OLEH
RAHMAT GUNAWAN, S.IP.,SE.,M.Si.,MM.
UNIVERISTAS PRIMAGRAHA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
SERANG
2021
MATERI
NO. PEMBAHASAN PERKULIAHAN
1 KONSEP SOSIOLOGI POLITIK
2 BUDAYA POLITIK INDONESIA
3 MEMAHAMI SIKAP DAN PERILAKU POLITIK
4 INDONESIA SEBAGAI MASYARAKAT POLITIK YANG MAJEMUK
5 MEDIA MASSA DALAM NEGARA DEMOKRASI
6 MEMAHAMI GERAKAN SOSIAL
UJIAN TENGAH SEMESTER
7 MEMAHAMI DEMOKRASI
8 KEPARTAIAN DAN DINAMIKA POLITIK INDONESIA
9 KOMUNIKASI POLITIK
10 SOSIALISASI POLITIK
11 PARTISIPASI POLITIK
12 REKRUTMEN POLITIK
UJIAN AKHIR SEMESTER
1. Sosiologi politik adalah “ sosiologi dan politik”
2. Sosiologi menurut Agus Comte adalah merupakan
cabang ilmu mengenai masyarakat, struktur sosial,
pranata sosial, perilaku masyarakat dan proses
BAB I interaksi, interaksi dan konflik dalam masyarakat.
sedangkan ilmu politik adalah ilmu mengenai negara
• KONSEP SOSIOLOGI POLITIK dan kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijaksanaan, pembagian dan alokasi.
3.Sosiolog modern memahami sosiologI sebagai ilmu
pengetahuan yang membahas kelompok-kelompok
sosial (Johnson, 1961:2), interaksi-interaksi manusia
dan interelasinya (ginsburg,1934:7) • Jadi kajian
sosiologi memberikan pusat perhatian pada tingkah
laku individual dan kolektifnya secara terpisah dari
masyarakat
DEFINISI SOSIOLOGI
1. Sosiologi secara etinologi berasal dari bahasa latin : socius dan logos. Socius artinya
masyarakat dan Logos artinya ilmu. Jadi Sosiologi adalah Ilmu tentang masyarakat.
2. Soerjono Soekanto : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses
sosial termasuk perubahan-perubahan sosial dan masalah sosial.
3. Roucek dan Waren : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam kelompok-kelompok.
4. Pitirien Sorokin : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh
timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi
dan agama, antara keluarga dan moral, antara hukum dan ekonomi, gerakan masyarakat
dan politik lainnya.
5. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff : Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan
hasil dari interaksi sosial yaitu organisasi sosial.
6. Emile Durkheim : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yaitu fakta-fakta yang berisikan cara
bertindak, berfikir, dan merasakan yang mengendalikan individu tersebut. (ex: hukum, moral, kepercayaan, adat
istiadat dan cara berpakaian.
7. Max W eber : Sosiologi adalah ilmu yang mencoba memahami tindakan sosial dengan tujuan mendapatkan
penjelasan tentang sebab dan akibat dari tindakan sosial.
8. Stephen K. Sanderson : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat dan sebab-sebab dari berbagai pola pikiran
dan tindakan manusia yang teratur dan berulang-ulang (ajeg)
9. Selo Sumardjan dan Soelaeman : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial.
10. KESIMPULAN : Sosiologi adalah ilmu yang memahami dan mempelajari seluruh segi kehidupan masyarakat
yaitu, masalah struktur sosial, proses sosial dan perubahan sosial dalam masyarakat .
.
DEFINISI POLITIK
1. Secara Etimologi Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu Polis yang berarti negara kota. Orang yang
mendiami Polis disebut Polites yang berarti warga negara. Politikos berati kewarganegaraan. Sehingga
muncul:Politike techne : Kemahiran Politik. Ars Politica : kemahiran tentang soal kenegaraan. Politike
Episteme : ilmu politik.
2. Mirriam Budiardjo : Politik adalah berbagai macam kegiatan yang terjadi di suatu negara, yang
menyangkut proses menentukan tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan itu.
3. Roger F. Soltou : Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari tentang negara, tujuan-tujuan negara dan
lembaga-lembaga negara yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara negara dengan
warga negara, hubungan antara negara dengan negara lain.
4. J. Barents : Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara , dimana kehidupan negara
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
5. Harold D. Lasswel dan A. Kaaplan : Ilmu Politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.
6. W.A. Robson : Ilmu Politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat yaitu mengenai hakikat, dasar,
proses-proses, ruang lingkup, dan hasil-hasilnya.
7. Deliar Noer : Ilmu politik memusatkan perhatiannya pada masalah kekuasaan dalam kehidupan
bersama atau masyarakat.
8. Ossip K. Flechtheim : Ilmu politik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan negara
sejauh negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan
yang tidak resmi, yang dapat mempengaruhi negara
9. Ramlan Surbakti : Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang
tinggal dalam suatu wilyah tertentu.
SOSIOLOGI POLITIK SEBAGAI STUDI TENTANG NEGARA
Makna negara : pertama, negara bangsa (nation-state), yang mengacu pada
masyarakat. Kedua , negara pemerintah (government-state), yang mengacu pada
penguasa dan pemimpin dari masyarakat nasional tersebut
1.SOSIALISASI POLITIK
2.PARTISIPASI POLITIK
3.PENERIMAAN POLITIK (REKRUTMEN POLITIK)
4.KOMUNIKASI POLITIK
Pendekatan SOSPOL
• Pendekatan institusionalisme
• Pendekatan behavioralisme
• Pendekatan sistem
Pendekatan Institusional
Pendekatan filsafat politik menekankan pada ide-ide dasar seputar dari mana
kekuasaan berasal, bagaimana kekuasaan dijalankan, serta untuk apa kekuasaan
diselenggarakan. Pendekatan institusional menekankan pada penciptaan lembaga-
lembaga untuk mengaplikasikan ide-ide ke alam kenyataan.
Pendekatan behavioralisme
Jika pendekatan Institusionalisme meneliti lembaga-lembaga negara (abstrak), pendekatan behavioralisme
khusus membahas tingkah laku politik individu. Behavioralisme menganggap individu manusia sebagai
unit dasar politik (bukan lembaga, seperti pendekatan Institusionalisme). Mengapa satu individu
berperilaku politik tertentu serta apa yang mendorong mereka, merupakan pertanyaan dasar dari
behavioralisme.
Misalnya, behavioralisme meneliti motivasi apa yang membuat satu individu ikut dalam demonstrasi,
apakan individu tertentu bertoleransi terhadap pandangan politik berbeda, atau mengapa si A atau si B
ikut dalam partai X bukan partai Y?
Pendekatan Struktural/Sistemik
Penekanan utama pendekatan ini adalah pada anggapan bahwa fungsi-fungsi yang ada di sebuah negara
ditentukan oleh struktur-struktur yang ada di tengah masyarakat, bukan oleh mereka yang duduk di posisi
lembaga-lembaga politik. Misalnya, pada zaman kekuasaan Mataram (Islam), memang jabatan raja dan
bawahan dipegang oleh pribumi (Jawa). Namun, struktur masyarakat saat itu tersusun secara piramidal yaitu
Belanda dan Eropa di posisi tertinggi, kaum asing lain (Cina, Arab, India) di posisi tengah, sementara bangsa
pribumi di posisi bawah. Dengan demikian, meskipun kerajaan secara formal diduduki pribumi, tetapi
kekuasaan dipegang oleh struktur teratas, yaitu Belanda (Eropa).
Contoh lain dari strukturalisme adalah kerajaan Inggris. Dalam analisa Marx, kekuasaan yang sesungguhnya
di Inggris bukan dipegang oleh ratu atau kaum bangsawasan, melainkan kaum kapitalis yang 'mendadak'
kaya akibat revolusi industri. Kelas kapitalis inilah (yang menguasai perekonomian negara) sebagai struktur
masyarakat yang benar-benar menguasai negara. Negara, bagi Marx, hanya alat dari struktur kelas ini.
BAB II
BUDAYA POLITIK INDONESIA
.
KONSEP BUDAYA POLITIK
1. Budaya politik adalah orientasi kognitif, afektif dan evaluatif terhadap sistem politik
( Almond dan Verba, 1984:16 ). G. Bingham Powell, Jr.:
Budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi
seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-
bagian tertentu dari populasi
2. Sidney Verba: Budaya politik adalah suatu sistem kepercayaan empirik, simbol-simbol
ekspresif dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan.
3. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh
masyarakat. Namun, setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti
antara masyarakat umum dengan para elitenya. Seperti juga di Indonesia, menurut
Benedict R. O'G Anderson, kebudayaan Indonesia cenderung membagi secara tajam antara
kelompok elite dengan kelompok massa.
Konsep budaya politik (lanjutan)
Rusadi Sumintapura: Budaya politik tidak lain adalah pola
tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik
yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.
Alan R. Ball: Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari
sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang
berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik
Austin Ranney: Budaya politik adalah seperangkat pandangan-
pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara
bersama-sama; sebuah pola orientasi-orientasi terhadap objek-objek
politik.
Konsep budaya politik (lanjutan)
1.Komponen-komponen Budaya Politik (Almond dan Verba,1984:16) :
• Orientasi kognitif : yaitu berupa pengetahuan tentang dan kepercayaan pada
politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya.
• Orientasi afektif : yaitu perasaan/perilaku terhadap sistem politik, peranannya,
para aktor dan penampilannya.
• Orientasi evaluatif : yaitu keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik
yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan
perasaan.
2. Almond dan Verba (1984) menggolongkan tipe budaya politik menjadi:
• budaya politik partisipan;
• budaya politik subjek;
• budaya politik parokial.
KONSEP BUDAYA POLITIK (LANJUTAN)
TIPE BUDAYA POLITIK TERSEBUT TERBENTUK OLEH ORIENTASI POLITIK :
ORIENTASI POLITIK BUDAYA POLITIK BUDAYA POLITIK BUDAYA POLITIK
PAROKIAL SUBJEKTIF PARTISIPAN
KOGNITIF XXX
AFEKTIF XXX
EVALUATIF XXX
Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah.
Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju
baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif.
Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi.
Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik.
Konsep budaya politik (lanjutan)
• Almond dan Verba (1984) menyatakan bahwa
kebudayaan politik suatu bangsa dalam kenyataannya
merupakan budaya politik campuran. Maksudnya tidak
akan ditemukan dalam kenyataan empirik bahwa suatu
bangsa hanya memiliki satu jenis kebudayaan politik saja.
Budaya politik campuran yang bersifat proporsional
merupakan budaya demokratis yang dikenal sebagai
budaya kewarganegaraan (civic culture).
Tipe-tipe budaya politik berdasarkan :
.
Indonesia merupakan sebuah kesatuan dari beragam suku bangsa yang
juga memiliki perbedaan dalam bahasa, etnik, kepercayaan dan ideologi.
Perbedaan tersebut dapat mendorong untuk terjadinya konflik, namun
sebaliknya juga dapat menjadikan persatuan dengan terwujudnya sikap
saling tolerir antar warga Indonesia. Akan tetapi, untuk mewujudkan
persatuan dengan dasar perbedaan yang ada itu, Indonesia membutuhkan
nilai-nilai yang dapat mengikatkan masyarakatnya menjadi satu kesatuan
(majemuk).
bahwa untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia amatlah susah
namun bersifat penting dan harus dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat. konflik-konflik antar suku yang terjadi di beberapa daerah
merupakan akibat dari kurangnya nilai-nilai yang diterapkan oleh
masyarakat.
Oleh karena itu penting bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki nilai-
nilai yang mengikat agar kesatuan bangsa tetap terjaga. Dan nilai-nilai
yang mengikat tersebut menurutnya tercermin dalam empat pilar
kebangsaan sebagai dasar bernegara. Empat pilar tersebut antara lain :
1. Pancasila sebagai dasar dan Ideologi Negara,
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun
1945 sebagai konstitusi Negara serta ketetapan MPR dan
3. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk Negara,
4. dan pilar keempat yakni Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan
negara.
bahwa adanya empat pilar kebangsaan tersebut adalah untuk mewujudkan cita-cita
reformasi dan pelaksanaan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
secara konsekuen serta untuk mengakhiri berbagai persoalan yang terjadi saat ini.
“Dengan banyaknya persoalan yang terjadi saat ini, untuk menanganinya jelas
memerlukan kesadaran dan komitmen seluruh warga masyarakat untuk memantapkan
persatuan dan kesatuan nasional. Dan hal ini hanya dapat dicapai jika setiap warga negara
Indonesia ini mampu hidup dalam kemajemukan dan bisa mengelola perbedaan yang ada
itu dengan baik.
Karena itulah Empat Pilar Kebangsaan tersebut merupakan nilai dan norma bangsa yang
harus dipahami masyarakat agar menjadi landasan bagi mereka dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga masyarakat Indonesia bisa
menjadi masyarakat majemuk dan bisa menghindari konflik yang diakibatkan dari
perbedaan.
bahwa Pancasila memiliki kedudukan sebagai dasar dan ideologi negara, UUD
NRI sebagai hukum dasar yang merupakan hukum dasar tertulis dan tertinggi
serta merupakan puncak dari seluruh peraturan perundang-undangan.
“UUD inilah yang mengatur prinsip kedaulatan rakyat dan negara hukum,
pembatasan kekuasaan organ-organ negara, mengatur hubungan antar lembaga-
lembaga negara, dan mengatur hubungan antar lembaga-lembaga negara
dengan warga negara.
Kemudian NKRI sebagai bentuk dan kedaulatan negara mengandung arti bahwa
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, kedaulatannya
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, dan
Negara Indonesia adalah negara hukum. Dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
semboyan negara yang digunakan sebagai dasar tuntunan (pegangan hidup)
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
bahwa masyarakat Indonesia perlu pula untuk ikut membantu pemerintah dalam
menguatkan 4 Pilar Kebangsaan tersebut. Hal ini dikarenakan tantangan
kebangsaan yang menurutnya hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah,
harus diselesaikan secara bersama. Ia juga menyebutkan bahwa ada dua tantangan
kebangsaan yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini, yakni tantangan secara
internal dan eksternal.
Tantangan kebangsaan yang datang dari internal ini seperti masih lemahnya
penghayatan dan pengamalan agama serta munculnya pemahaman terhadap
ajaran agama yang keliru dan sempit, pengabaian terhadap kepentingan daerah
serta timbulnya fanatisme kedaerahan, kurang berkembangnya pemahaman dan
penghargaan atas kebhinnekaan dan kemajemukan, kurangnya keteladanan dalam
sikap dan perilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa, dan tidak berjalannya
penegakan hukum secara optimal.
“Sedangkan dari segi eksternal, tantangan yang kita hadapi itu seperti
pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dan persaingan
antar bangsa yang semakin tajam. Selain itu juga, makin kuatnya
intensitas intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan
nasional.
bahwa rakyat Indonesia merupakan pemilih sah negeri ini. Negara
Kesatuan Republik Indonesia bukanlah hanya milik sebuah golongan
saja, namun milik seluruh lapisan. Sehingga perlu bagi semua
masyarakat Indonesia untuk selalu memegang teguh empat pilar
kebangsaan yang selalu diserukan oleh pemerintah Republik Indonesia .
BAB V.
MEDIA MASSA DALAM
NEGARA DEMOKRASI
.
Media massa dalam era demokrasi
• Pengertian dan fungsi media massa
• Jenis-jenis media massa
• sejarah perkembangan media massa
• media massa dan konstruksi sosial ; pers di era transisi
politik demokrasi
Pengertian Media Massa
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk
mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.
Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang
meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia (UU
No. 40 tahun 1999 tentang Pers)
Pers merupakan pilar keempat bagi demokrasi (the fourth estate of democracy) dan mempunyai peranan
yang penting dalam membangun kepercayaan, kredibilitas, bahkan legitimasi pemerintah (R Eep
Saefulloh Fatah)
Pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis
(Oemar Seno Adji)
Pers dalam arti luas, yaitu memasukan di dalamnya semua media “mass communications” yang
memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan lisan.
Media adalah alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar, alat untuk menjepit atau memadatkan surat
kabar dan majalah yang berisi berita, orang yang bekerja di bidang persurat kabaran (KBBI)
Pers adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita
tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati
nurani khalayaknya (Kustadi Suhandang)
Dalam bukunya Four Theories of the Press yang ditulis oleh Wilbur Schramm dkk mengemukakan 4 teori
terbesar pers, yaitu the authotarian, the libertarian, the social responsibility dan the soviet communist
theory. Keempat teori tersebut mengacu pada satu pengertian pers sebagai pengamat, guru, dan forum
yang menyampaikan pandangannya tentang banyak hal yang mengemuka ditengah tengah mesyarakat
(Wilbur Schramm)
Pers sebagai the extended man, yaitu yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain dan peristiwa
satu dengan peristiwa lain pada moment yang bersamaan (McLuhan)
Pers adalah yang membentuk pendapat umum melalui tulisan dalam surat kabar. Pendapatnya ini yang
mampu membakar semangat para pejuang dalam memperjuangkan hak hak Bangsa Indonesia masa
penjajahan Belanda (Raden Mas Djokomono)
Fungsi Pers
• Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan keinginan manusia
yang haus akan kebutuhan informasi tersebut melalui medianya
• Fungsi pers menurut Kusumaningrat :
1. • Fungsi Informatif
2. • Fungsi Kontrol ( fungsi watchdog )
3. • Fungsi Interpretatif dan Direktif
4. • Fungsi Menghibur
5. • Fungsi Regeneratif
6. • Fungsi Pengawalan Hak-Hak Warga Negara
7. • Fungsi Ekonomi
Sejarah perkembangan pers di indonesia
Masa Penjajahan Belanda (VOC) : Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon
Coen, yang kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC,
diterbitkan “Memories der Nouvelles”
Masa Pendudukan Jepang : Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia
yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan
segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan
tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso”
atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, pada zaman pendudukan
Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang
dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
Masa Revolusi Fisik (perjuangan rakyat indonesia) : Semboyan “Sekali
Merdeka Tetap Merdeka” menjadi pegangan teguh bagi para wartawan.
Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa dinamakan periode “revolusi
fisik”, membawa coraknya tersendiri dalam sifat dan fungsi pers kita.
Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu
pertama, pers yang terbit dan diusahakan di daerah yang dikuasai oleh
pendudukan sekutu, kemudian Belanda, dan kedua pers yang terbit
diusahakan di daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut
bergerilya.
Masa Demokrasi Liberal
Masa Demokrasi Terpimpin
Masa Orde Baru
Masa Reformasi
Perkembangan Pers Di Indonesia
Perkembangan pers di Indonesia berawal pada penerbitan surat kabar pertama, yaitu
Bataviasche Novelles en Politique Raisonemnetan yang terbit 7 Agustus 1774. Kemudian
muncul beberapa surat kabar berbahasa Melayu, antara lain Slompet Melajoe, Bintang
Soerabaja (1861), dan Medan Prijaji (1907). Majalah tertua ialah Panji Islam (1912-an) Surat
kabar terbitan peranakan Tionghoa pertama kali muncul adalah Li Po (1901), kemudian Sin Po
(1910).
Surat kabar pertama di Indonesia yang menyiarkan teks Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah surat kabar Soeara Asia. Sesudah itu, surat
kabar nasional yang memuat teks proklamasi adalah surat kabar Tjahaja (Bandung), Asia Raja
(Jakarta), dan Asia Baroe (Semarang).
Corak kehidupan politik, ideologi, kebudayaan, tingkat kemajuan suatu bangsa sangat
mempengaruhi sistem pers di suatu negara. Secara umum, di seluruh dunia terdapat pola
kebijakan pemerintah terhadap pers yang otoriter dan demokratis. Diantara keduanya terdapat
variasi dan kombinasi, bergantung tingkat perkembangan masing-masing negara. Ada yang
quasi otoriter, ada yang quasi demokratis, dan sebagainya.
Media massa dan konstruksi sosial : pers di era transisi
politik demokrasi
• Demokrasi adalah praktik politik. Sedangkan politik, seperti dikatakan Lasswell adalah
“siapa mendapatkan apa, kapan, dengan cara bagaimana (who gets what, when,how)
• Dalam pandangan komunikasi, juga dalam asas demokrasi, salah satu cara (how) aktor
politik (who) untuk memperoleh sesuatu (gets what) itu adalah dengan cara
berkomunikasi. Ini sejalan dengan salah satu definisi politik yang dikemukakan oleh
Mark Roelofs yang mengatakan, “Politics is talks... the activity of politics
(‘politicking”) is talking”: berpolitik adalah berbicara; yang berarti berpolitik tiada lain
adalah berkomunikasi baik melalui media massa (koran, majalah, tabloid, radio, tv,
film) maupun non-media massa (surat, leaflet, booklet, spanduk, baligo, internet,
saluran komunikasi interpersonal, saluran komunikasi kelompok dan organisasi serta
jaringan komunikasi).
Ada dua penyebab mengapa komunikasi politik yang melibatkan media
massa di dalamnya, memiliki ciri khas membentuk opini publik.
• Dari segi pesan komunikasi politik itu sendiri yang berisi pembicaraan-
pembicaraan politik dengan fungsinya sendiri-sendiri. Sarana utama
pembicaraan politik itu sendiri adalah kata-kata (simbol-simbol politik).
Pemilihan sebuah simbol mampu memberikan hasil politik tertentu bagi
penggunanya, mulai dari usaha untuk mencapai
(1) keuntungan material,
(2) peningkatan status,
(3) pemberian indentitas, sampai sebatas
(4) penyebaran informasi.
• campur tangan” media dalam menyajikan berita politik
melalui proses yang disebut kontruksi realitas (construction
of reality). Liputan politik – sebetulnya liputan setiap
peristiwa-- di media massa secara tertulis ataupun rekaman
adalah kontruksi realitas: suatu upaya menyusun realitas
dari satu atau sejumlah peristiwa yang semula terpenggal-
penggal (acak) menjadi tersistematis hingga membentuk
cerita atau wacana yang bermakna
Bagaimana media massa mengkonstruksikan real
itas politik ?
•Proses konstruksi realitas (politik) dilakukan
melalui upaya “menceritakan” (koseptualisasi)
sebuah peristiwa, keadaan, orang atau benda tak
terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
politik melalui bahasa (symbol politik) sementara itu
media juga melakukan strategi pembingkaian
(framing strategy).
Bab VI
MEMAHAMI GERAKAN
SOSIAL
.
Pengertian Gerakan Sosial
Gerakan sosial adalah gerakan yang lahir dari kondisi masyarakat yang
menggambarkan ketidakadilan dan adanya sikap semena-mena maupun sikap yang
tidak semestinya terhadap rakyat, sebagai reaksi yang bertujuan menginginkan
perubahan kebijakan karena dinilai adanya ketidakadilan.
Pengertian Gerakan Sosial Menurut Para Ahli
Adapun pengertian gerakan sosial menurut para ahli, antara lain:
1. Charles Tily, Gerakan sosial adalah serangkaian aksi yang dilakukan secara terus
menerus atau berkelanjutan, yang menunjukkan pertentangan dari masyarakat
awam terhadap kelompok lainnya, serta dapat dijadikan sarana utama bagi
masyarakat awam untuk turut serta pada kegiatan politik publik.
2. Rudolf Haberle, Makna gerakan Sosial adalah gerakan bersama yang diakibatkan
oleh kekacauan yang dirasakan dalam kehidupan masyarakat serta menimbulkan
kegelisahan, kemudian muncul usaha bersama-sama dalam mencapai tujuan yang
nyata dan tergambar jelas, yang secara spesifik bertujuan merubah ke dalam bentuk
kelembagaan sosial.
3. Blumer, Arti gerakan Sosial adalah suatu gerakan yang ditandai dengan adanya rasa
kegelisahan yang diakibatkan oleh ketidakpuasan terhadap dinamika kehidupan,
yang kemudian gerakan ini memunculkan harapan serta keinginan untuk mencapai
tatanan kehidupan yang lebih baik yang dapat dicapai secara kolektif.
4. David F. Aberle, Pengertian gerakan Sosial adalah usaha yang terorganisir oleh
sekolompok manusia dalam mengupayakan adanya perubahan dalam kehidupan
masyarakat sehari- hari, yang di dalamnya tidak hanya mencakup individu- individu
melainkan sekelompok manusia yang beraksi lewat kerumunan.
Disisi lain, ciri umum gerakan sosial merupakan gerakan kolektif yang
dilakukan sekelompok orang, terorganisir, mempunyai tujuan yang jelas dan
terarah, dilakukan untuk dimensi waktu jangka panjang, gerakan yang
merubah atau mempertahankan suatu masyarakat maupun institusi yang
ada di dalamnya.
Gerakan sosial berkaitan erat dengan proses perubahan sosial budaya di
dalam kehidupan masyarakat sehari- hari, dimana gerakan sosial bertujuan
untuk mewujudkan perubahan sosial dalam rangka menghilangkan krisis
sosial. Gerakan sosial merupakan hasil dialektis dari krisis sosial menuju
perubahan sosial.
Sejarah Gerakan Sosial
Dalam sejarahnya, istilah gerakan sosial sendiri pada mulanya diperkenalkan pertama kali
oleh Lorenz Von Stein, yaitu seorang Sosiolog asal Jerman, dalam bukunya yang berjudul
“Socialist & Communist Movement since the Third French Revolution”. Pada saat awal
kemunculannya, gerakan sosial bersifat mencakup ruang lingkup yang sangat besar, serta
muncul dengan tujuan untuk penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak
berpihak pada rakyat.
Gerakan sosial pada dasarnya merupakan istilah yang sangat familiar di dalam
objek kajian ilmu sosiologi. Sosiologi memandang gerakan sosial sebagai salah satu
dinamika yang memberikan dampak yang ditimbulkan oleh suatu kelompok maupun
organisasi sosial terhadap kehidupan masyarakat.
Pada perkembangannya di era kontemporer, gerakan sosial merujuk pada pada suatu
kelompok maupun organisasi yang secara sadar terorganisir, yang berada di luar system
pemerintahan yang sebagaimana berlaku di dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
Dengan kata lain gerakan sosial lebih tampak sebagai bentuk
tindakan perlawanan status quo maupun tindakan yang bersifat
perlawanan. Dalam kehidupan masyarakat sehari- hari, gerakan sosial
dipandang dapat berfungsi sebagai pembentukan opini publik dengan
menyuguhkan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik , serta
mengkombinasikan sejumlah gagasan-gagasan yang terdapat pada
gerakan sosial kedalam opini publik yang berpengaruh kuat.
Karakteristik Gerakan Sosial
Gerakan sosial memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
gerakan lainnya, karakteristik tersebut antara lain:
1. Dilakukan secara kolektif, Kolektif berarti dilakukan lebih dari satu individu
yang membentuk kesatuan. Gerakan sosial pada umumnya dilakukan oleh
sekompok orang dalam jumlah yang besar atau banyak.
2. Terorganisir, Gerakan sosial diatur dalam suatu kesatuan, sesuai dengan tatanan
atau kaidah yang berlaku. Terorganisir berarti memiliki struktur, tata cara,
tujuan, anggota, akses yang terarah dan jelas. Dalam hal ini, terorganisir sama
dengan atau sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
3. Memiliki Ideologi, Adanya ide-ide maupun pemikiran kemudian memunculkan
ideologi yang dapat dijadikan dasar pada sebuah gerakan sosial. Ideologi adalah
konsep yang tersistem yang dijadikan dasar yang memberikan arah dalam
kehidupan, yang berupa cara berpikir dari sekelompok orang, meliputi
kumpulan arti nilai, ide, norma, kepercayaan, dan keyakinan dalam
menentukan tindakan dalam dinamika sosial politik.
4. Dilakukan dalam waktu jangka panjang, Gerakan sosial pada
dasarnya dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Jadi tidak
dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi berkelanjutan atau
dilakukan secara terus menerus.
5. Bersifat dinamis, Salah satu tujuan dari gerakan sosial adalah
merubah sistem atau tatanan sosial yang berlaku di masyarakat.
Dinamis dalam hal ini berarti gerakan sosial bertujuan untuk
melakukan pembaruan pada keadaan sosial politik yang dinilai
stagnan. Selain itu, juga untuk mewujudkan tatanan kehidupan
sosial yang baru dan sesuai dengan harapan masyarakat.
Macam Gerakan Sosial
Gerakan sosial di masyarakat dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain;
1. Alternative movement
Merupakan salah satu contoh dari gerakan sosial, yang bertujuan untuk merubah suatu tindakan tertentu dari
individu di masyarakat. Gerakan sosial ini biasanya dilakukan dalam bentuk sosialisasi maupun kampanye dengan
sasaran yaitu individu secara langsung.
Misalnya sosialisasi bahaya penyakit AIDS yang merupakan dampak dari pergaulan bebas, dengan tujuan untuk
mengurangi penyebaran penyakit AIDS seiring dengan berkembangnya pergaulan bebas di kehidupan masyarakat
sehari- hari.
2. Rodemptive movement
Rodemptive movement merupakan contoh dari gerakan sosial yang memiliki tujuan yaitu cenderung
menginginkan perubahan yang tidak hanya meliputi suatu perubahan tertentu, melainkan perubahan yang secara
menyeluruh untuk seorang individu. Gerakan sosial ini biasanya dalam bentuk gerakan di bidang keagamaan.
Misalnya gerakan sosial yang mengajak individu untuk memperdalam nilai- nilai agama, atau mungkin menjadikan
individu lebih baik lewat kajian rutin.
3. Reformative movement
Reformative movement merupakan sebuah gerakan sosial yang bertujuan diharapkan dapat merubah pandangan
masyarakat tentang isu-isu tertentu yang berkembang di masyarakat, misalnya isu mengenai hak-hak homoseksual,
atau isu-isu lainnya yang cenderung bersifat negatif dalam pandangan masyarakat pada umumnya. Selain itu,
Reformative movement memiliki tujuan yang relative terbatas.
Misalnya adanya arti demonstrasi yang berkembang di masyarakat untuk mengganti pemerintahan yang sedang
berkuasa merupakan contoh reformative movement.
4. Transformative movement
Contoh gerakan sosial lainnya adalah transformative movement, yaitu merupakan gerakan sosial yang memiliki tujuan
untuk mengubah masyarakat secara keseluruhan. Misalnya dengan adanya pengubahan pola pikir masyarakat untuk
menganut ideologi-ideologi tertentu.
Gerakan sosial ini biasanya terjadi cenderung secara ekstrim dan bersifat pemaksaan. Transformative movement pada
dasarnya lebih bersifat kolektif dengan melibatkan berbagai pihak masyarakat yang turut serta dalam gerakan ini.
Contoh nyatanya antara lain, Gerakan kaum Khamer Merah untuk menciptakan masyarakat komunis di Cambidia,
Gerakan transformasi yang dilancarkan oleh rezim komunis di Uni Soviet pada tahun 30-an, serta Gerakan di Tiongkok
sejak akhir 1940-an untuk mengubah masyarakat mereka menjadi masyarakat komunis
Tujuan Terbentuknya Gerakan Sosial
Adapun untuk tujuan terbentuknya gerakan sosial secara umum. Antara lain;
1. Memperkuat nilai- nilai sosial, Secara mendasar, dalam gerakan sosial
mengandung nilai- nilai sosial yang dianut oleh para anggotanya. Mengingat salah
satu definisi gerakan sosial yang mengandung makna bahwa gerakan sosial
berfokus pada isu-isu sosial maupun berhubungan dengan aktivitas sosial di
masyarakat.
2. Mewujudkan kepentingan bersama, Gerakan sosial dilakukan dengan tujuan
untuk kepentingan bersama. Adanya persamaan pandangan dalam suatu kelompok
masyarakat memunculkan suatu kepentingan yang sama pula, yang dapat
diwujudkan dengan adanya gerakan sosial.
Sedangkan untuk contoh gerakan sosial yang ada di Indonesia. Misalnya saja;
Arena Lomba
Terbentuknya Arena Lomba sebagai salah satu palform digital menjadi salah satu gerakan sosial
yang diusung dengan konsep membuat setiap orang untuk gait dalam mengikuti berbagai
kompetisi. Gerakan sosial ini merupakan gerakan baru yang mampu mendorong para pelajar di
Indonesia untuk berpertasi kedepannya.
KESIMPULAN
Dari penjelasan yang dikemukakan, dapatlah dikatakn bahwa gerakan sosial adalah aksi yang
terorganisir dari arti kelompok sosial masyarakat tertentu dalam menghadapi adanya ketimpangan,
dimana negara mengabaikan hak-hak rakyat, yang ditandai dengan cara-cara oposisi yaitu di luar
jalur pemerintahan atau bahkan yang berlawanan dengan kaidah hukum yang berlaku.
Sehingga gerakan sosial adalah upaya bersama yang dilakukan oleh rakyat dalam jumlah massa
yang besar, bertujuan untuk melakukan pembaruan pada keadaan sosial politik yang stagnan dari
waktu ke waktu.
BAB VII.
Memahami demokrasi
.
Pengertian Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan “Kratos”. Demos
bermakna rakyat atau khalayak, sementara Kratos bermakna pemerintahaan.
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang mengijinkan dan memberikan hak,
kebebasan kepada warga negaranya untuk berpendapat serta turut serta dalam
pengambilan keputusan di pemerintahan.
Berikut beberapa pengertian demokrasi menurut para ahli:
1. C.F. Strong
Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana mayoritas rakyat berusia dewasa
turut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan, yang kemudian menjamin
pemerintahan mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusannya.
2. Montesquieu
Kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau
institusi yang berbeda dan terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama,
legislatif yang merupakan pemegang kekuasaan untuk membuat undang-
undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam melaksanakan
undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang memegang kekuasaan
untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan masing-masing institusi
tersebut berdiri secara independen tanpa dipengaruhi oleh institusi lainnya.
3. Aristoteles
Prinsip demokrasi adalah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah
setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan di dalam negaranya.
Ciri-Ciri Demokrasi
Demokrasi dilakukan agar kebutuhan masyarakat umum dapat terpenuhi.
Pengambilan kebijakan negara demokrasi tergantung pada keinginan dan aspirasi
rakyat secara umum.
Dengan menentukan kebijakan sesuai dengan keinginan masyarakat, dalam suatu
negara demokrasi akan tercipta kepuasan rakyat. Sebuah Negara sendiri dikatakan
telah menerapkan sistem demokrasi, jika telah memenuhi ciri-ciri berikut ini:
1. Memiliki Perwakilan Rakyat
Indonesia memiliki lembaga legislatif bernama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
telah dipilih melalui pemilihan umum. Sehingga urusan negara, kekuasaan dan
kedaulatan rakyat kemudian diwakilkan melalui anggota DPR ini.
2. Keputusan Berlandaskan Aspirasi dan Kepentingan Warga Negara
Seluruh Keputusan yang ditetapkan oleh Pemerintah berlandaskan
kepada aspirasi dan kepentingan warga negaranya, dan bukan semata-
mata kepentingan pribadi atau kelompok belaka. Hal ini sekaligus
mencegah praktek korupsi yang merajalela.
3. Menerapkan Ciri Konstitusional
Hal ini berkaitan dengan kehendak, kepentingan atau kekuasaan
rakyat. Dimana hal tersebut juga tercantum dalam penetapan hukum
atau undang-undang. Hukum yang tercipta pun harus diterapkan
dengan seadil-adilnya.
4. Menyelenggarakan Pemilihan Umum
Pesta rakyat harus digelar secara berkala hingga kemudian terpilih perwakilan atau
pemimpin untuk menjalankan roda pemerintahan.
5. Terdapat Sistem Kepartaian
Partai adalah sarana atau media untuk melaksanakan sistem demokrasi. Dengan
adanya partai, rakyat juga dapat dipilih sebagai wakil rakyat yang berfungsi menjadi
penerus aspirasi. Tujuannya tentu saja agar pemerintah dapat mewujudkan
keinginan rakyat.
Sekaligus wakil rakyat dapat mengontrol kerja pemerintahan. Jika terjadi
penyimpangan, wakil rakyat kemudian dapat mengambil tindakan hukum.
Tujuan Demokrasi
Secara umum, tujuan demokrasi adalah menciptakan kehidupan masyarakat yang
sejahtera, adil dan makmur dengan konsep mengedepankan keadilan, kejujuran dan
keterbukaan.
Pada konsepnya, tujuan demokrasi dalam kehidupan bernegara juga meliputi
kebebasan berpendapat dan kedaulatan rakyat. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa
tujuan demokrasi secara umum beserta penjelasannya: