Anda di halaman 1dari 17

BAB 7

PENGANGKUTAN UDARA
Triana Dewi Cahyaningrum (201910110311370)
Feryonaldo Aritama Putra (201910110311374)
HUKUM PENGANGKUTAN UDARA
Hukum Pengangkutan Udara pada dasarnya dapat diartikan sebagai
keseluruhan ketentuan hukum yang mengatur hubungan hukum dari
ingiatan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, urgo
dan pos untuk satu perjalanan atau lebih, dari satu bandar udara ke
bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.

Yang dimaksud dengan pengangkutan udara di sini adalah angkutan


udara niaga, yaitu angkutan udara untuk umum dengan memungut
pembayaran. Di dalam hukum pengangkutan udara, alat angkut yang
digunakan adalah pesawat udara. 15 Tahun 1992 tentang penerbangan,
pesawat udara diartikan sebagai setiap alat yang dapat terbang di
atmosfir karena daya angkat dari reaksi udara.
KETENTUAN HUKUM PENGANGKUTAN
UDARA
1. Angkutan Udara Dalam Negeri (Domestik)

2. Angkutan Udara Dari/ Ke Luar Negeri (Internasional)

3. Perjanjian Khusus Tentang pengangkutan Udara (International


Air Transport Association)
ASAS DAN TUJUAN PENERBANGAN
Penerbangan diselenggarakan berdasarkan asas manfaat usa bersama dan
kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kepentinga umum, keterpaduan,
kesadaran hukum, dan percaya pada diri sendin
Dalam ketentuan pasal ini yang dimaksud dengan:

1. Asas manfaat
2. Asas usaha bersama dan kekeluargaan
3. Asas adil dan merata
4. Asas keseimbangan
5. Asas kepentingan umum
6. Asas keterpaduan
7. Asas kesadaran hukum
8. Asas percaya pada diri sendiri
TUJUAN PENERBANGAN
Tujuan penerbangan adalah untuk mewujudkan
penyelenggaraanan enerbangan yang selamat, aman, cepat, lancar,
tertib dan teratur, nyaman berdayaguna, dengan biaya yang
terjangkau oleh daya bell masyarakat gan mengutamakan dan
melindungi penerbangan nasional, menunjang pemerataan,
pertumbuhan dan stabilitas, sebagai pendorong. Penggerak dan
penunjang pembangunan nasional serta mempererat hubungan
antar bangsa
KEDAULATAN BATAS WILAYAH UDARA
Tentang Kedaulatan atas wilayah udara ini sebagaimana data dalam Bab
II dari undang-undang Penerbangan Pasal 4 sampai denga Pasal 6.

Bahwa pada prinsipnya Negara Republik Indonesia berdaulat penuh dan


utuh atas wilayah udara Republik Indonesia (Pasal 4).

Sebagai negara berdaulat, Republik Indonesia memiliki kedaulat penuh


dan utuh di wilayah udara Republik Indonesia, sesuai dengan isi ketentuan
Konvensi Chicago 1944 tentang Penerbangan Sipil International .
PEMBINAAN DAN PENYELENGGARAAN
PENGANGKUTAN
Dalam melakukan pembinaan terhadap penerbangan di Indonesia
dilakukan oleh Pemerintah dan dikuasai oleh negara.
Pengertian dikuasai oleh negara adalah bahwa negara mempunyai
hak penguasaan atas penyelenggaraan penerbangan yang perwujudan
meliputi

a. Aspek Pengaturan
b. Aspek Pengadilan
c. Aspek Pengawasan
PENDAFTARAN, KEBANGSAAN PESAWAT UDARA DAN
PENGGUNAANNYA SEBAGAI JAMINAN
Tentang pendaftaran pesawat udara, kebangsaan bagi pesawat udara
agaimana diatur dalam Bab V dari Undang-undang Penerbangan ini. wat udara
pun dapat dijadikan sebagai jaminan. Keseluruhan ketentuan tersebut dapat
dicermati dalam Pasal 9 sampai Pasal 12.

a. Pendaftaran Pesawat Udara


b. Kebangsaan Pesawar Udara
c. Jaminan Yang Berupa Pesawat Udara
PENGGUNAAN PESAWAT UDARA

Mengenai penggunaan pesawat udara yang dapat digunakan di wilayah


Republik Indonesia, diatur dalam BAB VI, mulai pasal 13 sampai pasal 17
Undang-undang Penerbangan

Bahwa Pesawat Udara yang dapat digunakan di Wilayah Republik Indonesia


hanya pesawat udara Indonesia. Yang dimaksud dengan kata digunakan dalam
ketentuan ini adalah dioperasikan.
KEAMANAN DAN KESELAMATAN
PENERBANGAN
Dalam Undang-undang Nomor 15 tahun 1992 tentang Penerbangan juga
mengatur mengenai Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Keamanan
dan keselamatan penerbangan adalah suatu kondisi untuk mewujudkan
penerbangan dilaksanakan secara aman dan selamat sesuai dengan
rencana penerbangan.
BANDAR UDARA

Mengenai Bandar Udara diatur dalam Bab VIII, Pasal 25 sampai dengan
Pasal 35 Undang-undang Penerbangan.
Pemerintah menetapkan bagian wilayah darat dan/atau perairan Republik
Indonesia untuk dipergunakan sebagai bandar udara.
Penentuan lokasi, pembuatan rancang bangun, perencanaan, dan
pembangunan bandar udara termasuk kawasan di sekelilingnya wajib
memperhatikan ketentuan keamanan penerbangan, keselamatan pener bangan,
dan kelestarian lingkungan kawasan bandar udara.
PENCARIAN DAN PERTOLONGAN KECELAKAAN SERTA
PENELITIAN SEBAB-SEBAB KECELAKAAN PESAWAT
UDARA
Pemerintah wajib melakukan pencarian dan pertolongan terhadap setiap
pesawat udara yang mengalami kecelakaan di wilayah Republik Indonesia.
Pengertian pencarian dan pertolongan (search and rescue) dalam
ketentuan ini adalah pencarian terhadap pesawat udara dan manusia yang
menjadi korban, sedangkan pertolongan hanya terhadap manusia.
PENGANGKUTAN ORANG ATAU PENUMPANG DAN BARANG

1.Pengangkutan Orang atau penumpang


2.Pengangkutan Barang

USAHA PENGANGKUTAN UDARA

1. Angkutan Udara Niaga


2. Angkutan Udara Bukan Niaga
TENTANG TARIF ANGKUTAN UDARA NIAGA

Mengenai struktur dan golongan tarif angkutan udara niaga, ditetap kan
oleh Pemerintah. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 40 Undang undang
Penerbangan.
Bahwa dalam penetapan struktur dan golongan tarif angkutan udara
niaga domestik, Pemerintah memperhatikan kepentingan masyarakat dan
kepentingan penyelenggara angkutan udara niaga, Pemerintah me netapkan
tarif yang berorientasi kepada kepentingan dan kemampuani masyarakat
luas, termasuk tarif untuk angkutan udara perintis.
WAJIB ANGKUT
Perusahaan angkutan udara niaga, wajib mengangkut orang dan/atau
barang, setelah disepakati perjanjian pengangkutan.
Ketentuan wajib angkut ini dimaksudkan agar perusahaan angkutan
udara niaga tidak melakukan perbedaan perlakuan terhadap peng guna
jasa angkutan, sepanjang yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan
sesuai perjanjian pengangkutan yang disepakati (Pasal 41 ayat (1) UU
Penerbangan).

PELAYANAN KHUSUS ANGKUTAN BAGI


PENYANDANG CACAT
Pelayanan khusus pengangkutan bagi Penyandang cacat dan orang
sakit diatur dalam Pasal 42 UU Penerbangan jo. Bab VII Pasal 47 PP No.
40 tahun 1995 tentang Angkutan Udara.
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT
Dalam Undang-undang Penerbangan Nomor 15 Tahun 1992, tang
gung jawab pengangkut diatur dalam Pasal 43 sampai dengan Pasal 48.
Selain dalam UU penerbangan lebih lanjut tentang tanggung jawab
gangkut diatur dalam PP No. 40 tahun 1995 khususnya pada Bab VII
pasal 42 sampai dengan Pasal 45.

1. Tanggung jawab Pengangkut terhadap keselamatan penumpang dan atau barang


yang diangkut
2. Tanggung jawab Penganggkut terhadap keselamatan pihak Ketiga
3. Tanggung Jawab Pengangkut terhadap pengangkutan campuran
4. Kewajiban Asuransi bagi Pengangkut
5. Penggunaan Pesawat Udara ABRI
THANKS

Anda mungkin juga menyukai