Anda di halaman 1dari 18

PENYESUAIAN DOSIS OBAT

TERHADAP PASIEN OBESITAS

KELOMPOK 10 :
DIANA NURHAMIDAH
JOSHUA HUTAJULUH
JUSTICA
SAHRITA
OBESITAS
 Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis akibat
dari penimbunan lemak secara berlebihan di dalam
tubuh. Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan
epidemik di negara maju, seperti Inggris, Brasil,
Singapura dan dengan cepat berkembang di negara
berkembang, terutama populasi kepulauan Pasifik
dan negara Asia tertentu. Prevalensi obesitas
meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade
terakhir dan dianggap oleh banyak orang sebagai
masalah kesehatan masyarakat yang utama.
 WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi
masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari
seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi overweight dan obesitas
pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan
sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia
menderita obesitas. Angka ini akan semakin
meningkat dengan cepat
Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu:

1. Tipe obesitas berdasarkan bentuk tubuh


 Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)

Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk
di sekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi
dibandingkan dengan tipe buah pear (Gynoid),
 Obesitas tipe buah pear (Gynoid)

Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di
sekitar pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe
gynoid umumnya kecil.
 Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)

Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid
umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetic.
2. Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak.
 Obesitas Tipe Hyperplastik

Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih


banyak dibandingkan keadaan normal.
 Obesitas Tipe Hypertropik

 Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi


lebih besar dibandingkan keadaan normal,tetapi
jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak
melebihi normal.
 Gejala timbulnya obesitas diawali dengan
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah
diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan
paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan
dan sesak nafas, meskipun penderita hanya
melakukan aktivitas yang ringan
PENYEBAB OBESITAS

Obesitas dapat terjadi karena faktor internal dan


eksternal. Penyebab-penyebab tersebut antara lain
adalah:
1.Internal
 Genetik

 Endokrin

2.Eksternal
 Gaya hidup atau tingkah laku

 Lingkungan dan faktor lain


FARMAKOTERPI PASIEN OBESITAS

A. Terapi Non Farmakologi


1. Terapi Diet
Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol
LDL adalah diet asam lemak tidak jenuh seperti MUFA
(Monounsaturated Fatty Acid) dan PUFA (Polyunsaturated
Fatty Acid) karena faktor diet yang paling berpengaruh
terhadap peningkatan konsentrasi kolesterol LDL adalah
asam lemak jenuh. Penurunan kolesterol LDL yang
diakibatkan oleh diet PUFA lebih besar dibandingkan
dengan diet MUFA atau diet rendah karbohidrat
2.Aktivitas Fisik
Tujuan melakukan aktivitas fisik secara teratur
adalah mencapai berat badan ideal, mengurangi
risiko terjadinya sindrom metabolik, dan
mengontrol faktor risiko PJK. Pengaruh aktivitas
fisik terhadap parameter lipid terutama berupa
penurunan TG dan peningkatan kolesterol HDL.
Olahraga aerobik dapat menurunkan konsentrasi TG
sampai 20% dan meningkatkan konsentrasi
kolesterol HDL sampai 10%. Sementara itu,
olahraga resisten hanya menurunkan TG sebesar
5% tanpa pengaruh terhadap konsentrasi HDL
Beberapa jenis latihan fisik lainnya antara lain:

1. Berjalan cepat (4,8-6,4 km per jam) selama 30-40 menit


2. Berenang – selama 20 menit
3. Bersepeda untuk kesenangan atau transportasi, jarak 8 km
dalam 30 menit
4. Bermain voli selama 45 menit
5.Menyapu halaman selama 30 menit
6. Menggunakan mesin pemotong rumput yang didorong
selama 30 menit
7. Membersihkan rumah (secara besar-besaran)
8. Bermain basket selama 15 hingga 20 menit
3.Menghentikan Kebiasaan Merokok
Menghentikan merokok dapat meningkatkan
konsentrasi kolesterol HDL sebesar 5-10%. Merokok
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi TG,
tetapi menghentikan merokok diragukan
menyebabkan penurunan konsentrasi TG.
4.Pembedahaan
Pembedahan merupakan terapi yang paling efektif
untuk pengobatan obesitas. Namun, karena adanya
morbiditas dan mortalitas yang terkait, terapi ini
diperuntukkan bagi mereka dengan BMI ≥40 kg/m2
atau 35 kg/m2
Terapi Non Farmakologi
1.Lipase inhibitor
Lipase inhibitor (Orlistat) bekerja dengan
menghambat penyerapan lemak, mengubah
metabolisme lemak badan dengan cara menghalangi
kerja enzim lipase lipoprotein yang bekerja memecah
lemak, sehingga lemak dibuang keluar tubuh melalui
feses. Efek samping dalam penggunaan obat ini
antara lain perut tidak nyaman, perut kembung, rektal
tidak nyaman Dosis oral orlistat yang lazim diberikan
120 mg tiga kali sehari.
2. Non adrenergic Agents
Phentermine bekerja dengan meningkatkan
pelepasan norepinephrine oleh hipotalamus, yang
kemudian menurunkan nafsu makan, dan akhirnya
menurunkan asupan makanan. Phentermine
merupakan obat golongan stimulan dan sebagai
terapi tunggal telah dilaporkan meningkatkan
tekanan darah dan denyut jantung. Sebagai catatan,
dalam uji klinik, kombinasi phentermine dan
topiramate justru menurunkan tekanan darah .
3.Serotonergic Agent
Sibutramin adalah golongan obat keras yang hanya
dapat diperoleh dan hanya dapat digunakan
berdasarkan resep dokter. Obat keras ini merupakan
senyawa kimia yang bekerja dengan cara
menghambat ambilan (reuptake) norepinefrin,
serotonin, dan dopamin. Sibutramin menurunkan
asupan makanan dengan cara mempercepat timbulnya
rasa kenyang dan mempertahankan penurunan
pengeluaran energi setelah penurunan berat badan.
4.Cannabinoid Receptor Agent
Rimonabant bekerja dengan cara mengaktifkan
reseptor kanabinoid. CB2, dimana reseptor CB1
sentral dan perifer ikut serta dalam berbagai aspek
keseimbangan energi, regulasi intake makanan,
metabolisme glukosa dan lipid serta komposisi
tubuh. Sedang reseptor CB2 terekspresi terutama
dalam sistem kekebalan dan sampai saat ini tidak
diketahui peranannya dalam keseimbangan energi.
Penyesuaian Dosis Pasien Diabetes
 Berikut ini adalah dosis obat pada pasien obesitas :
Obesitas : Berat Badan > 20 Berat Badan Ideal
BMI  BB (Kg) / TB (m)
BB Ideal  (T  100) 0,9 (Kg)
T : Tinggi Badan dalam cm
Untuk obat dengan daya larut dalam lemak (contoh : gentamicin,
kanamyci, streptomicin) dianjurkan untuk orang gemuk perhitungan dosis
obat didasarkan pada lean body atau berat badan tanpa lemak (BBTL).
Sebaliknya obat yang daya larutnya dalam lemak besar (contoh :
thiopental) perhitungan dosis sebaiknya berdasarkan berat badan nyata
(BBN) penderita.
BBTL  BBN (100   lemak) Kg
KESIMPULAN
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam
jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan
ke dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007). Menurut WHO Obesitas adalah
penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu
kesehatan. Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan obesitas apabila
terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka
 Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidak seimbangan antara tinggi
dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan
berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
 Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu
sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007).

 Dengan demikian tiap orang perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan


(disesuaikan dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan aktivitas fisik yang
dilakukan. Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini terutama diperlukan bagi
mereka yang kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin wanita,
pekerjaan banyak duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta emosionalnya
labil.

Anda mungkin juga menyukai