Anda di halaman 1dari 9

POWER POINT LEMBAR KERJA ANALISIS KASUS FARMASI

KLINIK PADA KASUS KLINIK MK FARMAKOTERAPI 1


Dosen : Asniar Pascayantri, S. Si., M. Si.,
Apt.

Kasus Infeksi Pada Penyakit


Tuberculosis

Oleh :
Sitti Fadhilah Rahmah (O1A119192)-B
Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani  karet  datang  dengankeluhan  batuk  tidak 
berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan  lebih  sering  pada  malam  hari  dibandingkan 
pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah  dirasakan  sejak  3  bulan yang  lalu. Pasien  juga 
mengatakan adanya  demam,  keringat  malam,  penurunan  nafsu  makan,  dan 
Vignette
penurunan berat badan yang awalnya 50 kg  menjadi  47  kg  dalam satu bulan. Pemeriksaan 
fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg, tinggi 
badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan  darah  110/70  mmHg, 
nadi  80 x/menit, 
frekuensi  napas  17 x/menit,  suhu  tubuh  37,0℃. Pasien kemudian didiagnosa Tuberculosis
oleh dokter.

Pertanyaan Paket pengobatan seperti apakah yang sesuai untuk keadaan pasien ?
Pilihan A.   Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid dan Etambutol.  
Jawaban B.     Rifampisin, Isoniazid
 
C.      Streptomisin
 
D.     Paracetanol
 
E.   Pirazinamid dan Etambutol
Kunci Jawaban  A. Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid dan Etambutol. 
Penggalian data & informasi (data S dan O)

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


 keluhan  batuk  tidak  berdahak  BB  : 47 kg
 batuk dirasakan  lebih  sering  pada  malam  hari  dibandingkan   TB : 163 cm
pagi atau siang hari.  IMT :18,0  (underweight), terlihat sakit ringan
 Keluhan tersebut telah  dirasakan sejak  3  bulan  yang  lalu  TD :  110/70  mmHg
 awalnya  pasien  mengatakan  batuk  timbul  pada  saat   Nadi : 80  x/menit
menyangkul  dan bertambah berat pada saat   Frekuensi  napas  17  x/menit
menyemprot pestisida pada kebunnya.  Suhu  Tubuh  37,0℃
 adanya  demam,  keringat  malam,  penurunan  nafsu  makan,  dan   Konjungtiva  mata  anemis,  sklera  anikterik
penurunan berat badan yang awalnya 50 kg  menjadi  47  kg dalam   Telinga  dan  hidung  dalam  batas  normal
satu  bulan.  Pada  mulut  tampak  gigi  dan  oral  hygiene  cukup
 Riwayat Lingkungan :  Tenggorokan,  jantung,  dan  abdomen  dalam  batas 
mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti  membuang  dahak  normal
sembarangan,  tidak   Pada  pemeriksaan  paru : inspeksi  dalam  batas 
memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan  normal, palpasi dalam batas normal, perkusi 
penyakit  yang  diderita  oleh  pasien,  dukungan keluarga  yang  dalam batas normal, auskultasi adanya suara ronkhi  pada 
kurang  terhadap pasien, dan keadaan rumah  pasien yang lembab. pulmo  dekstra  dan  sinistra.
 Ekstremitas superior dan inferior dalam batas  normal,
tidak sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. 
 Status  neurologis:  Reflek  fisiologis  normal, reflek patologi
(‐)

Penggalian data & informasi (data S dan O)

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


 Riwayat Keluarga: Ada riwayat  kontak  dengan   pemeriksaan foto rontgen anterior posterior  (AP)  dan 
penderita  TB  yaitu  istrinya  yang sudah  meninggal  didapatkan  adanya  kavitas  pada  pulmo dekstra dan sinistra.
dunia.  Pengambilan  dahak  dilakukan 
 Riwayat Pengobatan : sebanyak dua kali dengan hasil yang pertama  negatif 
setelah keluhan dirasakan barulah keluarga kemudian  diulangi  dan  didapatkan  hasilnya +2. 
membawanya ke rumah sakit. Belum ada konsumsi obat  Hasil Diagnosa :
sebelumnya Tuberkulosis BTA positif
 Terapi yang didapat sekarang: diberikan  obat  paket  berupa 
Rifampicin  150  mg,  Isoniazid 75  mg,  Pirazinamid  400  mg, 
Etambutol  275  mg.  Pasien  sudah  mendapatkan 
pengobatan  selama  1  bulan. 
Analisis, interpretasi data dan penetapan masalah (A)
Penetapan Diagnosis
 Anamnesis
Gejala yang dirasakan berupa batuk  tidak  berdahak, batuk dirasakan  lebih  sering  pada  malam  hari  dibandingkan  pagi atau siang hari. Keluhan sudah 
dirasakan sejak  3  bulan  yang  lalu. Kemudian adanya  demam,  keringat  malam,  penurunan  nafsu  makan,  dan  penurunan berat badan yang awalnya 50 kg 
menjadi  47  kg dalam  satu  bulan.
 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan  kepada pasien didapatkan hasil berat badan  pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 
(underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan  darah  110/70  mmHg,  nadi  80  x/menit,  frekuensi  napas  17  x/menit,  suhu  tubuh  37,0oC.  Konjungtiva  mata 
anemis,  sklera  anikterik.  Telinga  dan  hidung  dalam  batas  normal.  Pada  mulut  tampak  gigi  dan  oral  hygiene  cukup.  Tenggorokan,  jantung,  dan 
abdomen  dalam  batas  normal.  Pada  pemeriksaan  paru,  inspeksi  dalam  batas  normal, palpasi dalam batas normal, perkusi 
dalam batas normal, auskultasi adanya suara  ronkhi  pada  pulmo  dekstra  dan  sinistra.  Ekstremitas superior dan inferior dalam batas 
normal,tidak sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. 
 Pemeriksaan Penunjang
Di  RS  pasien  telah  dilakukan  pemeriksaan foto rontgen anterior posterior  (AP)  dan  didapatkan  adanya  kavitas  pada  pulmo dekstra dan sinistra. 
Setelah dilakukan foto rontgen, pasien  datang  ke  Puskesmas  untuk  pengambilan  dahak.  Pengambilan  dahak  dilakukan 
sebanyak dua kali dengan hasil yang pertama  negatif  kemudian  diulangi  dan  didapatkan  hasilnya +2. 
 Penetapan Masalah
Diagnosis TB paru pada orang dewasa yakni dengan pemeriksaan sputum atau dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya 2
dari 3 spesimen SPS BTA hasilnya positif. Apabila hanya 1 spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada atau pemeriksaan SPS diulang. Dari
hasil anamnesis ditemukan adanya batuk tidak berdahak sejak  tiga bulan yang lalu dengan batuk lebih sering  pada malam hari dibandingkan pagi hari dan 
siang hari. Selain  itu pasien juga mengeluhkan  adanya demam, penurunan nafsu makan, dan  penurunan berat badan sebanyak 3 kg dalam 
satu bulan. Diagnosis tuberkulosis pada pasien  ditegakkan berdasarkan  gejala respiratori seperti batuk lebih dari  2 minggu dan gejala sistemik seperti adanya 
demam,  penurunan  berat  badan,  dan  penurunan nafsu makan (Siregar dkk., 2016). Kemudian juga dari hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu foto
rontgen dan pengambilan dahak, maka pasien didiagnosis menderita Tuberkulosis dengan BTA positif (Depkes RI, 2005).
Penetapan penyelesaian masalah (P)

Untuk pengobatan :
Pasien  sedang  mendapatkan pengobatan pada fase intensif
yaitu pengobatan yang didapatkan selama 2  bulan kemudian
fase lanjutan untuk 4 bulan selanjutnya.  Berdasarkan Pedoman  TB  Nasional
(Kemenkes RI, 2014) disebutkan bahwa untuk fase intensif 
pasien mendapatkan pengobatan yang terdiri 
dari 2HRZE yaitu pengobatan yang didapatkan selama  2  bulan  terdiri  dari 
rifampisin,  isoniazid, pirazinamid dan  etambutol. Pasien  mendapatkan  obat 
yang  termasuk  golongan  fixed dose combination yaitu dalam satu obat 
sudah termasuk empat macam obat di atas  dengan  masing‐masing  dosisnya. 
Rifampisin  150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg 
dan etambutol 275 mg (Siregar dkk., 2016).
Monitoring dan evaluasi
 Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.
 Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau

kemajuan pengobatan.
 Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik untuk TB.

 Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dua contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil

pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu contoh uji positif atau
keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif.
 Hasil dari pemeriksaan mikroskopis pasien sebelum memulai pengobatan harus dicatat. Pemeriksaan ulang dahak pasien

TB BTA positif merupakan suatu cara terpenting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan.
 Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap BTA positif

atau sudah menjadi BTA negatif, pasien harus memulai pengobatan tahap lanjutan. Pada semua pasien TB BTA positif,
pemeriksaan ulang dahak selanjutnya dilakukan pada bulan ke 5. Apabila hasilnya negatif, pengobatan dilanjutkan
hingga seluruh dosis pengobatan selesai dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak kembali pada akhir pengobatan.
(Kemenkes RI, 2014)
- Berdasarkan hasil pemantauan dan laporan oleh PMO bahwa Pasien patuh dalam minum obatya dan merakasan
kenyamanan.
- Efek yang dirasakan oleh pasien adalah  merasakan  gatal  setelah minum obat tersebut, namun untuk  menguranginya 
pasien  biasanya  minum teh  yang  hangat. Hal ini merupakan gejala efek samping dirasakan dari penggunaan OAT, dan
menurut Pharmacetical Care Pasien tuberculosis jika seorang penderita dalam pengobatan dengan OAT mulai mengeluh
gatal-gatal, berikan dahulu antihistamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat.  
Pencatatan dan pelaporan
 Penyakit  Tuberkulosis  ditegakkan  berdasarkan  anamnesis yaitu  ditemukan 
gejala respiratorik dan sistemik, pemeriksaan 
fisikdan pemeriksaan penunjang yaitu dengan  pemeriksaan  dahak  dan  dan  foto 
rontgen  thorak. 
 Penegakan diagnosa dan tatalaksana  TB paru yang diterapkan pada pasien ini sudah 
sesuai  dengaan  panduan  yang  ada. 
 Penatalaksanan  yang  diberikan  berupa  penatalaksanaan  farmakologi  yaitu 
berupa  2HRZE  dan  nonfarmakologi  berupa  edukasi  kepada  pasien  dan 
keluarganya  terhadap  penyakitnya. 
 Pasien sudah mengonsumsi OAT selama 1 bulan.
 Efek samping yang dirasakan berupa gatal akibat dari penggunaan OAT namun pasien
meminum teh hangat untuk menguranginya.
 Pasien patuh terhadap pengobatan dan merasakan efek baik dari pengobatan tersebut.
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai