Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

KATARAK
Anggota Kelompok 1:
1. Lutfir Fitri Rahmasari(122020030002)
2.Siti Wasiah(122020030012)
3.M.Bima Agustian(122020030013)
4.Desvita Citra Azzahro(122020030021)
5.Sherly Amellia Sephianti(122020030028)
6.Alda Risma(122020030029)
7.Dellia Desvita(122020030035)
8.Nanang Hendra Firmansah(122020030179)
9.Adhitya Firmansyah(122020030187)
 PENGERTIAN
 PENYEBAB
 MANIFESTASI KLINIK
 JENIS
 PATOFISIOLOGI
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
 PENATALAKSANAAN UMUM
 ASUHAN KEPERAWATAN
 PENELITIAN –PENELITIAN TERKAIT EBM
PENGERTIAN

 Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan
penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000)

 Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak) yang normalnya jernih.
Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran
(katarak congenital) (Brunner & Suddarth: 2002)

 Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan


penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009)
ETIOLOGI

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan 
2. Congenital atau bisa diturunkan
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh factor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beracun lainnya.  
4. Katarak bias disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolic (misalnya diabetes)
dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).  
KLASIFIKASI

Berdasarkan Faktor Resiko:


1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/ gangguan metabolisme, proses
peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat
penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah


terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah
usia 40 tahun
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis
katarak ini merupakan proses degenerative (kemunduran) dan yang paling
sering ditemukan. 
Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. 
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
3. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
4. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Penglihatan seakan-akan
melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
5. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih, sehingga
refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

 
Gejala umum gangguan katarak meliputi: 

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Gejala lainya adalah :
e. Sering berganti kaca mata
f. Penglihatan sering pada salah satu mata
PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.  Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior.  Dengan
bertambahnya  usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan.Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna seperti kristal salju.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.


Perubahan dalam serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina.  Terputusnya protein lensa normal disertai influx air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Dan terjadilah gangguan penglihatan katarak.
PATHWAY
PEMERIKSAAN FISIK

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit system saraf,
penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mungkin karena massa tumor, karotis, glaukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
5. Tes toleransi glukosa : kotrol DM   
6. Keratometri.
7. A-scan ultrasound (echography).
8. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
9. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
10.Pemeriksaan kandungan lipid
Penatalaksanaan
Pencegahan

Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung


vitamin C, vitamin B2, vitamin A dan vitamin E. Selain itu, untuk mengurangi
pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan
kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.

Penatalaksanaan medis

Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Ekstraksi katarak ekstrakapsuler

Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak. 
Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi
pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal
lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan  meninggalkan kapsula posterior dan zonula
lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu
fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi
partikel yang kecil yang kemudian di aspires melalui alat yang sama yang juga memberikan
irigasi kontinus.
Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan, lensa diangkat
dengan cryoprobe yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe
diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa
kemudian diangkat secara lembut.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina bertanggung jawab
terhadap sepertiga kekuatan focus mata. Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaranya:
 Kaca Mata Apikal : Memberikan pandangan sentral yang baik, namun pembesaran
25% - 30% menyebabkan penurunan dan distorsi penyesuaianpandangan perifer yang
menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda-benda Nampak
jauh lebih dekat dan mengubah garis lurus menjadi lengkung. Memerlukan waktu yang
lama  ampai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan
berfungsi aman dengan medan pandang yang terbatas.
 Lensa Konta : Memberikan rehabilitasi visual yang hamper sempurna bagi mereka yang
mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa kontak. Namun bagi
lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena kebanyakan lansia mengalami
kemunduran ketrampilan, sehingga pasien memerlukan
kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
 Implan Lensa Intraokuler ( IOL ) : Merupakan lensa permanen plastic yang secara bedah
diimplantasi ke dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran
normal, karena IOL mampu menghilangkan efek  optikal lensa apakia. Sekitar 95% IOL di
pasang di kamera posterior, sisanya di kamera anterior. Lensa kamera anterior di pasang
pada pasien yang menjalani ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture
tanpa sengaja selama prosedur ekstrakapsuler
Komplikasi

1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan

Identitas / Biodata
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,  dan
keterangan lain mengenai identitas pasien

Riawayat Kesehatan
 Keluhan Utama : Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif
 Riwayat Penyakit sekarang :
 Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)
 Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
 Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
 Perubahan daya lihat warna
 Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata
 Lampu dan matahari sangat mengganggu
 Sering meminta ganti resep kaca mata
 Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
 Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti :
a. DM
b. Hipertensi
c. pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
d. Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
e. ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid /
toksisitas fenotiazin.
f. Kaji riwayat alergi
 Riwayat Kesehatan Keluarga 
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress.
Pemeriksaan Fisik
 TTV
 Head To Toe
Pemeriksaan Diagnostik
 Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau
penglihatan ke retina ayau jalan optic.
 Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng
optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
 Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi
 Kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.
 Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.
Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan


gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
b. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan, kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat,
keterbatasan kognitif.
d. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan.
e. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi
Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera.
a. Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan
sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
b. Kriteria Hasil :
 Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
 Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
a. Intervensi
 Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat.
 Observasi tanda-tanda disorientasi, Orientasikan klien tehadap lingkungan.
 Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
 Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat
terjadi bila menggunakan tetes mata.
 Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, penglihatan
perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
 Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan,
kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
a. Tujuan: Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
b. Kriteria hasil :
 Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko
dan untuk melindungi diri dari cedera.
 Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.
a. Intervensi
 Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas,
penampilan, balutan mata.
 Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
 Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
 Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
 Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba,
selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.
 Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
a. Tujuan : Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
b. Kriteria Hasil : Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alas an tindakan.
c. Intervensi
 Pantau informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
 Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan
penglihatan berawan.
 Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, missal : nyeri tiba-tiba.
 Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
 Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien
 Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan
saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.
4. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan.

a. Tujuan/kriteria evaluasi:
 Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
 Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai
pada tingkat dapat diatasi.
 Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan.
a. Intervensi 
 Pantau tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
 Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
R/ : Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.
 Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
R/ : Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.
 Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
5. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi
a. Tujuan : pengurangan nyeri.
b. Intervensi :
 Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan resep.
 Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaan untuk trauma tumpul.
 Kurangi tingkat pencahayaan.
 Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya yang kuat
Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam pelaksanaan
rencana tindakan keperawatan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis
mandiri dan tindakan kolaborasi (Hidayat, 2008)
 
Evaluasi Keperawatan
1. Tidak terjadi penurunan ketajaman penglihatan , ketajaman penglihatan stabil
2. Cedera tidak terjadi
3. Kebutuhan pengetahuan terpenuhi
4. Kecemasan berkurang atau terkontrol
5. Peningkatan aktivitas perawatan diri
6. Infeksi tidak terjadi
7. Nyeri berkurang atau terkontrol

Anda mungkin juga menyukai