membuat setiap warga negara
lebih bertanggung jawab terhadap peran yang dimilikinya sebagai seorang warga
negara yang wajib menjaga keutuhan negara.
 
4. Membatasi Kekuasaan Pemerintahan
Kekuasaan tertinggi dalam negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, ada
di tangan rakyat.
Artinya rakyat berhak memberi aspirasi dan kritik pada pemerintahan. Sistem
pemerintahan demokrasi juga bertujuan membatasi kekuasaan pemerintahan, agar
tidak menimbulkan kekuasaan absolut atau diktator. Dengan demokrasi diharapkan
akan menciptakan pemerintah yang bertanggung jawab, dimana Pemerintahan hanya
berfungsi sebagai wakil rakyat yang ditugasi untuk merangkum semua kebutuhan
rakyat.
Rakyat dapat menilai dan menuntut apabila ada ketidaksesuaian antara
kebutuhan dengan kebijakan yang dirumuskan. Rakyat dapat mengajukan
tuntutan apabila pemerintah melakukan penyelewengan terhadap
kebijakan yang telah dibuat.
 
5. Mencegah Perselisihan
Dalam suatu negara demokrasi, setiap masalah atau konflik yang terjadi,
akan diselesaikan dengan musyawarah. Sehingga diharapkan dengan
menganut sistem demokrasi bisa mencegah adanya perselisihan antar
kelompok dan dapat menyelesaikan segala masalah secara damai.
BAB VIII.
KEPARTAIAN DAN DINAMIKA POLIT
IK INDONESIA
 
• Sejarah perkembangan partai politik
• Definisi partai politik
• Fungsi partai politik
Sejarah perkembangan partai politik 
• Partai politik pertama kali lahir di eropa barat dg meluasnya gagasan bahwa
rakyat merupakan faktor yg perlu dipertimbangkan dan di ikutsertakan dalam
proses politik( sejalan dengan perkembangan demokrasi), maka secara otomatis
partai politik berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan pihak
pemerintah.
• Pada awal perkembangannya, sekitar abad 18-an di negara-negara barat (inggris
dan prancis) kegiatan-kegiatan politik dipusatkan di parlemen yg lebih bersifat
elitis dan aristokratis yaitu mempertahankan kepentingan kaum bangsawan thd
tuntutan raja.
• Konsekuensi perkembangan demokrasi di dunia dengan ditandai perluasan hak
pilih dari rakyat dan hak-hak parlemen, kegiatan politik juga berkembang di luar
parlemen. Partai yang berkembang di luar parlemen tersebut umumnya bersandar
pada asas/ideologi tertentu seperti sosialisme fasisme, komunisme, dsb.
Hingga sampai pada PD I, partai berkembang b
erdasarkan
 klasifikasi dua kutub ideologi “(kiri dan kanan)”.
Mainstrem ideologi “kiri” dan “kanan” secara
sederhana dapat digambarkan :
Konstelasi P
artai menjelang PD II tidak lagi mempertahankan
 tradisi membedakan antara berbagai jenis partai
(patronage vs ideologi, massa vs kader, dan kiri vs
kanan). Justru keberadaan partai memperluas dukungan
dari pemilih (electoral base) dengan merangkul pemilih
tengah (median voter/ floating vote)
Definisi partai politik 
• Adalah sekelompok terorgansir yg anggotanya mempunyai orientasi, nilai-
nilai, dan cita-cita yg sama (miriam budiardjo)
• Sigmund neuman : partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis
politik yg berusaha untuk mnguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut
dukungan rakyat melalui persaingan dg suatu golongan/golongan lain yg
mempunyai pandangan yg berbeda.
• Parpol adalah suatu kelompok yg mengajukan calon-calon bagi jabatan-
jabatan publik untuk dipilih oleh rakyat shgga dapat
mengontrol/mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintah. Dari beberapa
definis diatas tampak jelas bahwa basis sosiologis dari parpol adalah ideologi
dan kepentingan yg diarahkan pada usaha-usaha utk memperoleh kekuasaan.
Fungsi dan tipologi partai politik 
Fungsi partai politik di negara demokrasi :
• Komunikasi politik
• Sosialisasi politik
• Rekruitmen politik
• Manajemen konflik
Fungsi parpol di negara otoriter :
• Sosialisasi politik
• Rekruitmen politik
• Komunikasi politik
Klasifikasi sistem kepartaian 
• Sistem Partai Tunggal
• Sistem Partai Dwi Partai
• Sistem Multipartai
Tipologi partai politik 
• Partai proto : partai yg dibentuk berdasarkan pembedaan antara
kelompok anggota (ins) dengan non anggota (outs).Partai ini lebih
merupakan faksi yg dibentuk berdasarkan pengelompokan
ideologis masyarakat
• Partai kader : merupakan perkembangan dari partai proto akibat
meluasnya sistem hak pilih bagi, sehingga bergantung pada
masyarakat kelas menengah.
• Partai massa :
• Partai diktatorial :
BAB IX
KOMUNIKASI POLITIK
.
Komunikasi dan sosialisasi politik
Menurut Wahyu (2010) komponenan komunikasi adalah sebagai berikut :
1) Komunukator yaitu orang yang menyampaikan pesan.
Komunikator (sender atau sumber) adalah sumber informasi yang
menciptakan pesan sekalgus menyampaian pesan kepada khalayak
dengan mneggunakan saluran komunikasi dan media massa.
2) Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang.
Artinya informasi yang merupakan isi (conten) yang akan disampaikan
atau didustribuskan oleh komunikator melalaui saluran dan media
komunikasi yang sesuai dengan pertimbngan dan tujuan komunikator, isi
pesan beragam seperti berita, informasi umum, iklan, filem, hiburan dll.
3) Media, saran aatau saluran yang mendukung pesan.
Media sebagai sarana atau instrument yang digunakan oleh
komunikator untuk mengirumkan pesan dalam beragam bentuk
kepada khalayak. Media cdengan karakteristik yang dimilikinya
mampu menjagkau khalayak dalam jumlah yang banyak , serempak,
cepat dan mampu menghasilkan efek, baik secara langsung mampu
tidak lansgung.
4) Khalayak adalah pihak yang menerima pesan dan menjadi sasaran
yang dikirimkan oleh komunikator. Khalayak merupakan target dari
beragam bentuk pesan sekalgus pihak yang memahami serta
memaknai pesan. Pemaknaan pesan oleh khalayak mampu
menimbulkan feedback dan pengaruh dalam proses komunikasi.
5) Efek atau dampak sebagai pengaruh pesan.
Efek dalam proses komunikasi merupakan ukuran antara yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima pesan dan setelah mengalami
distribusi pesan. Pengaruh dapat dilihat dalam bentuk pikiran, perasaan
ataupun prilaku yang muncul setelah khalayak menrima pesan. Pengaruh
itu berbentuk efek,baik yang bersifat langsung maupun tidak lansgung.
6) Umpan balik merupakan tindakan yang muncul setelah efek komunikasi
berlansgung pada khalayak penerima pesan, umpan balik diperlukan untuk
mengetahu keberhasilan dari sebuah pesan yang disistribusikan, umpan
balik juga dapat diartikan sebagai reaksi atau respon.
Proses komunikasi
Komunikasi Politik adalah komunikasi yang melibatkan
pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik,
atau berkaitan dengan kekuasaan,
pemerintahan, dan kebijakan pemerintah.
Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan,
komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi
politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara
"yang memerintah" dan "yang diperintah".
Pengertian komunikasi politik menurut para ahli :
McNair (2003)
Menurut McNair, Komunikasi politik bukan hanya sebagai komunikasi dari aktor
politik kepada pemilih dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi juga
komunikasi yang ditujukan kepada para politisi oleh pemilih dan kolumnis surat
kabar, serta komunikasi tentang aktor politik dan aktivitas mereka, sebagaimana
terdapat pada berita, editorial, dan bentuk diskusi politik media lainnya.
Nimmo (2005:9)
Menurut Nimmo, Komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yang dianggap
komunikasi politik berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun
potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik.
Cangara (2009:32)
Menurut Cangara, Komunikasi politik adalah satu bidang atau disiplin yang
menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik
mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik.
Surbakti (2010:152)
Menurut Surbakti, Komunikasi politik adalah proses penyampaian
informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari
masyarakat kepada pemerintah.
Gabriel Almond (1960)
Komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap
sistem politik.
Komunikasi politik terdiri dari berbagai unsur, antara lain:
a) Komunikator Politik
Komunikator politik adalah mereka yang dapat memberi informasi tentang
hal-hal yang mengandung makna mengenai politik. misalnya presiden,
menteri, anggota DPR, politisi, dan kelompok-kelompok penekan dalam
masyarakat yang bisa mempengaruhi jalannya pemerintahan.
b) Pesan Politik
Pesan politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun
tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi maupun
terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya
mengandung politik. Misalnya pidato politik, pernyataan politik, buku,
brosur dan berita surat kabar mengenai politik, dll.
c) Saluran atau Media Politik
Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para
komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya
media cetak, media elektronik, media online, sosialisasi, komunikasi
kelompok yang dilakukan partai, organisasi masyarakat, dsb.
d) Sasaran atau Target Politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberikan
dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat
dalam Pemilihan Umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri,
buruh, pemuda, perempuan, mahasiswa, dan semacamnya.
e) Pengaruh atau efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman
terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, keaktifan
masyarakat dalam partisipasi politik, dimana nantinya akan berdampak
pada pemberian suara dalam Pemilihan Umum.
Pendekatan komunikasi politik:
1. Pendekatan proses. Menurut pendekatan ini bahwa keseluruhan yang
ada di dunia ini meeupakan hasil suatu proses. Spengler dan Toynbee
mengemukakan bahwa realitas sosial merupakan suatu siklus yang
mempunyai pola-pola ulangan untuk jatuh bangunnya peradaban.
Pendekatan ini dapat dikatakan untuk memahami sosialisasi politik dan
kebijkan publik.
2. Pendekatan agenda setting. Pendekatan ini dikembangkan oleh Maxwell C.
McCombs, seorang profesor peneliti surat kabar juga sebagai direktur
pusat penelitian komunikasi Universitas Syracuse USA, dan Donald L. Shaw,
seorang rofesor jurnalistik dari Universitas North Carolina. Pendekatan agenda
setting dimulai dengan asumsi media massa menyaring berita, artikel, atau
tulisan yang akan disiarkan. Seleksi ini dilakukan oleh mereka yang disebut
sebagai gatekeeper, yaitu mereka para wartawan, pimpinan redaksi, dan
penyunting gambar. Dari gatekeeper inilah yang menentukan berita apa yang
harus dimuat dan apa yang harus disembunyikan.
Menurut Wahyu (2010) komponenan komunikasi adalah sebagai berikut : 1) Komunukator yaitu orang yang
menyampaikan pesan. Komunikator (sender atau sumber) adalah sumber informasi yang menciptakan pesan
sekalgus menyampaian pesan kepada khalayak dengan mneggunakan saluran komunikasi dan media massa. 2)
Pesan adalah pernytaan yang didukung oleh lambing. Artinya informasi yang merupakan isi (conten) yang akan
disampaikan atau didistribusikan oleh komunikator melalaui saluran dan media komunikasi yang sesuai dengan
pertimbngan dan tujuan komunikator, isi pesan beragam seperti berita, informasi umum, iklan, filem, hiburan dll. 3)
Media, saran aatau saluran yang mendukung pesan. Media sebagai sarana atau instrument yang digunakan oleh
komunikator untuk mengirumkan pesan dalam beragam bentuk kepada khalayak. Media dengan karakteristik yang
dimilikinya mampu menjagkau khalayak dalam jumlah yang banyak , serempak, cepat dan mampu menghasilkan
efek, baik secara langsung mampu tidak lansgung. 4) Khalayak adalah pihak yang menerima pesan dan menjadi
sasaran yang dikirimkan oleh komunikator. Khalayak merupakan target dari beragam bentuk pesan sekalgus pihak
yang memahami serta memaknai pesan. Pemaknaan khalayak 3 oleh khalayak mampu menimbulkan feedback dan
pengaruh dalam proses komunikasi. 5) Efek atau dampak sebagai pengaruh pesan.Efek dalam proses komunikasi
merupakan ukuran antara yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima pesan dan setelah mengalami
distribusi pesan. Pengaruh dapat dilihat dalam bentuk pikiran , perasaan ataupun prilaku yang muncul setelah
khalayak menrima pesan. Pengaruh itu berbentuk efek,baik yang bersifat langsung maupun tidak lansgung. 6)
Umpan balik merupakan tindakan yang muncul setelah efek komunikasi berlansgung pada khalayak penerima
pesan, umpan balik diperlukan untuk mengetahu keberhasilan dari sebuah pesan yang disistribusikan, umpan balik
juga dapat diartikan sebagai reaksi atau respon.
Kampanye pemilu &kampanye politik
BAB X
SOSIALISASI POLITIK
.
PENGERTIAN
Sosialisasi secara harfiah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
proses belajar seorang anggota masyarakat untuk menghayati kebudayaan
masyarakat dalam lingkungannya.
Dalam pengertian tersebut terlihat bahwasannya sosialisasi merupakan kegiatan
yang melibatkan proses penyampaian suatu nilai-nilai ataupun kultur kepada
masyarakat.
Sedangkan definisi lengkapnya mengenai sosialisasi menurut Ramlan Surbakti
sosialisasi politik merupakan satu kesatuan metode penyampaian pesan politik,
yang dibagi menjadi dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik
Sosialisasi politik merupakan bagian dari proses pendidikan politik yang
didalamnya terdapat tujuan untuk membangun bagaimana seharusnya sikap
masyarakat berpartisipasi melalui aktivitas politik dan sistem politik yang ada.
Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell Jr mendefinisikan sosialisasi
politik sebagai ”the process by which political cultures are formad,
maintained, and changed”. Terlihat bahwa definisi tersebut lebih condong
mengatakan bahwa sosialisasi politik merupakan proses pembentukan budaya
politik masyarakat, yang di dalamnya terdapat pengenalan nilai-nilai politik.
Seperti contohnya dalam pendidikan di Indonesia, sedari kecil masyarakat
sudah mengetahui konsep keBhinekaan karena telah diajarkan dan ditanamkan
nilai-nilai pancasila melalui proses sosialisasi politik yang berjalan bersama
masyarakat. Hal tersebut memperlihatkan proses pengenalan serta
pendalaman nilai-nilai politik yang kemudian menjadi orientasi politik
pemahaman peran-peran masyarakat dalam sistem politik yang memiliki sifat
stabil dan berkesinambungan.
Didukung dengan pandangan Dennish Kanavagh yang menyatakan
bahwa sosialisasi politik dan pendidikan politik merupakan suatu usaha
yang dilakukan untuk melestarikan ataupun mengubah budaya politik di
masyarakat. Sejalan dengan pandangan tersebut Kenneth P. Langton
melihat sosialisasi politik sebagai ―political socialization, in the
broadest sense, refers to the way society transmits it’s political culture
from generation to generation”. Pemberian pengetahuan pengalaman
berdasarkan budaya politik yang ingin diteruskan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya, melalui transfer nilai, keyakinan, sikap dan
khususnya perilaku politik.
Melalui aktivitas inilah terjadinya proses pembentukan
pengetahuan serta pemahaman dan budaya yang ingin dilestarikan
ataupun budaya mana yang ingin diubah.
Sosialisasi politik dapat diumpamakan sebagai jembatan
penghubung yang mentransfer nilai-nilai keyakinan politik dan
budaya politik kepada generasi penerus.
Sosialisasi politik dinilai sebagai suatu cara untuk membentuk insan-
insan dalam memahami serta menyadari status dan kedudukannya
secara politik dalam kehidupan bermasyarakat.
Sosialisasi politik memuat hal-hal penting yang berhubungan dengan
proses dan tujuan yang diinginkan dalam perjalanan politik di suatu
negara, dengan demikian sosialisasi politik mempunyai hubungan yang
erat dengan transmisi pemberian pengetahuan mengenai nilai-nilai, sikap
politik, kepercayaan politik serta harapan politik.
Melalui beberapa penjelasan pengertian sosialisasi politik, dapat
disimpulkan bahwa sosialisasi politik adalah upaya edukatif baik disengaja
ataupun tidak disengaja, yang dipergunakan untuk membentuk individu
yang sadar akan politik.
Sehingga masyarakat mampu menjadi pelaku politik yang partisipan dan
bertanggung jawab dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.
Agen-Agen Sosialisasi Politik
Salah satu elemen terpenting dalam sosialisasi politik adalah peranan
agen atau aktor yang menyelenggarakan sosialisasi politik. Agen
sosialisasi politik adalah pihak-pihak yang sangat berperan dalam
memberikan pengetahuan mengenai segala aspek politik seperti nilai
dan norma yang berindikasi pelajaran dalam berperilaku berlandaskan
pada pengetahuan dan informasi yang didapatkan melalui agen
sosialisasi.
Berikut adalah agen-agen sosialisasi politik yang ada dalam
masyarakat.
1. Keluarga
Keluarga sebagai agen sosialisasi pertama yang berinteraksi sedari kecil untuk
membentuk suatu kepribadian seseorang, keluarga berperan sangat besar dalam
membentuk kepribadian yang berkepemimpinan, serta cara berinteraksi dengan
orang lain. Pengaruh yang diberikan melalui keluarga terhadap individu sangatlah
besar dalam pembentukan sikap dan melakukan interaksi politik dengan aktif.
2. Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa Sekolah adalah agen sosialisasi pendidikan politik
yang memiliki kontribusi besar dalam menyempurnakan sosialisasi awal yang
diperoleh sebelumnya dari keluarga. Kurikulum serta peran guru dengan gaya
kepemimpinannya berpengaruh pada pembentukan sikap ataupun pandangan
murid mengenai pengetahuan akan ilmu sosial, ekonomi dan politik.
3. Kelompok Pergaulan
Kelompok pergaulan sebagai agen yang memiliki ikatan yang erat dengan tiap individu
mampu untuk memberikan motivasi agar aktif dalam bidang politik, kelompok ini memiliki
sifat tidak formal sehingga mudah untuk menyesuaikan pendapat dan pandangan masing-
masing. Interaksi antar teman seperti memberikan motivasi untuk aktif dalam aktivitas
politik menjadi salah satu dorongan untuk mengembangkan partisipasi masyarakat. Teman
sebaya menjadi kelompok rujukan dalam mengembangkan sikap maupun perilaku
termasuk dalam bidang politik.
4. Media Massa
Sebagai masyarakat yang modern media massa menjadi makanan setiap harinya, media
komunikasi yang sangat beragam seperti elektronik handphone, radio, internet
menyediakan berbagai bentuk informasi dan pendidikan politik yang intens diberikan
kepada masyarakat. Seperti contohnya penyiaran berita mengenai aktivitas politik seperti
diskusi politik dan berita situasi negara merupakan salah satu bentuk dari peranan media
massa dalam menjadi agen sosialisasi.
5. Kontak-Kontak Politik Langsung
Segala kegiatan yang berhubungan dengan kontak politik secara
langsung. Aktifitas yang disadari atau tidak disadari yang
menyebabkan seseorang mengalami proses sosialisasi politik.
Seperti contohnya ketika para calon legislatif mengalami banyak
peristiwa politis yang menghadapkan dirinya dengan kondisi atau
kultur politik ketika berhubungan atau berinteraksi secara langsung
dengan aktivis partai lainnya.
Uraian mengenai peranan agen sosialisasi yang telah dijelaskan sebelumnya,
menunjukkan bahwasannya proses sosialisasi politik yang dijalani tiap
individu, merupakan proses yang kompleks dan bukan proses yang sederhana.
Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya, di antaranya
agen sosialisasi sebagai pihak yang mentransfer materi sosialisasi, dengan
menggunakan metode maupun cara pemberian materi yang berbeda satu
sama lain.
Mulai dari konten pembahasan, cara ataupun metode penyampaian materi,
serta kualitas materi. Meskipun materi yang disampaikan pada masyarakat itu
sama, tetapi hasilnya akan berbeda. Karena terdapat proses penyampaian
yang berbeda dan peranan setiap agen yang menyampaikan sosialisasi dengan
beragam.
BAB XI
PARTISIPASI POLITIK
.
PENGERTIAN
Menurut Ramlan Surbakti dalam buku Memahami Ilmu Politik (2005),
Partisipasi politik adalah segala bentuk keikutsertaan atau keterlibatan warga negara biasa (yang
tidak memiliki wewenang) dalam menentukan keputusan yang dapat mempengaruhi hidupnya.
Rahmawati Halim dan Muhlin Lalongan(2016), Partisipasi politik lebih berfokus pada kegiatan yang
dilakukan, dan bukan terfokus pada sikap politiknya. Partisipasi politik memiliki dua pendekatan,
yaitu pendekatan politik kelompok dan hak-hak politik.
Tia Subekti, kegiatan partisipasi politik bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan,
mantap atau sporadik, damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, serta efektif atau tidak.
Partisipasi politik bisa diartikan sebagai peran warga negara dalam proses pemerintahan. Bentuk
partisipasi ini dapat mempengaruhi jalannya pemerintahan, sehingga secara langsung atau tidak,
memang berpengaruh bagi kehidupan masyarakat suatu negara.
Adanya partisipasi politik dapat mengubah masyarakat yang semula apatis menjadi aktif. 
Menurut Ni Ketut Arniti, partisipasi politik merupakan contoh
perwujudan negara demokrasi, yang mana masyarakat berperan
untuk memilih pejabat negara dalam penyelenggaraan aktivitas
pemerintahan.
Partisipasi politik memiliki sejumlah manfaat yaitu:
 Sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah dan penguasa.
 Untuk memperlihatkan kelemahan atau kekurangan pemerintah,
supaya dapat diperbaiki.
 Sebagai bentuk tantangan terhadap penguasa dan pemerintah,
agar perubahan struktural serta sistem politik dapat terjadi.
Menurut RR Emilia Yustiningrum dan Wawan Ichwanuddin :
Partisipasi politik memiliki tiga faktor utama yang berpengaruh, yaitu:
Faktor psikologis Faktor ini berkaitan erat dengan identifikasi individu atau
masyarakat terhadap suatu partai politik. Proses identifikasi ini dapat
dipengaruhi oleh orang terdekat, seperti orang tua dan keluarga. Selain
itu, faktor psikologis juga meliputi ketertarikan individu dalam
membicarakan isu mengenai politik.
Faktor ekonomi atau rasional Faktor ini dipengaruhi oleh evaluasi atau pemikiran
individu terkait kondisi ekonomi dirinya, keluarga, serta nasional.
Pemikiran tentang faktor ini jelas berpengaruh pada pilihan dan
bagaimana bentuk partisipasi politiknya.
Faktor sosiologis Faktor ini meliputi aspek agama, pendidikan, tempat tinggal,
usia, jenis kelamin, serta tingkat ekonominya. Seluruh aspek ini
berpengaruh pada partisipasi politik individu atau masyarakat, khususnya
dalam penentuan pemimpin atau pejabat pemerintahan.
Partisipasi politik memiliki banyak bentuk atau jenis. Namun, setidaknya ada tiga
bentuk umum dari partisipasi politik.
Berikut penjelasannya:
Partisipasi aktif Adalah bentuk partisipasi politik yang dilaksanakan dengan
pengajuan usul mengenai kebijakan umum beserta pilihan alternatifnya. Selain
itu, partisipasi politik secara aktif juga dilakukan dengan melakukan kritik serta
perbaikan atas berbagai kebijakan yang dibuat pemerintah, membayar pajak,
dan ikut serta dalam pemilihan kepala daerah.
Partisipasi pasif Adalah bentuk partisipasi politik yang dilakukan dengan menaati,
menerima, serta melaksanakan saja seluruh keputusan pemerintah. Artinya
masyarakat hanya sekadar menerima dan mengikuti saja, tanpa menyatakan
pengajuan usul ataupun kritik.
Selain dua jenis tersebut, partisipasi politik juga dapat
dibedakan lagi menjadi tiga, yakni:
Apatis: artinya masyarakat menolak dan menarik diri dari
proses politik.
Spectator: artinya masyarakat setidaknya pernah ikut serta
dalam pemilihan umum.
Gladiator: artinya masyarakat terlibat aktif dalam proses
politik, misalnya menjadi anggota partai, pekerja kampanye,
serta aktivis masyarakat.
Kebijakan Politik Masa Pemerintahan B. J. Habibie Partisipasi
politik juga dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni:
Partisipasi politik secara konvensional Bentuk partisipasi ini
dilakukan dengan melakukan diskusi politik,
pembentukan dan penggabungan organisasi politik,
kampanye, dan lain sebagainya.
Partisipasi politik secara non konvensional Bentuk partisipasi
ini dilakukan dengan cara demonstrasi, mogok, serta
pembangkangan tanpa disertai kekerasan.
BAB XII
REKRUTMEN POLITIK
.
PENGERTIAN
Sarana rekrutmen partai politik yakni proses melalui mana
partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang
berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik.
Rekrutmen partai politik akan menjamin kontinuitas dan
kelestarian partai dan sekaligus merupakan salah satu cara
untuk menyeleksi para calon pimpian partai atau pemimpin
bangsa. Selain itu, melalui partai politik-lah dilakukan
rekrutmen dan seleksi terhadap calon-calon angggota
lembaga perwakilan. Calon-calon tersebut nantinya akan
dipilih oleh rakyat.
Juga kepala pemerintahan baik pusat maupun daerah juga dipilih dengan
rekrutmen dan seleksi melalui partai politik, baik yang berasal dari partai
sendiri maupun dari pihak ketiga
Peran partai politik sebagai sarana rekrutmen politik dalam rangka
meningkatkan partisipasi politik masyarakat adalah bagaimana partai politik
memiliki andil yang cukup besar dalam hal:
(1) menyiapkan kader-kader pimpinan politik,
(2) melakukaan seleksi terhadap kader-kader yang telah dipersiapkan, serta
(3) perjuangan untuk penempatan kader yang berkualitas, berdedikasi,
memiliki kredibilitas tinggi serta mendapat dukungan dari masyarakat
pada jabatan-jabatan politik yang bersifat strategis.
Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan-
jabatan pada lembaga-lembaga politik termasuk partai
politik dan administrasi atau birokrasi oleh orang-orang
yang akan menjalankan kekuasaan politik (Suharno,
2004: 117). Sedangkan menurut Cholisin, rekrutmen
politik adalah seleksi dan pengangkatan seseorang atau
kelompok untuk melaksanakan sejumlah peran dalam
system politik pada umumnya dan pemerintahan pada
khususnya (Cholisin, 2007: 113).
Dalam pengertian lain, Ada dua macam mekanisme rekrutmen politik, yaitu
rekrutmen yang terbuka dan tertutup.
Dalam model rekruitmen terbuka, semua warga Negara yang memenuhi syarat
tertentu (seperti kemampuan, kecakapan, umur, keadaan fisik) mempunyai
kesempatan yang sama untuk menduduki posisi-posisi yang ada dalam lembaga
negara / pemerintah. Suasana kompetisi untuk mengisi jabatan biasanya cukup
tinggi, sehingga orang-orang yang benar-benar sudah teruji saja yang akan berhasil
keluar sebagai jawara. Ujian tersebut biasanya menyangkut visinya tentang keadaan
masyarakat atau yang di kenal sebagai platform politiknya serta nilai moral yang
melekat dalam dirinya termasuk integritasnya.
Sebaliknya, dalam sistem rekrutmen tertutup, kesempatan tersebut hanyalah
dinikmati oleh sekelompok kecil orang. Ujian oleh masyarakat terhadap kualitas serta
integritas tokoh masyarakat biasanya sangat jarang dilakukan, kecuali oleh
sekelompok kecil elite itu sendiri.
Rekrutmen politik atau representasi politik
memegang peranan penting dalam sistem politik
suatu negara. Hal ini dikarenakan proses ini
menentukan siapa sajakah yang akan menjalankan
fungsi-fungsi sistem politik negara itu melalui
lembaga-lembaga yang ada. Oleh karena itu, tercapai
tidaknya tujuan suatu sistem politik yang baik
tergantung pada kualitas rekrutmen politik.
Kehadiran suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai tersebut
melaksanakan fungsinya. Salah satu fungsi yang terpenting yang dimiliki partai
politik adalah fungsi rekrutmen politik.
Seperti yang diungkapkan oleh pakar politik Ramlan Surbakti, bahwa rekrutmen
politik mencakup pemilihan, seleksi, dan pengangkatan seseorang atau
sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik
pada umumnya dan pemerintah pada khususnya.
Untuk itu partai politik memiliki cara tersendiri dalam melakukan pengrekrutan
terutama dalam pelaksanaan sistem dan prosedural pengrekrutan yang
dilakukan partai politik tersebut. Tak hanya itu proses rekrutmen juga
merupakan fungsi mencari dan mengajak orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk turut aktif dalam kegiatan politik, yaitu dengan cara
menempuh berbagai proses penjaringan.
Pada referensi yang lain, kita bisa menemukan
definisi atau pengertia rekrutmen politik yang lebih
memperhatikan sudut pandang fungsionalnya, yaitu
“The process by which citizens are selected for
involvement in politics”. Pengertian tersebut di atas
menjelaskan bahwa rekrutmen politik adalah proses
yang melibatkan warga negara dalam politik.
Terima kasih
.

Anda mungkin juga menyukai