Anda di halaman 1dari 18

Photo: © ILO/John Hulme

Potensi, Tantangan dan Peluang


Sektor Perikanan Tangkap
Provinsi Jawa Tengah

WIDODO

Untuk mendukung Kontribusi Sektor Perikanan Tangkap


terhadap Peningkatan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja
di Jawa Tengah
INDUSTRIALISASI PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Sektor Kelautan dan • Dampak arus globalisasi,
Perikanan • perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
• karakteristik sumber daya kelautan dan perikanan

Dukungan SDM yang berkualitas

• Pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan ke


depan akan dikembangkan melalui berbagai industri
kelautan dan perikanan yang berorientasi pasar dan
berbasis pada kelestarian lingkungan diperlukan adanya
dukungan IPTEK

KERJA SAMA

• antar instansi/ lembaga pemerintah,


• kemitraan pemerintah dan swasta, serta
• pelaksanaan peraturan perundang-undangan
• mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi
peningkatan pemanfaatan sumber daya kelautan dan
perikanan.
Permasalahan Illegal, Unregulated and Unreported

& IUU Fishing

Kendala Pencemaran laut,

Gejala penangkapan berlebih


(over fishing)

Isu pokok pembangunan Degradasi habitat pesisir


yang menghambat
pembangunan kelautan
dan perikanan Konflik penggunaan
ruang dan sumber daya,

Terbatasnya teknologi kelautan dan perikanan,

Terbatasnya sumber permodalan


Kondisi Potensi Perikanan Tangkap
Provinsi Jawa Tengah mempunyai wilayah seluas 32.284,268 km2 atau sekitar 23,97% dari luas wilayah Pulau
Jawa, terletak pada koordinat antara 60 30’-90 30’ LS dan antara 1080 30’ 1110 30’ BT. Panjang garis pantai
yang dimiliki Jawa Tengah adalah 791,76 km, yang terdiri atas pantai utara sepanjang 502,69 km dan pantai
selatan sepanjang 289,07 km. Selain itu, Jawa Tengah mempunyai 34 pulau-pulau kecil
Kondisi pantai utara Jawa Tengah yang landai dan perairan yang relatif tenang menjadikan pantai utara Jawa
Tengah sebagai daerah yang memiliki cukup banyak sentra nelayan dan penangkapan ikan terutama dengan
skala kecil dan menengah, namun saat ini kondisinya sudah padat tangkap. Di pantai selatan yang berbatasan
dengan Samudera Indonesia masih mempunyai potensi besar untuk perikanan tangkap khususnya untuk
kapal penangkap ikan besar tetapi kondisinya yang curam dengan ombak yang besar mengakibatkan
kurangnya sentra nelayan dan penangkapan ikan di pantai selatan Jawa Tengah.
Perikanan tangkap Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari perikanan tangkap laut dan perikanan tangkap
perairan umum yang mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Perikanan tangkap Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari perikanan tangkap laut dan perikanan tangkap
perairan umum yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Potensi perikanan tangkap laut yang tersebar
di perairan Jawa Tengah sekitar 1.873.530 ton/tahun meliputi Laut Jawa sekitar 796.640 ton/ tahun dan
Samudera Indonesia sekitar 1.076.890 ton/tahun.
Potensi Perikanan Laut dan Daya
Dukungnya
1. Sumberdaya Ikan (Laut dan Darat) di WPP RI (Khusus Jawa tengah WPP712 dan 573)
2. Sarana Penangkapan Ikan utk Produksi Perikanan Tangkap (Armada kapal penangkap/pengangkut ikan, Alat tangkap ikan dan
Alat bantu penangkapan)
3. Prasarana pendukung Pelabuhan dan Tempat Pelelangan Ikan di Provinsi Jawa Tengah tersebar di semua kabupaten/kota
pesisir. Tipe pelabuhan perikanan paling besar yang ada di Jawa Tengah adalah Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), yaitu: PPS
Cilacap. Selain itu, Provinsi Jawa Tengah juga memiliki 1 unit Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yaitu PPN Pekalongan, 9 unit
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), yaitu: PPP Asem Doyong, PPP Bajomulyo, PPP Karimunjawa, PPP Klidang Lor, PPP
Morodemak, PPP Tasikagung, PPP Tawang, PPP Tegalsari, dan PPP Wonokerto, dan sisanya adalah 104 unit Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) yang tersebar di kabupaten/kota pesisir dengan status UPT Daerah
4. Lembaga Teknis Pendukung / UPTD ( 5 UPT) yaitu Unit Pelaksana Teknis BPPI (Balai Penangkapan dan Pelelangan ikan
(Pekalongan, Cilacap dan Pati) , Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan dan Balai Pengujian dan Pengawasan Mutu Hasil Perikanan
yang berfungsi utk pembinaan teknis lintas kab/kota, bimbingan teknis, standarisasi, pengawasan mutu, penangkapan ikan dan
penyelenggaraan pelelangan ikan) serta UPT Pusat (BBPI Semarang dan BBPAP Jepara dan BKIPM Semarang) dan Satker PSDKP
Cilacap dan Pekalongan.
5. Lembaga Pendidikan bidang Kelautan dan Perikanan yang menyiapkan SDM profesional dan kompeten (UNDIP Semarang,
UNSOED Purwokerto) dan Pendidikan Vocasional (SUPM Tegal, SMK Jepara, Rembang, Demak, Kendal, Kebumen, Magelang, dll)
6. Lembaga pengembangan usaha dan ekonomi nelayan (KUD) yg sdh berkembangn untuk dapat mencapai predikat KUD Mandiri
(eks. KUD Makaryo Mino Pekalongan telah mencapai predikat KUD Mandiri Inti)
7. Asosiasi/Puguyuban Nelayan Penangkapan Ikan (Eks. PNKT, Asosiasi Nelayan Purseine, dll) wadah pengembangan usaha
secara bersama)
8. HNSI Daerah Prop. Jateng yang menjadi wadah himpunan nelayan seluruh Indonesia
TANTANGAN JAWA TENGAH UNTUK MENJADI
RAKSASA PERIKANAN (GIANT OF FISHERIES)
Propinsi Jawa Tengah memiliki potensi luar biasa dalam sektor perikanan. Total
volume perikanan tangkap propinsi tersebut berada di urutan ke-8 secara nasional
sebesar 274.469 ton dengan nilai  Rp 8,75 triliun. Adapun untuk perikanan budidaya,
Jawa Tengah ada di urutan ke-5 dengan total volumenya 485.689 ton dengan nilai
10,32 triliun (KKP: 2017). Potensi sumber daya perikanan di propinsi tersebut
sebetulnya masih sangat besar, namun tantangannya juga tidak kalah besar.
Perbedaan tantangan tersebut berbeda di setiap kabupaten/kota. Di pesisir utara
yang menghadap Laut Jawa, masalah yang dihadapi adalah pencemaran lingkungan,
tata ruang laut dan akses penangkapan ikan. Di pesisir selatan, masalah yang
dihadapi adalah infrastruktur penghubung dengan pesisir utara dan dukungan
sarana/prasarana di pelabuhan. Bagi daerah yang memiliki posisi landlocked, masalah
yang dihadapi adalah aksesibilitas transportasi.
Pesisir Selatan Jawa Tengah
• Di pesisir selatan Jawa Tengah, Cilacap merupakan raksasa tidur perikanan. Kabupaten ini
menghadap langsung Samudera Hindia dan merupakan pelabuhan barang satu-satunya di pesisir
selatan Pulau Jawa. Potensi perikanan khususnya ikan tuna (Thunnus sp), yang memiliki nilai ekonomi
tertinggi di dunia sangat luar biasa di perairan Samudera Hindia. Pentingya Samudera Hindia
mendorong komunitas internasional membentuk Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), sebuah
organisasi perikanan internasional yang mengatur tata kelola penangkapan tuna di Samudra Hindia
dan menginduk pada Food and Agriculture Organization (FAO). Indonesia sendiri aktif sebagai
anggota dari organisasi tersebut.

• Dukungan infrastruktur di pelabuhan Cilacap sudah sangat bagus. Dukungan listrik atau energi
sebagai prasyarat utama investasi juga sangat memadai. Sayangnya investasi perikanan di kabupaten
tersebut belum memenuhi harapan. Diperlukan strategi yang berbeda untuk menangani masalah
minimnya investasi bidang perikanan di Cilacap. Selain Cilacap, ada 2 kabupaten lainnya di Jateng
yang menghadap ke Samudera Hindia yaitu Kebumen dan Purworejo. Minimnya investasi juga
dialami oleh kedua kabupaten tersebut.
Pesisir Utara Jawa Tengah
• Permasalahan di pesisir pantai utara Jawa Tengah berbeda dengan pesisir pantai selatan. Masalah
pencemaran, perluasan lahan pemukiman dan industri menurunkan daya dukung pesisir di kawasan
tersebut. Pembangunan tambak di kawasan pesisir tanpa pendekatan ekologi turut mempercepat
penurunan data dukungnya. Meskipun demikian, pesisir pantai utara Jawa Tengah memiliki potensi
perikanan yang luar biasa. Di kawasan tersebut bandeng (Milkfish/Chanos chanos), kepiting rajungan
(Blue crab/Callinectes sapidus), kepiting soka (Scyla serrata) dan udang windu (Giant tiger/Penaeus
monodon) merupakan primadonanya.
• 
• Pendekatan kepada kelompok nelayan diperlukan untuk mendorong pengelolaan kawasan perikanan
tangkap yang ramah lingkungan. Kawasan ramah lingkungan akan menjaga kelestarian sumber daya
perikanan seperti kepiting rajungan (Blue crab). Komoditas tersebut memiliki nilai jual yang tinggi di
pasar ekspor. Apabila dikelola dengan baik, kesejahteraan nelayan di kawasan tersebut akan terjaga.
Kecamatan Morodemak di Kabupaten Demak merupakan contoh bagus keterlibatan nelayan dan
masyarakat pesisir dalam pengelolaan kawasan perairan yang menjadi habitat kepiting rajungan.
UPAYA PEMECAHAN MASALAH
1. Peningkatan peran aktif masyarakat dan pemerintah dalam rangka
percepatan pembangunan sektor Perikanan Tangkap di Provinsi
Jawa Tengah
2. Penyediaan data dan Informasi Potensi Perikanan Tangkap yang
baik dan akurat sebagai dasar pijakan untuk menentukan
perencanaan pembangunan Perikanan Tangkap yang lebih baik
3. Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan Tangkap Daerah
Propinsi Jawa Tengah dalam upaya meningkatkan kontribusi usaha
perikanan tangkap dalam perekonomian dan implementasi
revitalisasi sector perikanan tangkap khususnya.
Program Prioritas
Pembangunan Perikanan Tangkap
1. Pengelolaan SDI yang lestari dan berkelanjutan,
2. Pembinaan dan pengembangan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan dan
pengawakan kapal perikanan
3. Pengembangan, pembangunan dan pengelolaan Pelabuhan Perikanan
4. Pelayanan usaha Perikanan Tangkap yang efisien, tertib dan berkelanjutan
5. Pengembangan usaha penangkapan ikan dan pemberdayaan nelaya skala
kecil
6. Peningkatan dukungan manajemen
Program Prioritas tsb disesuaikan dengan tujuan utama pilar pembangunan
nasional, yaitu : pro growth, pro environment, pro poor dan pro job.
Pro-Growth (Ekonomi)
1. Investasi Usaha Perikanan Tangkap Terpadu
2. MINAPOLITAN Perikanan Tangkap
3. Penghapusan Retribusi Perikanan
4. Pengelolaan Prasarana Perikanan Tangkap
Pro-Environment (Lingkungan)
1. Pemulihan Stok dan Habitat SDI
2. Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) Daerah
Pro-Poor (Sosial)
1. Sertifikias Hak Atas Tanah (SeHAT) Nelayan
2. Penyaluran permodalan (skema kredit) melalui jasa pegadaian,
3. Penyaluran permodalan melalui KUR dan KKP-E (jasa perbankan) utk UMKM dan
koperasi nelayan
4. Asuransi kapal perikanan (penjamin kredit) kerjasama asuransi dan perbankan
5. Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap untuk
meningkatkan usaha dan memberdayakan nelayan
6. Perlindungan Sosial bagi nelayan (bimbingan teknis perlindungan dan keselamatan
nelayan) implementasi Inpres 15/2011 tentang Perlindungan Nelayan
7. Kelembagaan usaha perikanan tangkap skala kecil (Kelompok Usaha Bersama/KUB)
8. Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN) secara lintas kemeneterian/lembaga
Pro-Job ( Upaya Penyerapan Tenaga
Kerja)
1. Lapangan Kerja (Galangan kapal, perbengkelan, pengrajin Alat
tangkap, logistic mel;aut, perdagangan ikan, pengolahan hasil
perikanan dan usaha terkait lainnya)
2. Kartu Nelayan (peningkatan pembinaan skaligus perlindungan
profesi nelayan)
3. Diversifikasi Usaha (mendapatkan penghasilan tambahan selain
kegiatan usaha penangkapan ikan) untuk mengembangkan usaha
ekonomi produktif (kegiatan bimtek, pelatihan kewirausahaan,
fasilitasi permodalan, fasilitasi sarana penunjang kegiatan usaha dll)
UPAYA REVITALISASI
SEKTOR PERIKANAN TANGKAP
• Diperlukan pembentukan badan usaha milik daerah (BUMD) yang khusus mendukung usaha dan menngkatkan
perekoniomian khususnya pengelolaan sector perikanannya. Kehadiran BUMD sangat diperlukan terlebih
apabila tidak ada pihak lain yang terlibat dalam pengembangan usaha bidang tertentu yang dibutuhkan oleh
masyarakat di kawasan tersebut. BUMD harus hadir sebagai solusi untuk mendorong peningkatan nilai ekonomi
di kawasan.

• Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
dicantumkan bahwa pendirian BUMD diprioritaskan untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi,
karakteristik dan potensi daerah yang bersangkutan.

• Selain itu diperlukan pembentukan kemitraan yang terukur antara BUMD dengan BUMN untuk
mengembangkan sektor perikanan di Jawa Tengah. Titik kritisnya adalah pada kemampuan pengelolaan BUMD
itu sendiri. Dukungan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di BUMD merupakan kata kuncinya
untukpenyerapan tenaga kerja yang kompeten dan profesional. Tanpa dukungan SDM yang handal di bidang
perikanan, akan sulit bagi BUMD untuk menghasilkan manfaat bagi pengembangan sektor perikanan.
UPAYA REVITALISASI
SEKTOR PERIKANAN TANGKAP
• Ketersediaan infrastruktur juga harus dimanfaatkan secara optimal oleh Pemerintah
Daerah dengan mendorong optimalisasi usaha dan investasi perikanan di Jawa
Tengah. Selesainya pembangunan jalan tol Trans Jawa merupakan pengungkit dari
pertumbuhan ekonomi berbagai sektor khususnya perikanan dan dapat
menciptakan efek ganda tidak hanya dari sisi akses pasar namun juga peningkatan
gizi masyarakat dan kesejahteraan pemangku kepentingan di sektor perikanan.

• Pemanfaatan teknologi informasi untuk mendorong peningkatan akses pasar dari


produk perikanan Jawa Tengah ke berbagai wilayah di Indonesia maupun
mancanegara. Perkembangan bisnis e-commerce yang diikuti oleh bisnis rintisan
yang berbasis teknologi (start-up) di Indonesia yang berkembang pesat dapat
menunjang perkembangan akses pasar produk perikanan di Jawa Tengah.
• Dukungan infrastruktur, perkembangan teknologi digital, kehadiran
BUMD dan pembangunan sektor perikanan yang berbasis pada
kelestarian sumber daya alam akan mendorong peningkatan usaha
dan investasi yang berkesinambungan. Hal tersebut akan mendorong
perkembangan di sektor lain seperti jasa pariwisata, ekonomi kreatif
dan lainnya. Kondisi tersebut akan mendukung berkembangnya Jawa
Tengah sebagai raksasa perikanan nasional.
Questions
& Comments

Anda mungkin juga menyukai