Anda di halaman 1dari 35

PERUNDANG-UNDANGAN

KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA

DI SUSUN OLEH :
LALU ABDURRAHMAN FIRDAUS
NIM: 2011016
PROGRAM STUDIS-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG
TUAH SURABAYA
2021
Pendahuluan
• Kesehatan dan Keselamatan kerja
harus mempunyai landasan hukum
agar hak-hak hukum pelaksana dan
tenaga kerja sendiri terlindungi
• pelaksanaan perlindungan dan
perawatan tenaga kerja terhadap
kesehatan dan keselamatan di
tempat kerja perlu dijamin
penyelenggaraannya
• Pelaksanaan pelayanan K3 didasari oleh hak
setiap tenaga kerja yang dalam
melaksanakan pekerjaannya untuk
mendapat perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerjanya
• Untuk melaksanaan hal tersebut perlu
diketahui pembinaan norma-norma
perlindungan kerja.
• Pembinaan norma-norma perlindungan
kerja diwujudkan dalam undang-undang
dan peraturan K-3 yang memuat ketentuan-
ketentuan umum tentang keselamatan dan
kesehatan kerja serta hal-hal lainnya yang
terkait dengan keselamatan dan kesehatan
pekerja, serta pelaksana dari program K-3
tersebut.
Acuan awal penyusunan
• Veiligheidsreglament tahun
1910
• Undang-undang nomor 14
tahun 1969 tentang ketentuaan
pokok mengenai tenaga kerja
• Undang-undang no. 1 tahun
1970 tentang keselamatan
kerja
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan anda mampu
memahami perundang-undangan K3 yang terdiri dari :

• Undang-undang
• Peraturan Menteri
• Peraturan Pemerintah
• Keppres
• Kepmen/Permen
Undang-undang
• UU UAP tahun 1930
• UU no 3 tahun 1969
• UU no. 14 tahun 1969
• UU no. 1 tahun 1970
• UU no. 3 tahun 1992
• UU RI no. 25 tahun 1997
• UU no. 13 tahun 2003
Peraturan Pemerintah
• Peraturan UAP tahun 1930
• PP RI no. 7 tahun 1973
• PP RI no. 19 tahun 1973
• PP RI no. 11 tahun 1975
• Kepres RI no 22 tahun 1993
Peraturan Menteri
• PM perburuhan no. 7 tahun 1964
• Permenaker no 1 tahun 1976
• Permenaker Transkop no. 1
tahun 1978
• Permenaker no. 3 tahun 1978
• Permenaker no. 1 tahun 1979
• Permenaker 01/1980
• Permenaker 02/1980
• Permenaker 04/1980
• Permenaker 01/1981
• Permenaker 01/1982
• Permenaker 02/1982
• Permenaker 03/1982
• Permenaker 03/1985
• Permenaker 04/1985
• Permenaker 05/1985
• Keputusan bersama menaker dan
Men PU no.174/1986
• Permenaker 04/1987
• Permenaker no. 01/1988
• Permenaker 04/1988
• Permenaker 01/1989Permenaker
02/1989
• Permenaker 02/1992
• Permenaker 04/1995
• Permenaker 05/1996
• Permenaker 03/1998
• Permenaker 04/1998
• Permenaker 03/1999
Keputusan Menteri Tenaga Kerja
• Kepmenaker 155/1984
• Kepmenaker 333/1989
• Kepmenaker 187/1999
• Kepmenaker 51/1999
A.1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan
• Merupakan produk perundang-undang
terbaru yang mengatur masalah
ketenagakerjaan di Indonesia terdiri dari
18 bab dan 192 pasal
• Pengaturan mengenai Kesehatan dan
Keselamatan Kerja bagi Tenaga Kerja
terdapat pada pasal 86 dan 87 yang
tercantum pada Bab X paragraf ke 5 yaitu
bab yang membahas mengenai
perlindungan, pengupahan dan
kesejahteraan tenaga kerja.
pasal 86
• ayat (1) setiap pekerja/buruh
mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan, dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nilai-
nilai agama
• Ayat (2) untuk melindungi
keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas yang
optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja

• ayat (3) perlindungan


sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1) dan (2)
dilaksanakan sesuai dengan
perundang-undangan yang
berlaku.
pasal 87
• ayat (1) setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja
yang terintegrasi dengan system
manajemen perusahaan.
• ayat (2) ketentuan-ketentuan
mengenai penerapan system
manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja sebagaimana
yang tercantum dalam ayat (1)
diatur dengan peraturan
pemerintah
sanksi
tidak diterapkannya pasal 87 dari
Undang-undang ini tercantum pada pasal
190 yaitu dikenakan sanksi adminstratif
berupa teguran, peringatan tertulis,
pembatasan kegiatan usaha, pembekuan
kegiatan usaha, pembatalan persetujuan,
pembatalan pendaftaran,penghentian
sementara atau sebagian atau seluruh alat
produksi dampai sanksi terberat yakni
pencabutan ijin usaha.
A.2 Undang-undang RI No. 25 tahun 1997 tentang
Ketenagakerjaan
setiap tenaga kerja mempunyai hak
memperoleh perlindungan atas :
• Keselamatan dan kesehatan kerja
• Moral dan kesusilaan
• Perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama
A.3 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembar
Negara No. 55 tahun 1969)

• pasal 9 : tiap tenaga kerja berhak mendapat


perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia
dan moral agama.
• pasal 10 :kewajiban pemerintah untuk membina
perlindungan kerja yang mencakup norma
keselamatan kerja, norma kesehatan kerja dan
hygene perusahaan, norma kerja, dan pemberian
ganti rugi, perawatan dan rehabilitasi dalam
kecelakaan kerja.
A.4 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
• Bab I : istilah-istilah, dalam pasal 1 dijelaskan
tentang pengertian dari tempat kerja, pengurus,
pengusaha, direktur,pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja.
• Bab II : ruang lingkup undang-undang
keselamatan kerja,
• bab III : syarat-syarat keselamatan kerja,
• bab IV : pengawasan,
• bab V : pembinaan,
• bab VI : panitian pembina keselamatan dan
kesehatan kerja,
• bab VII : kecelakaan,
• bab VIII : kewajiban dan hak tenaga kerja,
• bab IX : kewajiban bila memasuki tempat kerja,
• bab X : kewajiban pengurus,
• bab XI : ketentuan-ketentuan penutup.
A.5 Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan (Bab XII, pasal 164,165 dan 166 ,)

UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


khususnya Bab XII Kesehatan Kerja pada
pasal 164-166, secara tegas menyatakan
tentang tujuan, sasaran, peran dan tanggung
jawab pemerintah, kewajiban dan tanggung
jawab pengelola tempat kerja,
majikan/pengusaha dan kewajiban pekerja
dalam upaya kesehatan kerja. Upaya
kesehatan kerja
• ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan
• terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk
• yang diakibatkan oleh pekerjaan
dalam rangka mewujudkan
• produktifitas kerja yang optimal.
Berdasarkan hal tersebut,
• pemerintah wajib membina dan
melaksanakan upaya
• kesehatan kerja dengan
melibatkan seluruh komponen
• masyarakat khususnya
masyarakat pekerja.
• Setiap tempat kerja wajib
menyelenggarakan kesehatan kerja
• Ketentuan mengenai kesehatan kerja
sebagimana dimaksud pada point 1, 2,
dan 3 ditetapkan dengan peraturan
pemerintah
• Tempat kerja yang tidak memenuhi
ketentuan kesehatan kerja dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1
tahun atau pidana denda paling banyak
Rp. 15.000.000.
A.6 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
setiap perusahaan wajib melakukan
JAMSOSTEK yakni perlindungan
bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai
pengganti sebagian dari penghasilan
yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa
ataukeadaan yangdialami oleh tenaga
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit,
hamil, bersalin, hari tua dan
meninggal dunia.
Penyelenggaraan JAMSOSTEK mempunyai
ruang lingkup meliputi :

• Jaminan kecelakaan
• Jaminan Kematian
• Jaminan Hari Tua
• Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan
B.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor Per-01/Men/1979 tentang Kewajiban Latihan
Hygene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.

• Peraturan ini mewajibkan kepada


setiap perusahaan yang
memperkerjakan para medis untuk
mengirimkan setiap tenaga tersebut
untuk mendapatkan latihan dalam
bidang Hygene Perusahaan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
• Penyelenggaraan pelatihan dalam
lapangan hygene perusahaan,
kesehatan dan keselamatan kerja
dilaksanakan oleh Pusat dan Balai
Bina Hygene Perusahaan dan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
selanjutnya balai ini melaporkan
tugas-tugas tersebut kepada Direktur
Jenderal Perlindungan dan Perawatan
Tenaga Kerja.
• Bagi perusahaan yang tidak
melaksanakan ketentuan-ketentuan
dalam peraturan ini diancam dengan
hukuman sebagaimana dimaksud pada
pasal 15 ayat (2) Undang-undang No.
1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja. Sedangkan pengawasan
terhadap ditaati atau tidaknya
peraturan ini dilakukan oleh Pegawai
Pengawas Keselamatan Kerja.
B.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No. Per.03/Men/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja

1. Memberikan bantuan kepada tenaga


kerja dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental, terutama
dalam penyesuaian pekerjaan
dengan tenaga kerja
2. Melindungi tenaga kerja dari setiap
gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja
3. Meningkatkan kesehatan
badan, kondisi mental (rohani)
dan kemampuan fisik tenaga
kerja
4. Memberikan pengobatan dan
perawatan serta rehabilitasi
bagi tenaga kerja yang
menderita sakit
• Memajukan kebersihan dan
ketertiban
• Mendapat penerangan yang
cukup dan memenuhi syarat untuk
melakukan pekerjaan
• Mendapat suhu yang layak dan
peredaran udara yang cukup
• Menghindarkan gangguan debu,
gas, uap dan bauan yang tidak
menyenangkan.
b.4 Permenaker RI Nomor : Per.05/MEN/1996
Tentang SMK3
• Terdiri dari 10 bab, 12 Pasal
• Bab I mengenai ketentuan umum
• Bab II Tujuan dan sasaran SMK3
• Bab III Penerapan SMK3
• BAb IV Audit SMK3
• Bab V Kewenangan Direktur
• Bab VI Mekanisme Pelaksanaan Audit
• Bab VII Sertifikasi K3
• Bab VIII Pembinaan dan pengawasan
• BAb IX Pembiayaan
• Bab X Ketentuan Penutup
C.1 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul
Karena Hubungan Kerja
• penyakit yang timbul karena hubungan kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja.
• Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit
yang timbul karena hubungan kerja berhak
mendapat mendapat jaminan kecelakaan kerja
baik pada saat masih dalam hubungan kerja
maupun setelah hubungan kerja berakhir.
• Hak atas jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga
kerja yang hubungan kerjanya telah berakhir
diberikan apabila penyakit tersebut timbul
dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun
terhitung sejak hubungan kerja tersebut
berakhir.
• Keputusan Menteri Tenaga
Kerja nomor 51 tahun 1999,

Anda mungkin juga menyukai