Anda di halaman 1dari 39

Virus Hepatitis,

Polio, dan Dengue


Mutia Radia
2111017009

Dosen Pengampuh Mikrobiologi Dasar


Dr. Netty Suharty, MS

Prodi Farmasi, Fakultas Farmasi


Universitas Andalas
Virus-Virus

01 02 03
Virus Virus Virus
Hepatitis Polio Dengue
Virus Hepatitis
Hepatitis (plural: hepatitides) adalah peradangan pada hati karena toxin,
seperti kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis yang
berlangsung lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis”. Hepatitis bisa
disebabkan oleh infeksi virus, bisa juga disebabkan oleh kondisi atau
penyakit lain, seperti kebiasaan mengonsumsi alkohol, penggunaan
obat-obatan tertentu, atau penyakit autoimun. Jika disebabkan oleh
infeksi virus, hepatitis bisa menular. penyakit hepatitis lebih tepatnya
dapat dibedakan menjadi tujuh jenis, yakni hepatitis A, hepatitis B,
hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, hepatitis alkoholik, dan hepatitis
autoimun.
Jenis-Jenis Virus Hepatitis

01 02 03
Virus Virus Virus
Hepatitis A Hepatitis B Hepatitis C

04 05
Virus Virus
Hepatitis D Hepatitis E
Hepatitis A
 Bentuk
Virus hepatitis A adalah picornavirus dengan
genom berupa RNA positif utas tunggal yang
berbentuk linear dan tidak memiliki selubung.
terdiri dari empat kapsid polipeptida (V1-V4)
yang merupakan hasil dari pembelahan
polyprotein. memiliki sekitar 7500 nuleotida.
Virus hepatitis A (HAV) mampu bertahan hidup
di lingkungan dengan pH dan suhu rendah.
Perkembangbiakan Hepatitis A
 Entri dan uncoating virus HAV
Infeksi dimulai dengan masuknya virus ke saluran cerna. Virus yang masuk berupa virus tanpa
envelop. Walaupun demikian, sebenarnya belum diketahui jenis sel yang pertama kali digunakan
virus untuk masuk ke dalam tubuh. Setelah masuk tubuh, diketahui bahwa bentuk virus yang
menyebar dalam darah adalah bentuk quasi-enveloped HAV (eHAV). Adapun reseptor yang
berperan dalam masuknya HAV ke dalam sel adalah T-cell immunoglobulin and mucin domain-
containing protein 1 (TIM1). Protein ini adalah reseptor fosfatidilserin yang terlibat dalam proses
pembersihan (scavenging) sel yang mengalami apoptosis. Protein memfasilitasi eHAV yang kaya
akan fosdatidilserin di permukaan virus tersebut. Awalnya diduga TIMI1 memegang peranan
penting sebagai reseptor utama eHAV sehingga protein ini juga dikenal sebagai HAV cellular
receptor 1 protein (HAVCR1). Namun penelitian dengan melakukan knock out gen TIMI1 dengan
teknik clustered regularly interspaced short palindromic repeats (CRISPR)/Cas9, memperlihatkan
bahwa HAV tetap dapat masuk ke sel walaupun tanpa keberadaan TIMI1. Proses masuk atau entry
HAV ke dalam sel belum sepenuhnya diketahui dan diperkirakan melibatkan proses internalisasi
dari eksosom.
 Translasi dan replikasi genom HAV
Setelah masuk ke dalam sel, HAV kemudian mengalami uncoating genom. Kapsid virus
akan terbuka dan melepaskan genom virus ke dalam sitoplasma. Genom di plasma ini
kemudian akan mengalami translasi menghasilkan protein struktural dan non struktural.
Replikasi bermula dari genome sebagai template sumber penyalinan RNA dan translasi ke
protein. Translasi dari RNA virus menghasilkan poliprotein (P1-P2-P3) yang kemudian
dibelah oleh proteinase virus menjadi protein yang matur. Protein struktural dari virus yaitu
VP1, VP2, VP3, dan VP4 dihasilkan dari precursor P1. Sedangkan protein non struktural
yaitu proteinase virus (3C) dan polimerase (3D) dilepaskan dari domain poliprotein P2 dan
P3. Protein-protein non struktural ini membentuk kompleks replikasi yang melakukan
replikasi dari RNA genom HAV.

 Assembly virion HAV


Protein struktural dan RNA positive strand kemudian akan disusun menjadi virion baru.
Proses penyusunan ini belum dipahami dengan pasti. Virion baru ini kemudian akan masuk
ke endosom membentuk multivesicular body (MVB) melalui interaksi dengan endosomal
sorting complexes required for transport (ESCRT). Dalam MVB, terbentuk eHAV yang
kemudian dikeluarkan ke luar sel melalui proses eksositosis. Virus yang keluar ke saluran
empedu akan mengalami lisis dari envelop menghasilkan naked HAV.
Penyebaran Hepatitis A
Penyebaran virus hepatitis A terjadi melalui jalur fecal-oral, di mana virus masuk
ke mulut melalui benda, makanan, atau minuman yang sudah terkontaminasi tinja
penderita hepatitis A. Berikut ini adalah beberapa cara penularan virus hepatitis
A:

Dari orang ke orang


Penularan hepatitis A ini bisa terjadi ketika:
● Seseorang yang menderita hepatitis A tidak mencuci tangannya dengan bersih
setelah menggunakan toilet, lalu menyentuh benda atau makanan.
● Melakukan kontak dekat dengan penderita hepatitis A, misalnya merawat
pasien hepatitis A, membersihkan benda-benda milik pasien, atau
berhubungan seksual secara oral dan anal dengan penderita hepatitis A.
Dari makanan dan minuman
Seseorang bisa tertular hepatitis A ketika mengonsumsi makanan dan air yang
terkontaminasi virus tersebut. Ini termasuk makanan beku, makanan yang belum
sepenuhnya matang, es balok, dan kerang yang tercemar virus hepatitis A. Kamu juga
berisiko tinggi terjangkit hepatitis A apabila:
● Tinggal bersama dengan penderita hepatitis A.
● Tinggal di daerah dengan sanitasi buruk dan air tercemar.
● Bekerja atau tinggal di lingkungan yang padat penduduk dengan sanitasi yang buruk
serta kekurangan air bersih.
● Tidak mendapatkan vaksinasi hepatitis A.
● Menggunakan narkoba, terutama jenis narkoba suntik.
● Menjadi pasangan seksual penderita hepatitis A.
● Memiliki penyakit penggumpalan darah, seperti hemofilia.

Seseorang dapat terkena hepatitis A dalam waktu 2 minggu hingga 2 bulan setelah virus
hepatitis A masuk ke dalam tubuhnya. Gejala yang umumnya dirasakan adalah demam,
mual, nyeri perut, nyeri otot, sakit kuning, dan urine berwarna gelap.
Pengobatan Hepatitis A
Pengobatan hepatitis A hanya bertujuan untuk meredakan gejala
yang dirasakan. Obat antivirus tidak dibutuhkan karena virus
hepatitis A akan dibasmi oleh sistem kekebalan tubuh penderita
sendiri. Untuk meredakan gejala, dokter akan meminta pasien
untuk:
● Beristirahat total.
● Sering minum air putih untuk menjaga kecukupan cairan
tubuh.
● Tetap makan walaupun nafsu makan menurun.
● Makan dengan porsi sedikit dan menghindari makanan
berlemak, untuk mencegah mual dan muntah.
● Menghindari minuman beralkohol.
● Menggunakan pakaian longgar untuk mengurangi rasa gatal.
 Terapi Hepatitis A
Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi HAV Pengobatan
hanya bersifat suportif dan mengatasi gejala saja. Namun,
untuk kasus fulminan terkadang diperlukan tindakan cangkok
hati.

 Vaksinasi Hepatitis A
Vaksinasi hepatitis A dianjurkan di negara yang memiliki
tingkat infeksi HAV yang tinggi. Vaksinasi dapat diberikan
pada balita paling muda usia 1 tahun. Untuk dewasa, vaksinasi
dapat diberikan terutama bila hasil pemeriksaan IgM dan IgG
anti-HAV negatif. Berikut ini adalah jadwal vaksinasi HAV.
Hepatitis B
 Bentuk
Berselubung, terdapat 3200 kilobasa genom DNA
rantai ganda parsial dalam formasi sirkuler. Dan
terdapat struktur filamen melingkar pada partikel
subviral yang kemudian dikenal dengan sebutan
partikel HBsAg (komponen amplop virus yang
melingkupi cangkang), inti mengandung genom
DNA dan protein polimerase.. Inti virus
(nukleokapsid) terdiri atas fosfoprotein basa 21
kDa yang disebut dengan antigen inti hepatitis B
Perkembangbiakan Hepatitis B
● Virion melekat pada hepatosit lewat reseptor NTCP (Na-taurocholate cotransporting
polypeptide) kemudian DNA virus translokasi ke nukleus hepatosit dan membentuk
rantai kovalen sirkuler tertutup (cccDNA). Rantai ini akan menjadi pola untuk
transkripsi oleh RNA polimerase II guna membentuk pregenome dan transkrip
subgenomik.
● RNA pembawa dari virus (mRNA) kemudian ditranspor dari nukleus. mRNA yang
mengkode HBsAg ditranslasi oleh ribosom yang terikat pada retikulum endoplasma
hepatosit, kemudian protein HBsAg keluar melalui jalur sekretorik. RNA pregenome
ditranslasi untuk membentuk protein polimerase P yang memiliki aktivitas reverse
transcriptase. Protein P ini kemudian berikatan dengan situs ikatannya di ujung 5’ dari
RNA pregenome guna membentuk DNA virus yang baru.
● RNA pregenome juga menjadi mRNA untuk membentuk protein kapsid virus. Seiring
pembentukan kapsid maka tranksripsi rantai DNA (-) dan (+) virus pun dimulai.
Partikel protein inti kemudian selesai diikuti pembentukan rantai DNA (+) dan struktur
virus parsial ini dibawa ke retikulum endoplasma dimana morfogenesis virus
dilanjutkan.
Penyebaran Hepatitis B
Hepatitis B bisa menular dari orang ke orang dengan cara tertentu. Kamu bisa
menularkan virus hepatitis B bahkan jika tubuh sedang tidak sakit. Cara penularan
hepatitis B yang paling umum meliputi:
● Seks. Kamu bisa tertular jika melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan
pasangan yang memiliki hepatitis B dan darah, air liur, air mani, atau cairan vagina
pasangan masuk ke tubuh kamu.
● Berbagai jarum. Virus bisa menyebar dengan mudah melalui jarum suntik yang
terkontaminasi darah yang terinfeksi.
● Tertusuk jarum secara tidak sengaja. Petugas kesehatan dan siapa saja yang
bersentuhan dengan darah manusia bisa tertular penyakit hepatitis B dengan cara ini.
● Ibu ke anak. Ibu hamil dengan hepatitis B bisa menularkannya kepada bayinya saat
melahirkan.

Tindik badan, tato, akupunktur, dan bahkan salon kuku adalah cara penularan potensial
lainnya. Kecuali jika jarum dan peralatan steril digunakan. Selain itu, berbagi alat tajam
Pengobatan Hepatitis B
Ada 7 jenis obat hepatitis B yang dimanfaatkan untuk menghentikan HVB. Obat-obatan di bawah ini
terdiri dari 5 jenis obat antivirus dan 2 jenis obat interferon yang berfungsi meningkatkan imunitas.
Penting untuk diingat bahwa pengobatan hepatitis B kronis memakan waktu yang cukup lama, yaitu
6 bulan – 1 tahun. Bila obat hepatitis hanya mampu menekan virus untuk bereplikasi, Anda tetap
harus menjalani pengobatan seumur hidup. Obat antivirus yang dipakai untuk melawan virus HVB
antara lain:
● Tenofovir (disoproxil dan alafenamide)
● Entecavir
● Telbivudine
● Adefovir Diprovoxil
● Lamivudine
Sementara itu, ada dua jenis obat interferon yang digunakan untuk mendukung pengobatan hepatitis
B, meliputi:
● Injeksi Pegylated Interferon
● Interferon alfa-2a

 Vaksin Virus Hepatitis B


Vaksin yang aman dan efektif untuk mencegah terinfeksi virus hepatitis adalah menggunakan vaksin
hepatitis B. Langkah terbaik untuk mencegah terjadinya hepatitis B adalah denagn mendapatkan
Hepatitis C
 Bentuk
Virus hepatitis C termasuk dalam famili
Flaviviridae dengan genom RNA berutas
tunggal (single strand), polaritas positif,
dilindungi sel protein dan lipid serta
glikoprotein yang menempel pada bagian sel
pelindung. Virion HCV memiliki diameter 30-
60 nm, dan panjang genom berkisar 10 kb,
terdiri atas 3.011-3.033 asam amino dengan
Perkembangbiakan Hepatitis C
● Entry dan Uncouting
Seperti dijelaskan di atas, partikel virus HCV berperilaku seperti LDL dan VLDL manusia
sehingga reseptor LDL dan glikosaminoglikan dari sel hati menjadi mediator dalam interaksi
virus dengan sel. Interaksi ini terjadi dalam tingkat afinitas yang rendah. Kemudian, setelah
tahap ini, diikuti oleh interaksi E1-E2 dengan koreseptor SR-B1 dan CD81. Claudin 1
(CLDN1) dan occludin (OCLN) juga diperlukan dalam proses entry. CLDN6 dan CLDN9 dapat
menggantikan fungsi CLDN1 untuk proses entry HCV tetapi kedua molekul ini sedikit sekali
diekspresikan oleh sel hati.

● Translasi dan Pembelahan Poliprotein


Setelah berhasil masuk, maka selanjutnya adalah terjadi proses translasi. Translasi ini terjadi di
retikulum endoplasmiadengan diawali inisiasi oleh IRES yang terletak pada UTR 5′ dari RNA
virus. Hasil dari translasi adalah poliprotein HCV yang merupakan hasil pembelahan baik pada
saat maupun post translasi. Pembelahan ini dilakukan oleh protease sel yaitu signalase dan
signal peptide peptidase serta serin protease virus yaitu NS3 dan NS3-NS4A yang kemudian
menghasilkan sepuluh protein virus. Uniknya, serin protease NS3-NS4A juga membelah
protein adaptor MAVS dan TRIF yang menghambat sintesis IFN yang diinisiasi oleh RIG-1
● Replikasi RNA HCV
Kembali ke repliaksi HCV, proses ini terjadi di sperule di retikulum endoplasma.
Sperule ini dibentuk oleh NS4B dan NS5A. NS5B yang merupakan polymerase
dependen RNA merupakan enzim utama dalam proses replikasi RNA HCV. Di
bawah ini adalah ilustrasi video mengenai siklus hidup dari HCV.

● Perakitan dan Pelepasan Virus


Proses perakitan virus HCV sangat lekat hubungannya dengan sintesis lipid di hati.
Setelah dilakukan pembelahan protein oleh signal peptidase dan kemudian oleh
signal peptide peptidase, protein core yang matur kemudian berelokasi dari
membran retikulum endoplasma ke cytoplasmic lipid droplet (cLD) dibantu oleh
diacylglycerol acyltransferase-1 (DGAT1). Pembentukan nukleokapsid melibatkan
interaksi core dengan NS5A di cLD dimana NS5A juga dipandu oleh DGAT1
melalui α-helix amphipathic N-terminal ataus etelah translokasi dari mobile cLD
ke reticulum endoplasma. Proses memasukan genom ke nukleukapsid masih belum
dipahami secara utuh namun mungkin difasilitasi oleh kedekatan jukstaposisi
antara tempat replikasi RNA dengan perakitan virus. Setelah itu, kemudian
Penyebaran Hepatitis C
Seperti yang telah disebutkan di atas, hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Virus
ini dapat menyebar melalui kontaminasi darah atau cairan tubuh penderita hepatitis C. Berikut ini adalah
beberapa cara penyebaran hepatitis C:
● Menggunakan jarum suntik bekas pakai penderita
● Mendapatkan transfusi darah atau transplantasi organ dari penderita
● Menjalani prosedur medis dengan peralatan yang tidak steril
● Berbagi peralatan dengan penderita, seperti alat cukur atau sikat gigi
● Berhubungan seks tanpa kondom dengan penderita
Selain faktor penyebab tersebut, penularan hepatitis C lebih mudah terjadi jika memiliki faktor risiko
berikut ini:
● Terlahir dari ibu penderita hepatitis C
● Memiliki infeksi HIV
● Memiliki pasangan seksual yang menderita hepatitis C
● Melakukan cuci darah atau hemodialisis bagi penderita gagal ginjal
● Menyalahgunakan narkoba suntik
● Pernah menderita penyakit menular seksual
Meski tampak mudah menular, perlu diingat bahwa virus hepatitis C tidak akan menular melalui air susu
ibu (ASI), makanan, minuman, maupun sentuhan, seperti bersalaman, berpelukan, atau berciuman
dengan pengidapnya.
Pengobatan Hepatitis C
Hepatitis C tidak selalu harus diobati. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, hampir 50%
penderita hepatitis C akan sembuh sendiri akibat sistem kekebalan tubuh yang baik. Begitu juga
bila infeksi sudah menjadi kronis, tidak semua hepatitis C akan mengakibatkan komplikasi. Oleh
karena itu, dokter gastroenterologi akan menentukan perlu atau tidaknya pengobatan. Bila dokter
menentukan diperlukan pengobatan, target dari pengobatan tersebut adalah sembuh, bukan
sekadar menekan pertumbuhan virus. Dengan pengobatan terkini, lebih dari 90% penderita dapat
sembuh dari hepatitis C.
Pengobatan tersebut meliputi:

 Obat antivirus
Obat ini umumnya perlu dikonsumsi 12 minggu, tergantung kondisi pasien. Jika diperlukan,
dokter bisa memberikan beberapa jenis obat antivirus. Obat antivirus yang dapat mengobati
hepatitis C antara lain adalah sofosbuvir, simeprevir, dan ritonavir.

 Vaksinasi hepatitis A dan hepatitis B


Vaksin hepatitis B dan hepatitis A dilakukan untuk mencegah penderita hepatitis C terkena
hepatitis A atau B. Hepatitis A dan hepatitis B dapat menimbulkan kerusakan hati tambahan dan
Hepatitis D
 Bentuk
Hepataitis D adalah adalah virus yang rusak,
yang membutuhkan kehadiran antigen
permukaan virus Hepatitis B (HBV) untuk
menjadi aktif, ukurannya yang paling kecil,
diantara virus hepatitis lain, HDV juga tidak
bereplikasi tanpa HBV.
Perkembangbiakan
Hepatitis D
Hepatitis D (HDV) atau juga bisa disebut sebagai virus
delta adalah jenis hepatitis yang paling jarang
ditemukan. Walaupun demikian, hepatitis D juga
termasuk hepatitis yang cukup berbahaya. Hal ini
dikarenakan hepatitis D memerlukan HBV untuk
berkembang biak. Oleh karena itu, penyakit hepatitis
D hanya bisa ditemukan pada penderita hepatitis B.
Dengan adanya virus hepatitis D dan B di dalam
tubuh, kedua virus tersebut dapat menyebabkan
gangguan kesehatan yang lebih buruk.
Penyebaran Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D
(HDV) yang dapat menyebar melalui cairan tubuh
atau kontak langsung dengan mereka yang sudah
mengidapnya. HDV dapat ditularkan melalui:
● Urine.
● Kehamilan (dari ibu ke janin).
● Persalinan (dari ibu ke bayi).
● Cairan sperma.
● Cairan vagina.
● Darah.

Jika sudah terinfeksi HDV, orang tersebut dapat


menularkan HDV ke orang lain, bahkan sebelum
gejalanya muncul.
Pengobatan Hepatitis D
Pengobatan hepatitis D bertujuan untuk menghambat perkembangbiakan virus hepatitis D
(HDV), yaitu dengan:
 Pemberian interferon
Interferon adalah obat yang berasal dari sejenis protein yang bisa menghentikan penyebaran
virus dan mencegahnya kembali muncul di kemudian hari. Obat ini biasanya diberikan melalui
infus setiap minggu selama 1 tahun.

 Pemberian obat antivirus


Obat-obatan antivirus yang diberikan meliputi entecavir, tenofovir, dan lamivudine. Obat-
obatan ini dapat meningkatkan sistem imun untuk melawan virus dan menghambat kemampuan
virus untuk merusak hati.

 Transplantasi hati
Bila hepatitis D sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat, dokter mungkin akan
menyarankan transplantasi atau penggantian hati. Melalui prosedur ini, hati penderita hepatitis
D yang rusak akan diganti dengan hati yang sehat dari pendonor.
Hepatitis E
 Bentuk
Hepatitis E juga merupakan virus RNA yang
tidak memiliki bungkus. Virus ini terdiri dari
kapsid berbentuk isokahedral tanpa envelope
dengan genom RNA strand positif sebesar ~7,2
kb. Kapsid yang berasal dari ORF2 terdiri dari
660 asam amino dan bertanggung jawab dalam
fungsi kapsid sebagai pelindung dan menambat
sel target.
Perkembangbiakan Hepatitis E
Virus ini walaupun secara penyakit mirip dengan hepatitis A, namun tidak
memiliki kemiripan baik secara genomik maupun antigenik. Hepatitis E
masuk dalam famili hepeviridae dan genus hepevirus. Pemeriksaan serologi
untuk hepatitis E sampai saat ini masih belum tersedia. Infeksi akibat virus
ini memiliki tingkat fatalitas kecil namun lebih besar dari hepatitis A yaitu
sekitar 1-2% . Tetapi, pada wanita hamil, tingkat kematian meningkat
menjadi 10-20%.

Namun, saat ini ditemukan bahwa HEV dapat menyebabkan hepatitis


kronis. Hal ini terutama terjadi pada individu yang mengalami gangguan
imunitas menurun atau immuno-compromised. Kelompok individu ini
terutama penerima donor organ hati yang kemudian diberikan obat penekan
imunitas untuk mencegar reaksi penolakan organ donor. Sama seperti pada
hepatitis kronis akibat hepatitis B dan C, hepatitis kronis akibat HEV juga
dapat menyebabkan komplikasi sirosis dan gagal hati. Namun, untungnya
Penyebaran Hepatitis E
Mirip dengan hepatitis A, virus hepatitis E
menyebar melalui jalur fecal-oral akibat air
minum yang terkontaminasi feses penderita.
Selain itu, ada cara penyebaran virus
lainnya yang turut menyumbang kasus
infeksi HEV ini, yakni:
● Konsumsi daging yang kurang matang
● Transfusi darah yang terpapar virus
● Penularan vertikal, dari ibu hamil
penderita hepatitis ke bayinya.
Pengobatan Hepatitis E
Langkah pertama sebagai cara mengatasi hepatitis E adalah meresepkan obat-obatan dan terapi
imunosupresi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah virus di dalam darah hingga 30%
pada pasien. Bila tidak kunjung membuahkan hasil, pilihan pengobatan tambahan adalah
memanfaatkan obat antivirus, seperti monoterapi ribavirin. Sebelum menggunakan obat hepatitis,
seperti obat imunosupresan, beritahu dokter terkait semua obat yang digunakan, termasuk obat
herbal. Jangan pernah memulai atau menghentikan obat apapun tanpa konsultasi dari dokter.

 Transplantasi hati
Bila hepatitis E kronis menyebabkan kerusakan hati permanen, artinya Anda memerlukan
transplantasi hati. Setelah menjalani transplantasi, dokter mungkin merekomendasikan terapi
interferon alfa pegilasi untuk 3 – 12 bulan. Di lain sisi, pengobatan ini dapat menimbulkan efek
samping yang serius dan penolakan organ pada penerima donor.

 Vaksinasi Hepatitis E
Virus hepatitis E sebagian besar ditularkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi. Vaksin
hepatitis E dapat mencegah secara aman dan efektif namun tidak tersedia secara mudah.
Pengembangan vaksin diperlukan untuk mencegah penularan virus hepatitis E. Sejauh ini sudah
Virus Polio
 Bentuk
Virus polio memiliki diameter ~30 nm, tahan
pada keadaan asam (pH 3 atau lebih rendah),
dan berbentuk ekosahedral.[1] Virion (partikel
penyusun) virus polio terdiri dari empat
protein kapsid yang berbeda, disebut VP1,
VP2, VP3, dan VP4. Genom (materi genetik)
dari virus polio terdiri dari RNA untai tunggal
positif (+) yang berukuran 7441 nukleotida.
Perkembangbiakan Virus Polio
 Virus polio masuk sel manusia melalui ikatan dengan reseptor mirip imunoglobulin,
CD155 (juga dikenal sepagai reseptor virus polio atau PVR) di permukaan sel. Interaksi
antara virus polio dengan CD155 membuat perubahan konformasi partikel virus yang
tidak bisa dibalik. Perubahan ini diperlukan agar virus bisa memasuki sel.
 Pemasukkan virus asam nukleat dianggap terjadi melalui satu dari dua cara — melalui
pembuatan pori di membran plasma, dimana RNA memasuki sitoplasma atau virus itu
diserap melalui endositosis yang dibantu oleh reseptor.
 Setelah partikel virus masuk, RNA virus dilepaskan.
 Genom yang dilepaskan bisa langsung dipakai sebagai RNA duta yang selanjutnya
ditranslasikan.

Penyebaran Virus Polio

Berikut cara penularan polio:


 Virus yang masuk ke tubuh melalui mulut dan
menginfeksi saluran usus.
 Melalui paparan kotoran pengidap polio.
 Percikan ludah saat pengidapnya bersin atau
batuk.
 Melalui makanan atau minuman yang sudah
terkontaminasi kotoran atau percikan yang
mengandung virus polio.
Pengobatan Virus Polio
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang ampuh untuk
mengatasi polio. Pengobatan yang ada hanya bertujuan untuk
meredakan gejala, mempercepat proses penyembuhan, dan
mencegah komplikasi. Obat-obatan yang umumnya digunakan
adalah:
 Obat pereda nyeri : untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan
demam. Contohnya ibuprofen.
 Obat antibiotic : untuk mengobati infeksi bakteri yang bisa
menyertai polio, misalnya infeksi saluran kemih diberikan
ceftriaxone.
 Obat pelemas otot (antispasmodik) : untuk meredakan
 Vaksin
Vaksin polio terdiri dari dua jenis, yaitu oral polio vaccine (OPV) dan
inactivated polio vaccine (IPV). OPV mengandung virus polio hidup yang
dilemahkan, sedangkan IPV menggunakan virus yang sudah tidak aktif.

 Untuk anak-anak :
1. Dosis pertama (polio-1) diberikan saat usia 2 bulan.
2. Dosis kedua (polio-2) diberikan saat usia 3 bulan.
3. Dosis ketiga (polio-3) diberikan saat usia 4 bulan.
4. Dosis terakhir diberikan saat usia 18 bulan, sebagai dosis penguat.

 Untuk dewasa :
1. Dosis pertama dapat diberikan kapan saja.
2. Dosis kedua diberikan dengan jeda waktu 1-2 bulan.
3. Dosis ketiga diberikan dengan jeda waktu 6-12 bulan setelah dosis
kedua.
Virus Dengue
 Bentuk
Virus dengue berukuran sekitar 50
nanometer (nm) dan terdiri dari komponen
materi genetik/genom virus berupa asam
ribonukleat (Ribonucleic Acid, RNA) untai
tunggal sepanjang lebih kurang 10.700
basa nukleotida. Gigitan nyamuk
memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel
pejamu.
Perkembangbiakan Virus Dengue

Nyamuk ini berkembang biak dengan cara bertelur setiap 2-


3 hari sekali dan menghasilkan 30-150 telur, bahkan bisa
mencapai 400 telur. Perkembangan dari telur hingga
menjadi nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7-8 hari.
Nyamuk hanya membutuhkan air tergenang sebagai media
perkembangbiakannya. Hal itulah yang menyebabkan
jumlah nyamuk menjadi lebih banyak saat musim hujan.
Virus dengue berkembang biak dengan cara membelah diri.
Virus ini terdapat pada kelenjar air liur nyamuk yang
terinfeksi. Virus berpindah bersama air liur nyamuk ketika
nyamuk menggigit manusia
Penyebaran Virus Dengue
Umumnya, cara penularan DBD sangat mungkin terjadi pada orang yang terkena gigitan dari
nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus. Ketika nyamuk menggigit, pada waktu pula virus
akan menginfeksi masuk ke dalam tubuh manusia. Pada saat virus berhasil masuk, tubuh akan
mengalami proses inkubasi selama kurang lebih 4-7, sampai akhirnya beberapa gejala muncul
setelahnya. Adapun gejala-gejala tersebut di antaranya:
● Suhu tubuh yang meninggi hingga mencapai 40o Celcius serta diikuti demam.
● Penderita akan merasakan pusing akibat sakit kepala.
● Gejala mual dan juga muntah yang terjadi berulang kali.
● Munculnya ruam merah yang terdapat pada jaringan struktur kulit.
● Penderita merasakan nyeri atau kram pada sendi, otot, dan juga tulang. Gejala tersebut
terkadang diikuti nyeri yang dirasakan pada bagian belakang mata.
● Penderita mudah merasakan keletihan dan juga kelelahan.

Gejala DBD biasanya akan membaik dengan penanganan dari dokter setelah 10 hari terinfeksi.
Namun, terdapat beberapa kasus DBD yang menyebabkan implikasi yang parah pada tubuh,
seperti terjadinya penurunan kadar trombosit sehingga memicu risiko pendarahan serta dengue
Pengobatan Virus Dengue
Berdasarkan tingkat keparahan demam berdarah, pengobatan yang diberikan kepada
pasien dapat dibagi menjadi 2, yakni:

 Pengobatan demam dengue


Tidak ada metode khusus untuk menangani demam dengue. Pengobatan yang dilakukan
adalah untuk meredakan gejala dan mencegah infeksi virus semakin memburuk. Dokter
akan menganjurkan pasien untuk melakukan beberapa hal berikut:
● Cukupi cairan tubuh dengan banyak minum untuk menghindari dehidrasi.
● Penuhi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang sehat untuk mendukung proses
penyembuhan.
● Istirahat yang cukup.
● Konsumsi paracetamol untuk meredakan demam. Namun, hindari penggunaan
aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), terutama pada anak-anak, karena
dapat memperparah perdarahan atau memicu sindrom Reye.
● Hindari gigitan nyamuk untuk mengurangi risiko penularan lebih lanjut.
● Gunakan obat nyamuk losion atau kelambu di kamar.
 Pengobatan demam berdarah dengue
Apabila demam dengue berkembang menjadi demam
berdarah dengue, pasien perlu dirujuk ke rumah sakit
untuk mendapatkan perawatan intensif. Dokter akan
memberikan cairan infus dan memantau pasien dengan
ketat, mulai dari denyut nadi, tekanan darah, hingga
jumlah urin yang dikeluarkan oleh pasien.

 Vaksinasi virus dengue


Imunisasi dengue adalah vaksin untuk mencegah
infeksi dengue sehingga mampu mengurangi risiko
seorang anak terkena infeksi dengue yang berat. Infeksi
dengue yang berat memiliki dampak bisa terjadinya
kebocoran plasma darah atau anak mengalami syok.
Kondisi itulah yang dapat menyebabkan kematian pada
beberapa kasus DBD.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai