Anda di halaman 1dari 50

SPRITUAL

LEADERSHIP

Dimensi Pelayanan
dalam Kepemimpinan

Disampaikan di hadapan
para Manager Kopdit
Di Tabanan, BALI

Dr. Drs. Arcadius Benawa, M.Pd.

22 Agustus 2015
PENDAHULUAN
Manajer bagaimanapun
adalah jabatan yg
mensyaratkan adanya
kompetensi leadership, tak
terkecuali manager Kopdit
Betapa pentingnya
menyertakan dimensi
spiritual dalam
kepemimpinan.
Karena “koperasi” sendiri
mensyaratkan kemampuan
kerjasama;
Dan “kredit” mensyaratkan
adanya trust/kepercayaan.
Persoalannya adalah
bagaimana seorang Manager
Kopdit mengembangkan dua
aspek itu dlm
kepemimpinannya?
Dimensi spiritual
menjadi perlu dan
relevan utk
kepemimpinan
seorang manager
Kopdit, karena ia sbg
pemimpin harus
bertanggungjawab
tidak hanya pada level
horizontal tetapi juga
di level vertical.
Umumnya orang mengasumsikan
kepemimpinan itu hanyalah urusan
sosiologis (horizontal). Bdk.
beberapa teori kepemimpinan.

Oleh krn itu perlu “dilengkapi”


dengan dimensi spiritual (vertical).

Kata “dilengkapi” diberi tanda kutip


karena sesungguhnya di sepanjang
sejarah dimensi spiritual
kepemimpinan itu selalu ada.
Misalnya dlm Hinduisme dikenal istilah
Astabrata
 “Asta Brata” berisikan ajaran-ajaran Hindu tentang bagaimana seharusnya
menjadi pemimpin yang baik
 Asta Brata adalah delapan tipe
kepemimpinan yg merupakan 8
(delapan) sifat Kemahakuasaan
Tuhan.
 Ajaran ini diberikan Sri Rama
kepada Wibhisana sebagai Raja
Alengka Pura, saat menggantikan
kakaknya Rahwana.
 Kedelapan ajaran Asta Brata
adalah sebagai berikut:

1. Indra Brata = Artinya pemimpin


hendaknya mengikuti sifat-sifat
Dewa Indra sebagai dewa
pemberi hujan, yang memberi
kesejahtraan kepada rakyat. Jadi,
bukan memperkaya diri ataupun
kroninya.
He (the Eight teachings) are as
follows:

2.Yama Brata = Artinya


pemimpin hendaknya
mengikuti sifat-sifat Dewa
Yama, yaitu menciptakan
hukum, menegakkan
hukum, dan memberikan
hukuman secara adil kepada
setiap orang yang bersalah;
bukan malah menjadi yg
kebal hukum.
he Astafollows:
3. Surya Brata = Hendaknya
pemimpin memberikan
penerangan secara adil dan
merata kepada seluruh
rakyat yang dipimpinnya
serta selalu berbuat hati-
hati, seperti matahari yg
sangat hati-hati dalam
menyerap air.
follows:

4. Candra Brata = Pemimpin


hendaknya selalu dapat
memperlihatkan wajah yg
tenang dan berseri-seri,
sehingga masyarakat yg
dipimpinnya merasa yakin
akan kebesaran jiwa
pemimpinnya.
5. Bayu Brata = Pemimpin
hendaknya selalu dapat
mengetahui dan
menyelidiki keadaan serta
kehendak yang sebenarnya
terutama keadaan
masyarakat yang hidupnya
paling menderita.
6. Kuwera Brata = Pemimpin
hendaknya harus bijaksana
mempergunakan dana atau
uang serta selalu ada hasrat
untuk mensejahterakan
masyarakat dan tidak
menjadi pemboros yang
akhirnya merugikan Negara
dan masyarakat.
he Asta Brata means eight types of
leadership in which 8 (eight) is
given as the nature of Thfollows:

7. Baruna Brata =Pemimpin


hendaknya dapat
memberantas segala bentuk
penyakit yang berkembang
di masyarakat, seperti
pengangguran, kenakalan
remaja, pencurian dan
pengacau keamanan Negara.
he Asta Brata means eight types of
leadership in which 8 (eight) is

8. Agni Brata = Pemimpin


harus memiliki sifat-sifat yg
selalu dapat memotivasi
tumbuhnya sifat ksatria
dan semangat berkobar
dalam menundukkan
musuh-musuhnya.
Dalam
Buddhisme juga

Terdapat ciri-ciri yg harus


dimiliki pemimpin, yaitu:
bijaksana,
bermoral, dan
mampu berkonsentrasi.
1. Bijaksana: memiliki
pemahaman dan
pemikiran yg benar.
2. Bermoral: ucapan,
tindakan, dan
penghidupannya benar.
3. Berdaya konsentrasi:
usaha, perhatian, dan
konsentrasinya benar.
Pemimpin dlm Budhisme
diyakini mendapatkan
mandat untuk bekerja
memenuhi keperluan
orang banyak.
Maka, kekuasaan yg
dimiliki hanya dalam
rangka memenuhi
kewajiban sebagai seorang
pemimpin.
Dalam pandangan Buddhis
pemimpin tidaklah beda
dengan bawahan.
Pandangan mengenai
martabat dan derajat dari
perlakuan yang sama pada
semua manusia, menunjukkan
spirit Buddhisme yang
demokratis.
Bdk. primus inter pares dlm
Gereja.
Ajaran Ki Hajar
Dewantara
Prinsip-prinsip kepemimpinan dlm
kejawen tercermin dalam trilogi
kepemimpinan yg dikenalkan oleh Ki
Hajar Dewantara dengan ungkapan: 
Ing ngarsa sung tulada (di depan
menjadi teladan);
Ing madya mangun karsa (di tengah
membangun semangat – sebagai
animator), dan 
Tut wuri handayani (di belakang
memberi dorongan – sebagai
motivator).
Dengan dimensi spiritual dlm
kepemimpinan di satu pihak
bisa disalahgunakan dlm
egoisme. Artinya, kekuasaan
yg berasal dari Dewa/Allah,
itu dimanfaatkan utk
pembenaran tiraninya.
Apa yg menjadi kehen-
dak pemimpin adalah
kehendak Allah yg
harus dipatuhi.
Dalam sejarah dikenal
misalnya Firaun, Nero.
Nero dikenal dengan
semboyannya, “Orderint,
dum metuant”. Artinya,
biar mereka (rakyat)
benci, asal takut.
Namun di pihak lain dimensi
spiritual kepemimpinan itu
menghasilkan paham
kepemimpinan yg otentik
sbgmn dipopulerkan oleh
Robert K. Greenleaf
sbg pemimpin pelayan
(Leader as Servant).
Kepemimpinan yg
otentik memberi
manfaat bagi
kehidupan.
Sementara
kepemimpinan yg
pencitraan semata
hanya akan melukai
perasaan warga.
 Merebaknya praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme
(KKN) yang dilakukan oleh
banyak pemimpin di
Indonesia merupakan
sebuah ironi yang serius.
 Pasalnya, Indonesia,
berdasarkan Pancasila, dan
sila I: “Ketuhanan Yang
Maha Esa.”

 Dan, sebelum memulai


periode jabatannya, setiap
pemimpin di negeri ini
selalu disahkan
pengangkatannya dengan
ritual “sumpah jabatan” tak
terkecuali Manager Kopdit,
bukan?!

Realitas itu memrihatinkan
dan cukup memadai sebagai
indikasi awal diabaikannya
aspek spiritual dalam praktik
kepemimpinan di negeri ini.
Padahal seorang pemimpin
dituntut memiliki trust di
dalam dirinya, apalagi
Manager Kopdit.
 Bagaimana pemimpin
akan mendapatkan trust
bila ia sendiri tidak setia
pada kebenaran?
 Dalam tradisi Kristiani, ada kontras
antara pemimpin pencitraan dan
pemimpin otentik dalam kasus
penyaliban Yesus.
 Pilatus mempertanyakan “kebenaran”
yang dicanangkan Yesus, karena Pilatus
mau mengaburkan “kebenaran” dengan
tindakan simbolik “mencuci tangan.”
Hukuman berat yg “layak”
dijatuhkan bagi seorang Yahudi
adalah hukuman “rajam,” bukan
“salib”.
Namun, sedemikian nistanya
sosok Yesus yang dituduh telah
menghojat Allah, sehingga orang
Yahudi merasa jijik untuk
menjatuhkan hukuman “rajam”
bagi Yesus.
Karena itu, dipakailah tangan
orang Romawi melalui hukuman
salib.
Tuduhan pun dibuat relevan
dengan bahasa penguasa waktu
itu, yakni subversif.
Yesus dituduh mengaku sebagai
Raja orang Israel, sehingga pada
salib-Nya dituliskan INRI (Iesus
Nazarenus Rex Iudaeorum =
Yesus orang Nazareth [yang
mengaku sebagai] Raja orang
Yahudi).
Model kepemimpinan Pilatus
mengisyaratkan kepemimpinan
yg pencitraan yang berorientasi
pada statusquo kekuasaan, shg
melalaikan keutamaan-
keutamaan yg mestinya melekat
pada sosok pemimpin, seperti
setia pada kebenaran.
Pilatus yg jelas-jelas tidak
menemukan adanya kesalahan
pada Yesus justru menyerahkan
proses penyaliban Yesus pada
bangsa Yahudi dengan
ungkapannya, “Aku tidak
bertanggung jawab atas darah
orang ini!”
Citra Pemimpin yg
“membiarkan,” yg
disimbolkan dengan adegan
cuci tangan tersebut
menjadi cikal-bakal
merebaknya anarkisme di
tengah masyarakat, sbg
buah dari kepemimpinan
yang pencitraan.
Adapun pemimpin otentik yg
berdimensi spiritual ada pada Yesus;
sosok yg berani tidak disukai para
pemuka masyarakat Yahudi, yg
berisiko salib (kebinasaan).
Salib tak terhindarkan bagi
pemimpin yg menyadari bahwa
tanggung jawab kepemimpinannya
tidak semata-mata pada level sosial
kemasyarakatan (horizontal)
melainkan juga pada level ilahi
(vertikal).
Contoh: Nabi
Tak hanya Yesus, ada Banyak tokoh dunia yg Muhammad, Kong Hu
banyak individu yg menerapkan model Cu, Gandhi, Abraham
telah menjadikan kepemimpinan otentik/ Lincoln, Ki Hajar
kepemimpinan pelayan, dan mereka Dewantara dan masih
otentik/pelayan sebagai dianggap sebagai banyak pemimpin besar
falsafah hidupnya. pemimpin besar. lainnya.
Bila pemimpin menyadari dimensi
spiritual kepemimpinannya, ia harus
mempertanggungjawabkannya pada
Yang Ilahi, yang dipercayai sebagai
Yang Mahatahu, baik thdp
kesalahan / kejahatan yg tampak
maupun yg ditutup-tutupi.
Di mata manusia, bisa saja kebenaran
dikaburkan, tetapi tidak demikian di
mata Tuhan.
Di situlah otentisitasnya.
Secara formal, pemimpin
memang diminta melakukan
sumpah jabatan.
Artinya, ia menyadari bahwa
jabatan kepemimpinan tersebut
ia terima dari Atas dan harus
dipertanggungjawabkan kepada
Sang Pemberi Amanah juga.
Robert K. Greenleaf
menyuarakan akan
pentingnya dimensi spiritual
dalam kepemimpinan lewat
bukunya “The Servant as
Leader” yang disusunnya
demi memberikan
sumbangsih bagi
terbentuknya kondisi
masyarakat yg lebih baik,
yakni masyarakat yg lebih
peduli.
Hal yg juga mau dicapai oleh
Kopdit, bukan?!
Menurutnya, apa yang
pertama-tama harus
dilakukan seorang pemimpin
adalah melayani.
Itulah tolok ukur pemimpin
yg sejati.
Pemimpin yg motivasi utama
adalah melayani orang lain.
Servant Leadership
Model pemimpin yg melayani
tidak mengejar citra
melainkan konsisten dan
terus-menerus memicu dan
memacu anggotanya dalam
meningkatkan kompetensi
dan potensi anggotanya.
Selayaknya pelayan,
pemimpin selalu
mengutamakan yang
dilayaninya agar terpenuhi
kebutuhan anggotanya.
Niat atau spirit pemimpin
pelayan seperti itu bertentangan
dengan nafsu akan kekuasaan
yang menjadikan status
pemimpin sebagai peluang
untuk meraup harta melimpah.

Pemimpin pelayan spiritnya


adalah menumbuhkembangkan
anggota yang dilayaninya sebagai
pribadi yang lebih baik (sehat,
bijaksana, mandiri, dan
sebagainya).
Ciri pemimpin pelayan,
yakni respek terhadap
orang lain.
Konkretnya, pemimpin
memahami bahwa setiap
warganya memiliki
kemampuan, bakat, dan
kekuatan yang khas.
Peran pemimpinlah
menumbuh-kembangkan
rasa percaya diri di antara
anggotanya yg masing-
masing memiliki potensi
dan kemampuan yang
khas.
Peran pemimpinlah
menumbuh-kembangkan
rasa percaya diri di antara
anggotanya yg masing-
masing memiliki potensi
dan kemampuan yang khas.
Pemimpin itu memfasilitasi,
memberi kesempatan demi
memaksimalkan potensi dan
kemampuan anggotanya.
Jelas bahwa seorang
pemimpin perlu kedewasaan
yang mesti ditunjukkan
selain mampu menghargai
dirinya sendiri juga
anggotanya.
Jadi, keterlibatan unsur
iman / spiritual dalam
kepemimpinan menjadi
jelas dalam model
kepemimpinan pelayan.
Artinya, semakin
pemimpin itu
menunjukkan
keberimanannya atau
spiritualitasnya, semakin
jelas pula
kepemimpinannya yang
melayani (altruis), bukan
menguasai (egois).
Pemimpin pelayan
memandang masalah apa
saja di dunia sebagai
masalah di sini, di dalam
diri sendiri, bukan di luar
sana.
Kalau pemimpin ingin
mengobati suatu cacat
anggota atau masyarakat,
pemimpin pelayan memulai
proses
perubahan/penyembuhann
ya dari sini, dalam diri
pelayan, bukan di luar
sana. 
Pada intinya pemimpin
pelayan menggunakan
pendekatan jangka
panjang yang memberikan
perubahan kepada
kehidupan dan kerja, demi
menciptakan perubahan
positif di seluruh
kehidupan masyarakat
Jadi, jelaslah bahwa kepemimpinan bukan sekadar soal
popularitas, kekuasaan, keahlian melakukan
pertunjukkan, dan kebijaksanaan dalam perencanaan
jangka panjang semata.
Dalam bentuk yang paling sederhana kepemimpinan
adalah kesediaan utk menyelesaikan sesuatu bersama
orang lain dan membantu / melayanui orang lain
dalam mencapai suatu tujuan bersama.
Kesimpulan
Kepemimpinan Otentik yg
mengakomodir dimensi
spiritual dlm wujud pemimpin
pelayan jelas memberi manfaat
besar dengan spirit kepedulian
seorang pemimpin dengan
kesediaannya utk melayani yg
lain/warganya dlm mencapai
tujuan bersama, yakni bonum
commune/kemaslahatan.
IMPLIKASI:
Perlu ditanamkan di kalangan
pemimpin tentang aspek
spiritual di dalam
kepemimpinan sehingga dapat
memaknai ungkapan
pemimpin pelayan atau leader
as servant.
Revolusi mental pada
hakikatnya adalah revolusi
mental pemimpin agar tidak
lagi minta dilayani, tetapi lebih
berusaha untuk dapat
melayani anggotanya.
REKOMENDASI
Sangat pentinglah bagi Kopdit
utk mengajarkan/menanamkan
dimensi spiritual dlm
kepemimpinan kpd anggotanya,
shg kita boleh berharap bhw para
pemimpin Kopdit di masa kini
dan ke depannya adalah para
pemimpin yg otentik, bukan
pencitraan semata, pemimpin yg
melayani, bukan yg minta
dilayani.
AMIN.

Anda mungkin juga menyukai