Anda di halaman 1dari 20

Metabolisme Hara Mineral

Kuliah Pertemuan ke-9


Proses penyediaan dan absorpsi senyawa kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme disebut
nutrisi dan senyawa kimia yang dibutuhkan oleh suatu organisme disebut hara (nutrient). 
Mekanisme yang mengubah hara menjadi energi disebut proses metabolisme
 
Siklus Nitrogen
 Proses transformasi nitrogen terdiri dari mineralisasi
(aminonification), nitrifikasi, denitrifikasi, fiksasi nitrogen, asimilasi
(penyerapan oleh tanaman dan bakteri), serta proses lain yang
mendukungnya.
 Proses mineralisasi, penyerapan oleh tanaman, nitrifikasi dan
dissimilatory nitrate reduction to ammonium (DNRA) merupakan
proses perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain dari Nitrogen.
 Proses denitrifikasi dan ammonia volatilisation merupakan proses
export dan menghasilkan jumlah kehilangan Nitrogen dari sistem.
 Fiksasi Nitrogen merupakan proses yang penting yaitu proses
penangkapan Nitrogen dari atmosfer menuju daratan dan ekosistem
air.
Bentuk nitrogen yang umum diserap oleh tanaman adalah NO3- dan
NH4+.
Berdasarkan hal tersebut asimilasi nitrogen dibedakan antara
asimilasi nitrat (NO3 ) dan asimilasi amonium (NH4 ).
- +

Dalam asimilasi nitrat, nitrat yang diabsorpsi direduksi menjadi


ammonium melalui 2 reaksi berturut-turut yaitu : pertama, nitrat
menjadi nitrit dengan enzim nitrat reduktase dan kedua, nitrit
direduksi menjadi ammonium dengan enzim nitrit reduktase. Secara
garis besar urutan reaksi asimilasi nitrat sampai menjadi protein
adalah sebagai berikut :
 
Fiksasi Nitrogen (N2) Biologis
 Nitrogen terkandung di udara dalam jumlah yang sangat besar, tetapi
dalam bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara
langsung (N2).
 Bakteri tertentu dapat menambat N udara menjadi amoniak (NH3).
Menurut perkiraan jumlah N yang terfiksasi secara biologi oleh
bakteri dan ganggang hijau-biru adalah 3-4 kali lebih banyak yaitu
kurang lebih 5 x 107 ton/tahun dibanding dengan N yang terfiksasi
secara buatan (pabrik).
Menurut hubungannya dengan tanaman, Evans dan Barber (1977 dalam
Marschner, 1986) mengelompokkan mikroorganisme yang mampu memfiksasi
N2 dari udara menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Kelompok yang hidup bersimbiosis dengan tanaman legum (Rhizobium)


memiliki kontribusi yang paling besar dalam menyumbang N tanah (57-600
kg N/ha/tahun)
2. Kelompok yang hidup berasosiasi dengan tanaman (Azospirillium,
Azotobacter) hanya member kontribusi N sebesar 12-313 kg N/ha/tahun)
3. Kelompok yang hidup bebas di dalam tanah, merupakan kelompok yang
member kontribusi terkecil yaitu 0,1-25 kgN/ha/tahun.
 Organisme pemfiksasi N2 terdiri atas organisme asimbiotik (hidup bebas), simbiotik (pembentuk
bintil) dan simbiotik (tidak membentuk bintil).
 Golongan asimbiotik (hidup bebas) terdiri atas bakteri (bakteri aerobik seperti Azotobacter dan
Azospirillum serta bakteri anaerobik seperti Clostridium pasteureanum, Rhodospirilum dan
Chromatium) dan ganggang hujau-biru (Nostoc dan Anabaena).
 Golongan simbiotik (pembentuk bintil) terdiri atas Rhizobium (berhubungan dengan legume),
Actinomycetes, ganggang hijau biru dan pembentuk bintil daun (filoster) pada tanaman berkayu di
hutan tropis.
 Sedangkan golongan simbiotik (tidak membentuk bintil) terdiri atas ganggang hijau biru, berasosiasi
dengan paku-pakuan (Azolla) dan dengan lumut, bakteri (Azotobacteracea), berasosiasi dengan
rumput-rumputan contohnya Azotobacter paspali dan Azospirillum brasilense.
 
PEMBENTUKAN NODUL AKAR
NODULASI PADA LEGUM
Rhizobium Nodul Akar
Proses terbentuknya bintil akar adalah sebagai berikut :
 Akar mengeluarkan suatu substansi yaitu triptofan dan juga lektin.
 Lektin dapat menarik rhizobium, sehingga bakteri mengenali tanaman
inangnya.
 Deformasi (perubahan bentuk bulu akar yaitu membelok atau bercabang),
mungkin sebagai respon terhadap asam indol asetat (IAA).
 Bakteri mengeluarkan enzym poligalakturonase yang bersama dengan IAA
Oksidase menyebabkan plastisitas dinding sel akar rambut bertambah.
 Pembentukan benang infeksi untuk mentransfer sel-sel bakteri ke dalam
korteks akar.
 Pelepasan bakteri kesel-sel korteks.
 Pembentukan meristem bintil dan perluasan bintil dengan pembelahan sel-sel
korteks sehingga bakteri terbungkus membrane.
 Pembesaran sel-sel korteks yang terinfeksi di bagian dalam bintil menjadi
kakteroid, kemudian mensintesis Leghemoglobin dan Nitrogenase.
 Dalam bintil yang lebih tua, hilangnya selubung bakteroid (bakteri bintil) dan
aktivitas nitrogenase dengan mulainya proses penuaan.
EKOLOGI RHIZOBIA

SIKLUS HIDUP RHIZOBIA


1.Fase Saprofitik
2.Fase Infektif
3.Fase Simbiotik

1. Fase Saprofitik
 Hidup bebas di dalam tanah
 Tanaman inang legum “Rhizosphere Effect”
 Dipengaruhi faktor lingkungan: tanah marginal
 Screening terhadap strain yang toleran, misalnya
Acid-tolerant Rhizobia
 “Interactive Effect” penting:
Introduksi rhizobia pada tanah non-steril: populasi
rhizobia menurun dengan cepat
Hubungan Rhizobia dan lingkungan:
Adanya Rhizobium dan Bradyrhizobium tertentu
berkaitan dengan legum inang tertentu.
2. Fase Infektif

 Interaksi 2 partner simbion terjadi pada level ‘gene expression’


saling mengirim sinyal untuk mengaktifkan gen simbiotik  pada
awal infeksi.
 Proses awal infeksi: fase paling sensitif terhadap stress
lingkungan: kemasaman dan salinitas
 Tejadi persaingan antar strain Rhizobia dalam menempati nodul
3. Fase Simbiotik
Populasi rhizobia menunjukkan:
 Keefektifan yang beragam dalam menambat N udara
 Fase critical Rhizobia tergantung pada tanaman inang (legum)
 Ketahanan rhizobia pada fase simbiotik :
hasil dari persaingan antar strain selama fase
infektif.
Taxonomy of Rhizobia
Genus Species Host plant
Rhizobium leguminosarum bv. trifolii Trifolium (clovers)
“ bv. viciae Pisum (peas), Vicia (field
“ bv. phaseoli beans), Lens (lentils),
tropici Lathyrus
etli Phaseolus (bean)
Phaseolus (bean), Leucaena
Phaseolus (bean)
Sinorhizobium meliloti Melilotus (sweetclover),
fredii Medicago (alfalfa), Trigonella
saheli Glycine (soybean)
teranga Sesbania
Sesbania, Acacia
Bradyrhizobium japonicum Glycine (soybean)
elkanii Glycine (soybean)
liaoningense Glycine (soybean)
Azorhizobium caulinodans Sesbania (stem nodule)
‘Meso rhizobium’ loti Lotus (trefoil)
huakuii Astragalus (milkvetch)
ciceri Cicer (chickpea)
tianshanense
mediterraneum Cicer (chickpea)
[Rhizobium] galegae Galega (goat’s rue),
Leucaena
Photorhizobium spp. Aeschynomene (stem nodule)
Selain asimilasi nitrogen, dalam tubuh tanaman terjadi pula asimilasi
sulfat, fosfat, dan kation.
Sulfur yang terdapat dalam tanaman terutama berasal dari absorpsi ion
sulfat (SO4-) oleh akar dan sejumlah kecil gas SO2 diserap melalui daun.
Sebelum diasimilasi SO2 diubah dahulu menjadi ion sulfat sehingga
asimilasi SO2 dan SO4- tercakup dalam satu proses yang sama. Asimilasi
sulfat terdiri dari 3 langkah yaitu :
1. Proses aktifasi : (SO4-) + ATP ------------- APS +ATP +APS
2. Proses Reduksi: APS + R-SH ------------- R – S – SO3-
3. Proses Asimilasi: R – S – SO3- ------------- R – S – S-
Dimana APS = bentuk sulfat aktif, PAPS = sulfat yang dapat diakumulasikan
dalam sel tumbuhan dan R – S – S- = asam amino yang mengansung sulfur.
Fosfat dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk H2PO4= dan PO4= dan
dipengaruhi oleh pH. Asimilasi fosfat berhubungan dengan fosforilasi
oksidatif.

Hara mineral yang diserap oleh akar dalam bentuk anion seperti N, P dan S
mengalami perubahan metabolisme yang drastis dalam proses asimilasi,
sedangkan hara yang diserap dalam bentuk kation hanya diasimilasi secara
sederhana melalui pembentukan ikatan elektrostatika atau ikatan gabungan

Anda mungkin juga menyukai