Anda di halaman 1dari 32

PT.

INDONESIA TOPPAN PRINTING

Pelatihan Internal Halal Dan


Sistem Jaminan Halal
Oleh Lisa hersasi
Pokok Bahasan
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

 Mengapa Halal Penting ?


 Regulasi terkait Halal di Indonesia
 Konsep Halal-Haram-Najis
 Alasan dan Manfaat Penerapan Sistem Jaminan Halal
 Proses dan penerapan Sistem Jaminan Halal
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Mengapa Halal Penting?


Kebutuhan Pasar Halal
 Populasi muslim di dunia: 28,68% dari populasi dunia atau 2,18
miliar (muslimpopulation.com, 2019)

 Populasi muslim di Indonesia 87,18% dari 267,000,000


penduduk Indonesia (sensus 2019) → populasi muslim terbesar
di dunia

 Permintaan pasar untuk produk-produk Islam sangat besar

 Halal menjadi issue yang sangat sensitif di Indonesia

 Tren Wisata Halal yang mulai mendunia


PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

REGULASI HALAL DI
INDONESIA
UU No. 33 / 2014 - JAMINAN PRODUK HALAL
Semua Produk wajib
bersertifikat halal (Pasal
4), kecuali untuk Kewajiban bersertifikat
produk halal bagi Produk yang
beredar dan
Haram (Pasal 26).
diperdagangkan di wilayah
Indonesia sebagaimana
Produk : barang dan/atau dimaksud dalam Pasal 4
jasa yang terkait dengan mulai berlaku 5 (lima)
makanan, minuman, obat, tahun terhitung sejak
kosmetik, produk kimiawi,
produk biologi, produk
Undang-Undang ini
rekayasa genetik, serta diundangkan (Pasal 67).
barang gunaan .....
(Pasal 1.1).
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Konsep
Halal-Haram

Halal-Haram adalah bagian dari ajaran Islam


 Aturan Halal-Haram tercantum dengan jelas dalam Al-Quran dan Al-Hadits
 Menerapkan aturan halal-haram adalah wajib bagi seluruh muslim
 Hukum halal-haram berdasarkan perbuatan dan benda
 Hukum asal benda adalah mubah (boleh) selama tidak ada dalil yang
mengharamkan (Halal - Haram)  menjadi dasar dalam proses Sertifikasi
Halal
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

DEFINISI

Halal
Sesuatu yang dibolehkan menurut ketentuan Syariat Islam.
Segala sesuatu halal kecuali dilarang di Qur’an dan Hadits

Thayib
Sesuatu yang baik, suci/bersih, tidak berbahaya bagi kesehatan

Halal harus selalu dikombinasikan dengan Thayyib


HALALAN THAYYIBAN
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

HARAM
Sesuatu yang dilarang menurut ketentuan Syariat Islam
Dilarang di Al-Quran QS Al-Baqarah 173 :

Binatang yang disembelih dengan


Babi Bangkai Darah menyebut nama selain Allah

Khamr (Al - Baqarah:219)

Hewan buas atau bertaring, hewan Bagian tubuh manusia


menjijikkan, hewan yang hidup di dua alam

Semua hewan yang berasal dari laut atau hidup


Pengecualian
di air adalah halal walaupun tidak disembelih
HR. Bukhari - Muslim
Najis :
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

“Suatu kotoran yang dapat menyebabkan tidak sahnya ibadah”

Jenis Najis Contoh Cara Mensucikan


1. Berat Jilatan (air liur) Anjing, Dibasuh 7x dengan air
Babi dan turunannya yang salah satunya
dicampur tanah/bahan
pembersih kimia.

2. Sedang Bangkai, produk turunan hewani Dicuci hingga hilang


yang tidak diketahui status halalnya, warna, bau dan rasa
darah, khamr, kotoran hewan, dll najisnya.

3. Ringan Air kencing bayi laki2 yg hanya Diperciki air atau dengan
minum ASI lap basah.

• Mutanajis : benda yang terkena najis  haram


• Bahan/produk halal yang terkena najis menjadi haram..!
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Apa itu Produk Halal ?


Produk yang diproduksi dari bahan yang halal di
fasilitas yang tidak terkontaminasi bahan haram/najis

Fasilitas
Bahan produksi tidak Produk
terkontaminas
Halal i bahan Halal
haram/najis
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Cara Memutuskan Status Kehalalan Produk


Gabungan antara Ulama dan Ahli sains

AUDITOR HALAL Majelis Ulama Indonesia (MUI)


Ulama di Komisi Fatwa MUI
Auditor (Scientist)
- Menemukan fakta Memberikan Fatwa terhadap
kandungan produk status hukum dari produk.
dan menelaah dari sisi Keluaran dari Fatwa adalah
sains dan teknologi. menjelaskan status kehalalan
- Sebagai saksi terhadap dari produk berdasarkan
proses produksi secara hasil audit dari LPPOM
menyeluruh dan
penerapan SJH di MUI.
perusahaan.

Sertifikat Halal Produk


PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

ALASAN DAN MANFAAT PENERAPAN SJH

1. Menjamin kehalalan produk selama berlakunya


Sertifikat Halal MUI.
2. Timbul kesadaran internal dan perusahaan memiliki
pedoman kesinambungan proses produksi halal.
3. Memberikan Jaminan dan ketentraman bagi
masyarakat dan meyakinkan masyarakat
bahwa produk konsisten halal selama
masa berlaku sertifikat halal.
4. Mencegah kasus ketidakhalalan produk bersertifikat
halal.
5. Mendapatkan Reward
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Proses penerapan
Sistem Jaminan
Halal (SJH)
Kriteria
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Sistem Jaminan Halal


1. Kebijakan Halal
2. Tim Manajemen Halal
3. Pelatihan
4. Bahan
5. Produk
6. Fasilitas Produksi
7. Prosedur tertulis untuk aktivitas kritis
8. Kemampuan Telusur
9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria
10. Audit Internal
11. Kaji Ulang Manajemen
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

KEBIJAKAN
HALAL
Kebijakan halal: Komitmen tertulis untuk menghasilkan produk
halal secara konsisten, sesuai dengan proses bisnis perusahaan
a. Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan
halal
b. Kebijakan halal harus didiseminasikan/disebarkan
kepada manajemen, tim manajemen halal,
karyawan dan pemasok Contoh cara diseminasi: pelatihan,
briefing, penempatan di tempat
strategis, poster/banner, buku saku, email, website internal

c. Bukti diseminasi kebijakan halal harus dipelihara


Contoh : daftar hadir pelatihan, notulen briefing karyawan,
pemasangan poster, banner, buku saku, daftar email yang dikirim
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

TIM MANAJEMEN
HALALorang yang bertanggung jawab
Sekelompok
terhadap perencanaan, implementasi, evaluasi
dan perbaikan SJH di perusahaan

a. Manajemen puncak harus menetapkan tim manajemen halal dengan disertai


bukti tertulis
b. Tim manajemen halal harus merupakan karyawan tetap perusahaan dan
diutamakan seorang muslim

c. Tanggung jawab dan wewenang tim manajemen halal harus diuraikan dengan
jelas

d. Tim manajemen halal harus kompeten dalam menerapkan persyaratan sertifikasi halal
HAS 23000 sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawabnya masing-masing.

e. Manajemen puncak harus menyediakan sumber daya yang


diperlukan oleh tim manajemen halal
Tim Halal ITP
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

MANJEMEN PUNCAK/
TOP MANAJEMEN

K. OGAWARA

KOORDINATOR TIM
MANAJEMEN HALAL
LPPOM MUI
LISA HERSASI

TECHNICAL/R&D PURCHASING QUALITY CONTROL LOGISTIC/DELIVERY WAREHOUSE RM PRODUKSI QUALITY ASSURANCE

YUSUF H WENY A WAHYUDI WYMLEY S KELIK G ASEP S ANGGRA D


PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Untuk Sistem Halal, ada istilah KaHI (Koordinator Halal Internal)


minimal harus mendapatkan Training sebagai Penyelia Halal.
Penyelia Halal
1. Kompeten sebagai penyelia halal (lihat Tugas Penyelia Halal)
2. Mampu menyiapkan, menerapkan dan mengevaluasi Sistem Jaminan
Halal (SJH)
Berdasarkan UU JPH No. 33 tahun 2014 dan PP No. 31 tahun 2019,
Penyelia halal adalah orang yang bertanggung jawab terhadap Proses
Produksi Halal (PPH)  bagian dari tim manajemen halal di SJH
Tugas Penyelia Halal:
3. Mengawasi dan mengoordinasikan PPH di perusahaan
4. Menentukan tindakan perbaikan dan pencegahan
5. Mendampingi auditor halal pada saat pemeriksaan/audit

Asesmen (Uji Kompetensi) merujuk ke SKKNI No. 215 tahun 2016 Bidang
Penjaminan Produk Halal yang mengatur tentang kriteria standar kompetensi
kerja Penyelia Halal
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

PELATIHA
N
Kegiatan peningkatan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap
untuk mencapai tingkat kompetensi yang diinginkan
KATEGORI PELATIHAN:
Pelatihan eksternal: pelatihan HAS 23000
yang diselenggarakan oleh atau atas nama
LPPOM MUI

Pelatihan internal: pelatihan HAS 23000 yang


diselenggarakan oleh internal perusahaan
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

PELATIHA
N
a. Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan pelatihan untuk
semua personel yang terlibat dalam aktifitas kritis, termasuk karyawan baru

Prosedur dapat berisi tujuan, jadwal, peserta, trainer, materi, evaluasi kelulusan

b. Pelatihan eksternal harus diikuti oleh salah satu tim manajemen halal setidaknya sekali
dalam dua tahun

c. Pelatihan internal harus dilaksanakan setidaknya setahun sekali

d. Trainer internal harus telah lulus pelatihan HAS 2300 (eksternal/internal)

e. Hasil pelatihan internal harus dievaluasi untuk memastikan kompetensi


peserta pelatihan

f. Bukti pelaksanaan pelatihan (eksternal/internal) harus dipelihara


Contoh : daftar hadir, materi pelatihan, post test, laporan kelulusan, sertifikat pelatihan
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

BAHAN
LINGKUP BAHAN :
• Bahan Baku (Raw Material) dan
• Bahan Tambahan (Additives)
• Bahan Penolong (Processing Aid)
BAHAN
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Kriteria Bahan 1 :
Bahan memenuhi kriteria terkait asal-usul atau penggunaannya
a. Bahan tidak boleh berasal dari bahan haram / najis
• babi dan turunannya
• Khamr (minuman beralkohol) -rhum, angciu, mirin
• Hasil samping Khamr yg diperoleh dari pemisahan secara fisik, cth ; Iso Amyl
Alkohol (utk Flavor, Fragrance)
• Darah, bangkai hewan, hewan buas
b. Bahan bebas dari kontaminasi bahan haram/najis
• Bahan tidak boleh bercampur dengan bahan haram/najis
--- berasal dari bahan tambahan, bahan penolong
• Bahan tidak boleh dihasilkan dari fasilitas produksi yang juga digunakan
untuk membuat produk yang menggunakan babi atau turunannya sebagai
salah satu bahan --- Pernyataan Pork Free Facility
c. Bahan yang merupakan produk microbial harus memenuhi
persyaratan
• Kultur microba bukan hasil rekayasa genetika dari babi
• Media pertumbuhan microba harus Halal - umumnya dari pepton sapi
(cara penyembelihan??)
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

BAHAN
Kriteria Bahan 2 : Bahan kritis harus dilengkapi dengan dokumen pendukung yang
cukup
Kategori Bahan Kecukupan Dokumen Bahan Contoh Bahan
1. Tidak Kritis Tidak perlu dokumen. SK LPPOM MUI terkait positive list*
(Positive List) Contoh: sayuran segar, air murni, susu
murni, telur asin, bihun kering, TBHQ
2. Kritis dan SH MUI atau lembaga yang • Daging dan produk turunan hewani,
harus ber- diakui MUI* contoh sosis, beef powder, gelatin
Sertifikat Halal SH MUI bisa diganti dengan • Bahan dengan proses rumit atau bahan
(SH) printscreen pencarian yang banyak, contoh flavor, fragrance,
produk halal di database seasoning, premiks vitamin
LPPOM MUI, Jurnal Halal • Bahan yang sulit ditelusuri
atau aplikasi kehalalannya, contoh whey, laktosa

3. Kritis namun Dokumen diterbitkan oleh Selain bahan no. 1 & 2.


tidak harus produsen dan ada informasi Contoh: flavor/fragrance dari campuran
berSertifikat sumber semua bahan essensial oil, soya lechitin, bawang
Halal kritis. Contoh: spesifikasi, goreng, telur bubuk, emulsifier nabati,
MSDS, flowchart, gelatin ikan, tahu sutra, vitamin kimia,
pernyataan, kuesioner produk mikrobial sederhana
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

BAHAN
Kriteria Bahan 3 : Perusahaan memiliki mekanisme untuk menjamin keberlakuan
dokumen pendukung bahan
• Harus tersedia mekanisme untuk memastikan dokumen pendukung
bahan yang digunakan, selalu masih berlaku dan diterbitkan oleh
pihak yang diakui
• Mekanisme dapat berupa pemeriksaan secara berkala masa berlaku
Sertifikat halal bahan atau sistem peringatan dini yang
memberitahukan jika masa berlaku dokumen bahan akan segera
berakhir -- selanjutnya memintakan sertifikat halal baru.
PRODUK
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Produk pada industri pengolahan: produk


yang didaftarkan untuk sertifikasi halal, baik
berupa produk retail, non retail, produk akhir,
produk antara (intermediet)

Produk pada restoran/katering: semua menu


yang disajikan, baik dibuat sendiri oleh
perusahaan maupun menu yang dibeli dari
pihak lain, termasuk menu titipan/ rekanan,
menu musiman dan menu ekstra

Kriteria produk : Nama produk, karakteristik/profil sensori produk, bentuk


produk, merk/brand pada produk retail, kadar etanol, produk kosmetik, produk
yang dikemas ulang atau diberi label ulang
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

FASILITAS
PRODUKSI

Semua lini produksi dan peralatan pembantu yang digunakan untuk menghasilkan
produk, baik milik sendiri atau menyewa dari pihak lain
1.  mencakup bangunan, ruangan, mesin, peralatan utama, peralatan pembantu sejak
penyiapan bahan, proses utama, hingga penyimpanan produk
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis

• Seleksi Bahan Baru


• Pembelian Bahan
• Pengembangan Produk Baru
• Pemeriksaan Bahan Datang
• Produksi
• Pencucian Fasilitas Produksi
• Penyimpanan dan Penanganan Bahan &
Produk
• Transportasi
• Pemajangan (Display) dan Penyajian
• Pengembangan Dapur/Outlet Baru
Khusus restoran &
• Aturan Pengunjung katering
• Aturan Karyawan
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Kemampuan Telusur
 Harus tersedia prosedur yang menjamin ketertelusuran
produk
yang disertifikasi.
 Maksud ketertelusuran:
Selalu dapat dibuktikan bahwa produk yang
disertifikasi berasal dari bahan yang disetujui
(termasuk jika ada pengkodean bahan/produk) dan
diproduksi di fasilitas yang memenuhi kriteria.
 Bukti ketertelusuran produk/menu harus dibuat dan
dipelihara
 dapat berupa catatan produksi, catatan kedatangan
bahan,data terkait stok bahan
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

Penanganan Produk yang


Tidak Memenuhi Kriteria
 Harus tersedia prosedur untuk menangani produk yang
tidak memenuhi kriteria  memuat definisi yang tepat
tentang produk yang tidak memenuhi kriteria dan cara
menanganinya
Definisi: produk yang sudah disertifikasi tetapi terlanjur
diproduksi dari bahan yang tidak disetujui dan/atau
diproduksi di fasilitas yang tidak memenuhi kriteria
Produk yang tidak memenuhi kriteria dapat diidentifikasi dari
audit internal, audit pemasok, pemeriksaan mutu produk rutin
atau analisis laboratorium
Prosedur ini bersifat antisipatif  karena kemungkinan
kesalahan
selalu ada
10. Audit Internal
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

“Verifikasi pemenuhan 11 kriteria yang dilakukan oleh auditor


dari
internal perusahaan”
 Harus tersedia prosedur audit internal
 Audit internal harus dilakukan setidaknya 2x setahun
(khusus outlet, boleh bergiliran, tidak 2x setahun)
 Ruang lingkup audit internal sesuai lingkup penerapan SJH 
kantor pusat, pabrik sendiri/maklon, dapur pusat/cabang,
gudang pusat/cabang, outlet
 Pelaksanaan audit internal dapat diintegrasikan dengan audit
sistem lain (jadwal, personel, check list)
 Auditor internal harus kompeten dan independen terhadap
area yang diaudit
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

11. Kaji Ulang Manajemen


“Evaluasi efektifitas pelaksanaan SJH oleh manajemen
puncak”
 Harus tersedia prosedur kaji ulang manajemen
 Harus dilakukan setidaknya 1x setahun
 Pelaksanaan dapat diintegrasikan dengan kaji ulang sistem
lain
 Bahan kaji ulang manajemen: hasil audit internal, audit
eksternal, hasil kaji ulang sebelumnya, dan adanya
perubahan dalam perusahaan yang mempengaruhi
pelaksanaan SJH
 Hasil kaji ulang harus disampaikan kepada pihak yang
bertanggungjawab terhadap implementasi SJH
 Bukti kaji ulang harus dipelihara
Contoh: notulen dan daftar hadir kaji ulang
PT. INDONESIA TOPPAN PRINTING

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai