Anda di halaman 1dari 26

KONSEP TEORI DAN ASKEP

KATARAK
ANGGOTA KELOMPOK 1

ADELIA DINA TODING P07120219001


AWALUDDIN P07120219010
BAGUS P07120219011
ERISMA YOGI NOVIANA P07120219019
GLEN MARSHEL KIPUW P07120219023
GRES VEBRIANI KWANO P07120219024
HAMANDA H.L RUMBEWAS
P07120219026
IRA FADILLA P07120219033
MAQFIRA P07120219044
MARNI ATIKA BARA P07120219048
MERSCY DORCEA AMO P07120219051
MOSES MOCHAMAD M. F P07120219053
NATALIA REGINA WENDA
P07120219057
 
DEFINISI KATARAK

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang mengakibatkan


pandangan kabur. Pada keadaan normal, lensa yang jernih berfungsi
meneruskan cahaya kedalam mata agar mata dapat memfokuskan
benda dari jarak yang berbeda-beda. Seseorang yang menderita
katarak akan melihat seakan-akan melalui kaca mobil dengan banyak
butiran air hujan sehingga berada tidak terlihat jelas, melainkan
berkabut (Gindjing, 2006).
ETIOLOGI
 Katarak dapat dapat terjadi akibat :
1. Kelainan bawaan/ kongenital
2. Proses penuaan : pravalensi katarak pada individu berusia 65-74 tahun adalah
sebanyak 50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu diatas 75
tahun.
3. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes melitus, galaktosemi dan
distrofi miotorik
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Bahan toksik : kimia dan fisik
7. Bermacam-macam penyakit mata seperti glaucoma, ablasi retina, uveitis dan
retinitis pigmentosa
8. Keracunan beberapa jenis obat seperti eserin 0.25 – 0.5%, kortikosteroid ergot,
antikolinesterase topical
9. Kelainan kaca mata minus yang dalam
PATOFISIOLOGI

Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona central


terdapat nucleus, di perifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior. Pada lensa katarak secara
karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan
berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein pada
lensa mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior
dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple, memanjang dari
badan silier ke sekitar daerah lensa mengakibatkan penglihatan distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagolasi,
sehingga mengakibatkan pandangan berkabut.Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke
dalam lensa yang mengakibatkan patahnya serabut lensa yang tegang
sehingga mengganggu transmisi sinar.
KLASIFIKASI
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan
berikut :

1. Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative.


2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa
mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan
penyakit seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan
pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
4. Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita, yaitu
Katarak Kongenital, Katarak Juvenil, Katarak Senil, Katarak
Intumesen. Dan Katarak Brunesen.
5. Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya : Katarak Inti
( Nuclear ), Katarak Kortikal, dan Katarak Subkapsular.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum gangguan katarak meliputi : 
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa :
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
e. Kesulitan melihat pada malam hari.
f. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa
menyilaukan mata.
g. Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari)
PENATALAKSANAAN

Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk


memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak
memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan
jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika
katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti
uveitis yakni adalah peradangan pada uvea.
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
 
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
ICCE yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Pada
pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya.

2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:


a. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan
lensa secara manual setelah membuka kapsul lensa.
b. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru
dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus
sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3
mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau
menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea .
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

a. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak
adalah :
1) Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia (Katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi
pada umumnya pada usia lanjut dan Pada pasien dengan katarak
konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40
tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-
40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40
tahun),
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain :
a. Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala
utama katarak).
b. Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
c. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
d. Perubahan daya lihat warna.
e. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar
sangat menyilaukan mata.
f. Lampu dan matahari sangat mengganggu.
g. Sering meminta ganti resep kaca mata.
h. Lihat ganda.
i. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
j. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien
seperti :
1. DM
2. Hipertensi
3. Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya
memicu resiko katarak.

4) Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas
biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
5) Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan
penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap.

6) Nyeri/kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri
tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit
kepala.
7) Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji
riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem
vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti
peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan
diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas
fenotiazin

b. Pemeriksaaan Fisik
Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah
dengan melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca
pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil
berdilatasi
.
c. Pemeriksaan Diagnostik

1. Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan


dan sentral penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan
lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.
2. Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisme.
3. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi
sistemik/infeksi.
4. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis.
5. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.Pre Operatif
1. Gangguan sensori-perseptual: penglihatan b/d gangguan
penerima sensori/status organ indera, lingkungan secara
terapeutik dibatasi.
2. Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap informasi tentang
prosedur tindakan pembedahan

b. Post Operatif
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi
4. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah
pengangkatan katarak).
 
INTERVENSI
a. Pre Operatif
1.Gangguan sensori-perseptual: penglihatan b/d gangguan penerima sensori/status
organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.
Tujuan : diharapkan dapat  meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi .
Kriteria hasil :
1. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
2. Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
Intervensi :
1. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat
2. Orientasikan klien terhadap lingkungan
3. Observasi tanda-tanda disorientasi
4. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
5. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang tidak dioperasi
2. Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan
pembedahan
Tujuan : diharapkan kecemasan px berkurang
Kriteria hasil:
1. Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
2. Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya
berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
3. Pasien dapat mengungkapkan pemahaman mengenai informasi
pembedahan yang diterima.

Intervensi :
1.Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan non verbal.
2.Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan
takutnya.
3.Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
4.Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan
5.Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan peralatan
yang akan digunakan.
B. Post operatif

1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi


Tujuan : diharapkan nyeri pasien dapat berkurang / hilang
Kriteria hasil :
1.Klien dapat mengontrol nyerinya skala nyeri 0 (0-10)

Intervensi :
1.Kaji tingkat nyeri pasien dengan menggunakan skala nyeri dan
pengukuran TTV
2.Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaan untuk
trauma tumpul
3.Kurangi tingkat pencahayaan
4.Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan
resep
2.Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan
katarak).
Tujuan : diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
1.Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase
purulen, eritema dan demam
2.Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi.
Intervensi :
1.Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum
menyentuh/mengobati mata.
2.Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari
dalam ke luar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan
dan masukan lensa kontak bila menggunakan
3.Tekankan pentingnya tidak menyentuh/ menggaruk mata yang
dioperasi.
4.Berikan obat sesuai indikasi :
- antibiotic (topical, parenteral,atau subkonjungtival).
- Steroid
IMPLEMENTASI
PRE OPERATIF
1. Diagnosa I: Gangguan sensori-perseptual: penglihatan b/d gangguan
penerima sensori/status organ indera, lingkungan secara terapeutik
dibatasi.

Tindakan:
a. Mengkaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata
terlibat
b. Mengorientasikan klien terhadap lingkungan
c. Mengobservasi tanda-tanda disorientasi
d. Mendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
e. Meletakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
2. Diagnosa II: Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap
informasi tentang prosedur tindakan pembedahan

Tindakan:
a. Mengkaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda-
tanda verbal dan nonverbal.
b. Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi
pikiran dan perasaan takutnya.
c. Mengobservasi tanda vital dan peningkatan respon fisik
pasien.
d. Memberi penjelasan dan suport pada pasien pada setiap
melakukan prosedur tindakan
e. Melakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan,
petugas, dan peralatan yang akan digunakan.
IMPLEMENTASI
POST OPERATIF
1. Diagnosa I: Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi

Tindakan :
a. Mengkaji tingkat nyeri pasien dengan menggunakan skala nyeri dan
pengukuran TTV
b. Memberikan kompres dingin sesuai dengan permintaan untuk
trauma tumpul
c. Mengurangi tingkat pencahayaan
d. Memberikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan
resep
2. Diagnosa II : Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif
(bedah pengangkatan katarak).

Tindakan :
a. Mendiskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum
menyentuh/mengobati mata.
b. Menggunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan
mata dari dalam ke luar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap
usapan, ganti balutan dan masukan lensa kontak bila menggunakan
c. Menekankan pentingnya tidak menyentuh/ menggaruk mata yang
dioperasi.
d. Memberikan obat sesuai indikasi :
- Antibiotic (topical, parenteral,atau subkonjungtival).
- Steroid
EVALUASI

PRE OPERATIF
1. Pasien mampu meningkatkan ketajaman penglihatan
2. Pasien tidak merasa cemas

POST OPERATIF
1. Pasien tidak mengalami nyeri
2. Pasien tidak mengalami infeksi
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai