02 04
01 03
Nurul Ainum Lestari Riska Nuramelia. R
“Asma sebagai gangguan inflamasi pada saluran dan
hipersensivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan (Alergen)
yang ditandai oleh penyempitan saluran pernafasan yang
reversibel dengan atau tanpa pengobatan”
(GINA, 2014)
(SAIFUDDIN, 2010)
TIPE ASMA
01 02
Asma alergik /ekstrinsik Asma non alergik
Merupakan suatu bentuk asma dengan alergi bulu (Idiopatik) / instrinsik
binatang, debu, ketombek, tepung sari, makanan, dll.
Alergi terbanyak adalan airborne dan musiman. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi saluran
Klien dengan asma alergik biasanya mempunyai nafas atas, aktivitas, emosi/stress, dan polusi
riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat lingkungan akan mencetus setrangan asma.
pengobatan eksim atau rhinitis alergik. Paparan Serangan asma ini menjadi lebih berat dan
terhadap alergi akan menyebabkan asma. Bentuk seringkali dengan berjalannya waktu dapat
asma ini biasanya dimulai sejak kanak-kanak. berkembang menjadi bronkitis dan emfisema.
Bentuk asma ini biasanya dimulai ketika umur ≥
35 tahun
03
Asma Campuran (mixed asma)
Merupakan bentuk asma yang paling sering
ditemui. Dikarakteristik dengan bentuk kedua
jenis asma alergi dan asma non alergik
(idiopatik).
ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu
hal yang menonjol pada semua penderita asma ialah fenomena
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka
terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi. Oleh karena
sifat inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan
baik fisik, kimia, alergi, infeki, dsb.
PATOFISOLOGI
Seseorang dengan asma tipe alergi diduga Efek gabungan dari faktor kemotatik eosinofilik dan
mempunyai kecenderungan untuk membentuk bradikinin akan menghasilkan oedema lokal pada
sejumlah antibodi Ig E abnormal dalam jumlah dinding bronkeolus kecil maupun sekresi mukus
besar dan antibodi ini terutama melekat pada el yang kental dalam lumen brokeolus dan spasme otot
mast yang melekat pada interstisial paru yang polos bronkeolus sehingga menyebabkan tahanan
berhubungan erat dengan bronkeolus dan bronkus saluran nafas menjadi sangat meningkat. Pada asma,
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka diameter bronkeolus lebih berkurang selama
antibodi Ig E dalam tubuh akan meningkat, alergen ekspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
bereaksi dengan antibodi yang sudah terlekat pada selama sekresi paksa menekan bagian luar
sel mast dan menyebabkan sel ini akan bronkeolus.
mengeluarkan berbagai macam zat yang
diantaranya histamin zat anafilaksis yang beraksi
lambat.
FAKTOR PREDISPOSISI
GENETIK
Diturunkannya bakat alergi dari
keluarga dekat 01 PERUBAHAN CUACA
Cuaca yang lembab dan hawa dingin
sering mempengaruhi asma, perubahan
ALERGEN 02 cuaca menjadi pemicu serangan asma
03
Suatu bahan penyebab alergi.
Dimana ini dibagi menjadi 3 yaitu,
inhalasi ialah masuk dalam
pernafasan seperti debu, Ingestan 04
masuk melalui mulut berupa obat MEROKOK / ASAP ROKOK BAGI
dan makanan, Kontakan yang PEROKOK AKTIF MAUPUN PASIF
masuk melalui kontak kulit seperti
perhiasan dan logam. Asap rokok berhubungan dengan
penurunan fungsi paru-paru
LINGKUNGAN KERJA
Mempunyai hubungan langsung
dengan sebab terjadinya asma, hal ini 05
berkaitan dimana ia bekerja OLAHRAGA
Sebagian besar orang akan mendapat
OBESITAS serangan asma karena aktivitas
06 07 berat/bekerja dengan berat. Seperti lari
Mediator tertentu seperti leptin cepat paling mudah menimbulkan
dapat mempengaruhi fungsi serangan asma
saluran nafas dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya asma. 08
Penurunan BB penderita obesitas
STRESS
dengan asma dapat memperbaiki
gejala fungsi paru, morbiditas dan Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinnya
status kesehatan serangan asma, selain itu dapat mempercepat serangan
asma yang sudah ada
KOMPLIKASI PENYAKIT
ASMA PADA KEHAMILAN,
PERSALINAN DAN NIFAS
Schatz dkk. (1998) secara prospektif meneliti gejala dan pemeriksaan spiometri sepanjang kehamilan dan
nifas pada 366 wanita yang mengidap asma. Mereka melaporka bahwa sekitar sepertiga dari pasien
masing-masing membaik, tidak mengalami perubahan atau malah memburuk. Pada studi prospektif
lainnya oleh Stenius-Aarniala dkk. (1988) terhadap 198 kehamilan, hampir 40 % wanita memerlukan
terapi yang lebih intensif untuk asmanya pada suatu kehamilan. Oleh karena itu, sekitar sepertiga wanita
amatik mengalami perburukan penyakit pada suatu saat selama kehamilan mereka (Cunningham; Leveno;
Bloom; Hault; Rouse; Spong, 2013)
Asma dapat mengikuti pola erupa pada kehamilan berikutnya. Karenanya bidan dapat menekankan pada
ibu di masa puerperium tentang keuntungan melakukan konseling prakonsepsi. Dengan demikian, ibu
mampu mencapai kesehatan optimum dan kontrol optimal terhadap asmanya sebelum merencanakan
kehamilan lainnya.
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering
dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan
oksigen atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi
akan berpengaruh pada janin dan sering terjadi keguguran, partus
prematurus, gangguan pertumbuhan janin atau BBLR, lahir mati,
pertambahan BB ibu yang buruk, SC, hipertensi yang diinduksi
kehamilan atau preeklamsia, takipnea sementara pada BBL,
kejang neonatus, hipoglikemia neonatus, masuk ke unit perawatan
insentif neonatus.
1 2 3 4
5 6 7 8
Mars