Anda di halaman 1dari 11

SUKU ADAT DAN PEKERJAAN

Di susun oleh kelompok 1


Muhammad Fahri
Messa Revano rigie
An Najib
Tarmiji tahir
Esana 8b 2021
Smp negri 1 kersana
Dinas pendidikan dan pemuda olahraga kabupaten Brebes
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telahmelimpahkan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya kepada kami, sehinggakami dapat
menyelesaikan makalah ini.Makalah bahasa
Indonesia
tentang “
Tsunami
” ini kami susun untuk mem
enuhi tugaskelompok mata pelajaran bahasa
Indonesia.Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan memerlukan banyak
perbaikan.Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan makalah ini.Pada kesempatan
ini, dengan tulus ikhlas kami menyampaikan
terimakasih kepada Ibu selaku Guru pembimbing
dalam pembuatan makalahini, serta teman-
teman yang telah memberikan bantuan dan
partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun
materiil untukkeberhasilan dalam penyusunan
makalah ini.Kami selaku penyusun berharap
semoga makalah ini ada guna danmanfaatnya
bagi para pembaca.Amin.
Daftar isi
Daftar isi
Kata pengantar....................
Latar belakang.....................
Bab 1......................................
Pembahasan.........................
Bab 2..................................
Biodata penulis....................
Bab 1
Tsunami aceh 2004
1.1 Latar Belakang
Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi
waktu kemunculannya, namun jika terjadi dapat menimbulkan
kerusakan dan dampak yang besar, Daya rusak bencana tsunami
sangat dahsyat terutama di wilayah pesisir dan dapat menjangkau
wilayah yang cukup luas hingga puluhan kilometer dari garis
pantai. Daerah yang masih mempunyai potensi mendapat kerusakan
karena terpaan gelombang tsunami disebut dengan daerah rawan
bencana tsunami (LAPAN, 2015).
Kabupaten Purworejo merupakan salah satu daerah yang
berdekatan dengan zona tumbukan lempeng Eurasia dan lempeng
Indo‐Australia. Hal ini menimbulkan potensi adanya gempabumi
tektonik di Kabupaten Purworejo. Gempabumi tektonik berskala
besar di perairan dangkal sangat berpotensi untuk menimbulkan
tsunami. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Kabupaten
Purworejo termasuk dalam daerah yang memiliki potensi mengalami
bencana tsunami. Bencana tsunami yang melanda suatu wilayah
pesisir telah terbukti menyebabkan kerugian material dan non
material yang sangat besar, seperti tsunami yang disebabkan
meletusnya gunung kratatau pada tahun 1883 telah menewaskan
sekitar 36.000 penduduk Lampung dan Anyer, Banten dan tsunami
yang disebabkan oleh gempa tektonik pada tanggal 26 desember
2004 juga tercatat sebagai bencana tsunami yang tergolong
dahsyat karena telah menyebabkan kerugian material dengan
hancurnya infrastruktur di Aceh dan sebagian di Sumatera Utara
dengan korban jiwa mencapai 280.000 jiwa (Hajar, 2006).
Meskipun Kabupaten Purworejo memiliki potensi yang besar
terhadap bencana tsunami tetapi rencana mitigasi dan peringatan
terhadap ancaman bencana tsunami yang dimiliki oleh Pemerintah
Kabupaten Purworejo masih sangatlah minim, dibuktikan dengan
ketidaktahuan atau tidak adanya sosialisasi, sebagian besar
masyarakat Kabupaten Purworejo khususnya masyarakat yang 1
Bab 1
berdomisili di kawasan pesisir tidak mengetahui bahwa daerahnya
sangat berpotensi terjadi bencana tsunami, tidak adanya petunjuk
atau rambu-rambu evakuasi jika terjadi bencana tsunami dan masih
banyaknya bangunan yang terbangun dekat dengan kawasan pesisir
atau daerah yang dianggap dalam zona rawan bencana tsunami.
Berdasarkan uraian diatas, sangatlah penting untuk
dilakukan pemetaan keruangan berdasarkan kriteria-kriteria di
wilayah kawasan pesisir Kabupaten Purworejo untuk
mengidentifikasi dan menganalisis daerah rawan bencana tsunami.
Di Indonesia sudah banyak dilakukan studi tentang bencana
tsunami di wilayah pesisir, beberapa produk dari studi bencana
tsunami tersebut diantaranya adalah Analisis Spasial Kerawanan
Tsunami Kota Padang (Hajar, 2006), Analisis Risiko Bencana
Tsunami Kawasan Pesisir Padang Barat (Nina, 2009), Pemetaan
Daerah Rawan Tsunami di Pesisir Lunyuk Sumbawa Nusa Tenggara
Barat (Mawardin,dkk, 2013), Tingkat Kerawanan Bencana Tsunami
Kawasan Pantai Selatan Kabupaten Cilacap (Suwarsito,dkk, 2014),
Mempertimbangkan dari beberapa produk dari studi terhadap
bencana tsunami, pemetaan spasial tingkat kerawanan tsunami
kawasan pesisir Kabupaten Purworejo akan mengacu pada produk
studi terhadap bencana tsunami di pantai selatan Kabupaten
Cilacap karena dilihat dari letak administrasi antara kedua
Kabupaten yang saling bersebelahan dan memiliki sebagian
karakteristik wilayah yang sama, penambahan beberapa variabel
akan dilakukan untuk menentukan tingkat kerawanan di kawasan
pesisir Kabupaten Purworejo. Beberapa variabel yang akan
digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan tsunami di kawasan
pesisir Kabupaten Purworejo antara lain: Morfologi pesisir,
Ekosistem pesisir,Jarak dari muara sungai, Kelerengan, elevasi
daratan pesisir, jarak dari garis pantai, dan penggunaan lahan.
Produk dari pemetaan keruangan yang berupa daerah rawan tsunami
kawasan pesisir Kabupaten Purworejo nantinya dapat digunakan
oleh pemerintah Kabupaten Purworejo sebagai acuan rencana
mitigasi bencana tsunami.
2
Bab 1
1.2 Permasalahan
Kabupaten Purworejo yang terletak di pulau jawa bagian
selatan yang berbatasan langsung dengan samudera hindia yang
letaknya berdekatan dengan Lempeng tektonik Eurasia dan Lempeng
Indo-Australia, Kabupaten Purworejo dijadikan sebagai Kabupaten
peringkat ke-3 sebagai daerah yang berpotensi terhadap bencana
tsunami di bawah Kabupaten Cilacap (peringkat 1) dan Kabupaten
Kebumen (peringkat 2) (BNPB, 2015).
Potensi terhadap bencana tsunami tersebut sangatlah besar
karena letaknya yang berdekatan dengan pertemuan Lempeng
tektonik yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia yang
sewaktu-waktu dapat berpotensi menimbulkan gempa tektonik dan
gempa tektonik yang terjadi diperairan dangkal, sangat
berpotensi menimbulkan terjadinya bencana tsunami. Bila bencana
tsunami terjadi, dampak akibat bencana tsunami sangatlah
merugikan khususnya bagi masyarakat Kabupaten Purworejo yang
berdomisili di daerah pesisir dilihat dari masih banyaknya
bangunan yang terbangun dan banyaknya aktivitas masyarakat di
kawasan pesisir khususnya di zona yang dianggap sebagai daerah
rawan bencana tsunami, bencana tsunami yang terjadi di daerah
pesisir terbukti sangatlah merugikan, seperti bencana tsunami di
aceh yang mampu menewaskan sekitar 280.00 jiwa, tidak hanya
korban jiwa tetapi juga kerugian material yang sangat besar dan
mengakibatkan lumpuhnya kegiatan atau aktivitas masyarakat.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka sangat penting
dilakukan pemetaan keruangan untuk mengetahui tingkat
kerawanan
bencana tsunami yang menghasilkan keluaran atau produk yaitu
daerah rawan tsunami kawasan pesisir Kabupaten Purworejo, yang
nantinya dari hasil tersebut dapat dijadikan sebagai dasar
perencanaan atau penanganan mitigasi bencana tsunami di kawasan
pesisir Kabupaten Purworejo. Keberadaan lempeng tektonik aktof
Eurasia Indo-Australia dapat dilihat pada gambar 1.1:
3
Bab 2
Pembahasan
2.1 Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang, Tsu berarti pelabuhan dan Nami berarti gelombang,
yang secara harafiah berarti "gelombang besar di pelabuhan" (Sugito, 2008). Tsunami
adalah
perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal
dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi
yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau
hantaman meteor di laut.
Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tsunami adalah jenis bencana
yang ditandai dengan frekuensi rendah, tetapi menyebabkan kerusakan besar dan jumlah
korban manusia yang luar biasa (Syamsidik & Istiyanto, 2013).
Indonesia memiliki potensi rawan tsunami yang besar dikarenakan Indonesia berada di
antara 3 lempeng tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng
Pasifik. Kemungkinan pergeseran dan pergesekan antar lempeng bawah laut ini menjadi
salah
satu pemicu gempa bawah laut yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami, selain itu
ada
kemungkinan terjadinya tsunami karena letusan gunung bawah laut yang cukup aktif di
Indonesia.
3
Bab 2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penelitian ini memiliki kesimpulan sebagai berikut:
1.1 Tingkat Kerentanan Sosial Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten
Pandeglang
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk kerentanan
sosial di pantai barat Kabupaten Pandeglang yaitu seluruh desa yang berada di
pantai barat Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam kategori sedang untuk
kerentanan sosialnya. Berdasarkan luas terjangan gelombang stunami sekitar
8,1049 km2
. ini akan menimbulkan korban jiwa mulai dari segi kapadatan
penduduk, rasio jenis kelamin, rasio orang cacat, rasio kemiskinan, rasio
kelompok umur termasuk kedalam kategori sedang.
1.2Tingkat Kerentanan Ekonomi Bencana Tsunami di Pantai Barat
Kabupaten Pandeglang
Berdasarkan hasil penelitian dapat simpulkan bahwa untuk kerentanan
ekonomi di pantai barat Kabupaten Pandeglang. desa yang termasuk kedalam
kelas rendah berjumlah 2 desa yaitu Desa Labuan dan Desa Sukajadi. Dengan
luas terjangan gelombang tsunami 0,613 km2
. Untuk itu desa yang termasuk
kedalam kategori rendah dari segi kerusakan ekonomi yang termasuk lahan
produktif yaitu sawah dan PDRB mengalami kerusakan yang rendah dikarena
lahan produktif yang ada di desa tersebut jumlahnya sedikit untuk itu desa
tersebut mengalami kerugian/kerusakan yang termasuk kedalam kategori
rendah
jika terjadi bencana tsunami. Desa termasuk kedalam kelas indeks sedang
untuk
kerentanan ekonomi bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang
berjumlah 5 desa yaitu Desa Pejamben, Banjarmasin, Carita, Sukarame,
Sukanegara. Dengan luas terjangan gelombang tsunami 4,2214 km2
. Dari lima
desa tersbut kerusakan lahan produktif jika terjadi bencana tsunami
kerusakannya
cukup tinggi yang terdiri dari lahan sawah dan PDRB dikarenakan jumlah
sawah
3
Bab 2
dan PDRB di desa tersebut cukup banyak akibatnya jika terjadi bencana tsunami
kerusakan/kerugian yang ditimbulkan cukup tinggi. Desa terakhir yang termasuk
kedalam kelas tinggi untuk kerentanan ekonomi bencana tsunami di pantai barat
Kabupaten Pandeglang terdiri dari 4 desa yaitu Desa Cigondang, Sukamaju,
Teluk, Caringin, Pejamben, desa tersebut. Dengan luas terjangan gelombang
3,6946 km2
. Untuk itu lahan produktifnya mengalami kerusakan yang sangat
tinggi jika terjadi bencana tsunami karena lahan sawah dan PDRB di desa
tersebut
sangat banyak jumlahnya terutama sawah. Untuk itu jika terjadi bencana tsunami
kerusakan/kerugian yang ditimbulkan akan sangat tinggi.
1.3 Tingkat Kerentanan Fisik Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten
Pandeglang
Berdasarkan hasil penelitian untuk tingkat kerentanan fisik di pantai barat
kabupaten Pandeglang. 10 desa yang terdiri dari Desa Cigondang, Sukamaju,
Labuan, Teluk, Pejamben, Banjarmasin, Carita, Sukajadi, Sukarame, Sukanegara
termasuk kedalam kategori sedang. Dengan luas terjangan gelombang tsunami
7,2823 km2
. Dimana kerusakan dan kerugian yang timbul jika terjadi bencana
tsunami cukup tinggi baik itu dari bangunan rumah dan fasilitas umum, untuk
fasilitas kritis di 10 desa tersebut tidak memilikinya untuk itu tidak ada
kerugian/kerusakan untuk fasilitas kritis. Jadi jika terjadi bencana tsunami
kerusakan secara materi dan bangunan termasuk kedalam kategori sedang. Kelas
indeks kerentanan fisik di pantai barat Kabupaten Pandeglang 1 desa berada di
kelas tinggi yaitu desa Caringin. Dengan luas terjangan gelombang tsunami
0,8445 km2
. Untuk itu jika terjadi bencana tsunami kerusakan yang terjadi akibat
bencana tersebut tinggi kerugiannya, mulai dari bangunan rumah, fasilitas umum
dan fasilitas kritisnya.
1.4 Tingkat Kerentanan Lingkungan Bencana Tsunami di Pantai Barat
Kabupaten Pandeglang
Berdasarkan hasil penelitian untuk tingkat kerentanan lingkungan bencana
tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang. Seluruh desa berada di kelas
rendah, dengan luas terjangan gelombang tsunami 8,1049 km2
. Untuk itu
kerentanan di bencana tsunami termasuk kedalam kategori rendah, maka jika
3
Bab 2
terjadi tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang tidak akan mengalami
kerusakan terhadap hutan lindung, hutan alam, dan hutan mangrove.
Dikarenakan
didaerah penelitian tidak terdapat hutan lindung, hutan alam dan hutan
mangrove,
tetapi ada satu desa yang memiliki hutan lindung. Untuk itu pada
kerentanan
lingkungan ini jika terjadi tsunami tidak terlalu tinggi kerusakan hutan
disetiap
desa yang diakibatkan oleh bencana tsunami dengan nilai indeks kelas
kurang dari
0,33.
1.5 Implementasi Kerentanan Tsunami dalam P embelajaran SMA di Pantai
Barat Kabupaten Pandeglang
Berdasarkan hasil penelitian implementasi materi kerentanan tsunami
disekolah SMA yang ada di pantai barat Kabupaten Pandeglang berdasarkan
kurikulum 2013 tidak diajarkan, karena untuk materi pokok tsunami pun
tidak
menjadi sub materi, materi tentang tsunami dikaitkan dengan materi
gempa.
Untuk kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana tsunami baik dari
pelatihan evakuasi atau peralatan untuk menghadapi bencana tsunami di
seluruh
sekolah SMA di pantai barat Kabupaten Pandeglang tidak memiliki
persiapan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, pada bab ini penulis memiliki saran untuk
diajukan kepihak-pihak terkait diantaranya yaitu:
1. Berdasarkan hasil penelitian untuk penduduk sekitar lebih menambah
wawasan mengenai bencana tsunami, baik itu mengetahui ciri-ciri awal
bencana tsunami, cara evakuasi, dan mempersiapkan bekal apa saja yang
perlu jika bencana tsunami itu datang mengingat untuk kerentanan sosial
diwilayah penelitian termasuk kedalam kategori sedang jadi jika terjadi
tsunami jumlah penduduk yang menjadi korban cukup tinggi.
2. Untuk instansi terkait harus lebih meningkatkan pendidikan/pengetahuan
penduduk melalui pelatihan-pelatihan menyeuluruh diseluruh desa
khususnya
desa yang berada di pantai barat Kabupaten Pandeglang.
3. Untuk bidang pendidikan penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
ajar/referensi untuk materi tsunami khususnya tentang kerentanan bencana
tsunami. 3
Bab 2
4. Bencana tsunami merupakan
bencana alam yang tak bisa
dihindar maupun
diprediksi, bencana tsunami bisa
terjadi apabila terjai gempa bumi
dibawah
laut, gempa diatas 6 skala richter,
permukaan laut turun secara tiba-
tiba.
Sehingga untuk itu disarankan
kepada peneliti selanjutnya untuk
Pengkajian
Tingkat Resiko Bencana yang
hasilnya bisa digunakan untuk
menyusun aksi
praktis dalam rangka
kesiapsiagaan, seperti menyusun
rencana dan jalur
evakuasi, pengambilan keputusan
daerah tempat tinggal dan
sebagainya.
3

Anda mungkin juga menyukai