Anda di halaman 1dari 111

TUGAS MANAJEMEN

PROYEK
Wilson toban
1920121085
BAGIAN I
KONSEP DAN AREA ILMU MANAJEMEN
PROYEK
BAB I
PERILAKU DAN DINAMIKA PROYEK
1. PERILAKU KEGIATAN PROYEK
Proyek adalah kegiatan sekali lewat, dengan
waktu dan sumber daya terbatas untuk mencapai
hasil akhir yang telah ditentukan, misalnya
produk atau fasilitas produksi
Dalam proses mencapai hasil akhir, kegiatan
proyek dibatasi oleh anggaran, jadwat dan mutu,
yang dikenal sebagai tiga kendala (triple
constraint).
Kegiatan proyek dibedakan dari kegiatan
operasional, antara lain karena sifatnya yang
dinamis, nonrutin, multikegiatan dengan
intensitas yang berubah-ubah, dan memiliki
siklus yang pendek.
2. DINAMIKA DALAM SIKLUS PROYEK
Belurm ada klasifikasi yang baku untuk
menyatakan besar kecilnya proyek secara
kuantitatif. Untuk menyeragamkan bahasa, G. J.
Ritz (1990) membuat penggolongan ukuran
proyek dari jumlah jam per tenaga kerja ataupun
biaya. Atas dasar ini proyek diklasifikasi
menjadi berukuran kecil, sedang, besar, super,
dan mega.
3. MACAM PROYEK
Terdapat berbagai macam proyek dilihat dari
komponen kegiatan yang dominan, yaitu :
 proyek engineering-konstruksi,
 engineering-manufaktur,
 penelitian dan pengembangan,
 pelayanan manajemen,
 proyek kapital,
 Proyek radio telekomunikasi
 Proyek konservasi bio-diversity
4. TAHAP SIKLUS PROYEK
Terdapat empat tahap siklus proyek, yaitu ;
 tahap konseptual,
 tahap PP /Definisi,
 tahap implementasi,
 terminasi proyek.
Masing-masing tahap mempunyai jenis
kegiatan dan intensitas yang berlainan. Kegiatan
utama pada tahap konseptual adalah pengkajian
kelayakan, sedangkan tahap-tahap berikutnya
berturut-turut perencanaan dan pemantapan, (PP
atau Definisi), desain-engineering, pengadaan,
pabrikasi dan konstruksi, dan akhirnya
pelaksanaan uji coba sebelum diserahkan ke
pemilik proyek.
BAB 2
PROYEK & MANAJEMEN
FUNGSIONAL
1. KONSEP & PEMIKIRAN MANAJEMEN
Berbagai pemikiran manajemen yang ada
berpengaruh besar terhadap konsep manajemen
proyek, beberapa di antaranya adalah
manajemen klasik, pemikiran sistem, dan
pendekatan kontinjenci (situasional).
Perumusan dan pelaksanaan konsep
manajemen proyek melalui evolusi yang
bertingkattingkat dimulai dari ekspeditor,
koordinator, sampai menjadi bentuk seperti yang
saat ini kita jumpai.
2. PERILAKU PROYEK & PENGOLAHAN
YANG DITUNTUTNYA
Konsep manajemen proyek menginginkan
adanya penanggung jawab tunggal yang
berfungsi sebagai pusat sumber informasi yang
berkaitan dengan proyek, integrator, dan
koordinator semua kegiatan dan peserta sesuai
kepentingan dan prioritas proyek.
Manajemen klasik yang sesuai untuk
menangani kegiatan operasional rutin dianggap
kurang cepat dalam menanggapi tuntutan dan
perilaku kegiatan proyek. Untuk itu diperlukan
berbagai penyesuaian seperti melembagakan
arus kegiatan horisontal.
Dinamika dan perilaku proyek yang
berpengaruh besar terhadap pengelolaan adalah
nonrutin, waktunya relatif pendek, aneka ragam
kegiatan dengan intensitas naik turun secara
tajam dan melibatkan multiorganisasi dan
banyak peserta
3. MANAJEMEN PROYEK
Manajemen proyek tumbuh karena dorongan
mencari pendekatan pengelolaan yang sesuai
dengan tuntutan dan sifat kegiatan proyek, suatu
kegiatan yang dinamis dan berbeda dengan
kegiatan operasional rutin.
BAB 3
PROFESI & AREA ILMU
MANAJEMEN PROYEK
1. MANAJEMEN PROYEK SEBAGAI
PROFESI
Melihat semakin luasnya aplikasi manajemen
proyek di dunia usaha dan industri, timbul
pemikiran untuk melakukan kodefikasi,
standarisasi, dan sertifikasi profesi manajemen
proyek. Sertifikasi formal bagi suatu profesi
umumnya didahului oleh pendidikan, latihan,
dan ujian dari lembaga yang berwenang untuk
maksud tersebut.
Salah satu atribut dasar dari profesi adalah
batang tubuh ilmu pengetahuan (body of
knowledge-BOK) yang bersangkutan, seperti
ilmu pengetahuan kedokteran bagi profesi
dokter. Berbagai lembaga manajemen telah
menyusun BOK untuk manajemen proyek, di
antaranya Project Manajemen Institute (PMI) di
USA.
2. AREA ILMU MANAJEMEN PROYEK
Area ilmu manajemen proyek (PM-BOK)
adalah suatu dokumen yang menjelaskan
sejumlah ilmu (knowledge area) yang berada
dalam lingkup profesi manajemen proyek. PM-
BOK tersebut berlaku untuk semua jenis proyek
dengan pengertian bahwa penerapannya harus
disesuaikan dengan jenis ataupun ukuran proyek
yang bersangkutan.
PM-BOK merumuskan area ilmu manajemen
proyek yang terdiri dari 9 komponen
pengelolaan, yaitu integrasi, lingkup kerja,
waktu, biaya, mutu, sumber daya, pengadaan/
kontrak, risiko, dan komunikasi.
BAB 4
KONSEP SISTEM DAN
PENGOLAHAN INTEGRASI
1. ARTI KONSEP SISTEM
Pemikiran sistem berpengaruh besar terhadap
konsep rnanajemen proyek terutarna bagi proyek-
proyek besar dan kompleks yang bertujuan
mewujudkan gagasan menjadi kenyataan atau
bentuk fisik. Sistem dalarn pengertian ini
diartikan sebagai suatu kebulatan (totalitas) yang
berfungsi secara utuh karena adanya saling
ketergantungan di antara bagian-bagiannya.
2. APLIKASI KONSEP SISTEM
Dikenal tiga metodologi sistem yang erat
kaitannya dengan penyelenggaraan proyek, yaitu :
• metodologi analisis sistem ; Analisis sistem
berurusan dengan proses analisis untuk
pemilihan altematif dan pengambilan keputusan.
• engineering sistem dan ; Engineering sistem
memberikan sistematika dan prosedur rekayasa
untuk mewujudkan sistem.
• manajemen sistem ; manajemen sistem
memberikan penekanan pada orientasi mencapai
tujuan dan optimasi total sistem.
3. INTEGRASI & KOORDINASI
Aspek integrasi dan koordinasi mendapat
perhatian utama karena proyek umumnya terdiri
dari bermacam-macam pekerjaan yang dilakukan
oleh sejumlah organisasi atau kelompok peserta.
1. Menciptakan suasana yang mendukung
proses integrasi.
2. Menjalin proses perencanaan : implementasi
perencanaan : pengendalian secara ketat
dalam berbagai aspek kegiatan dan peserta.
3. Mengelola konflik secara tepat.
4. Memelihara komunikasi yang aktif dengan
stake holder.
4. INTERFACE MANAJEMEN
Interface manajemen berurusan dengan
perencanaan dan pengendalian interaksi berbagai
unsur kegiatan atau peserta proyek (stake halder)
pada kurun waktu dan area tertentu.
BAGIAN II
KELAYAKAN PROYEK DAN KEPUTUSAN
INVEST ASI
BAB 5
STUDI KELAYAKAN &
ASPEK PASAR
1. STUDI KELAYAKAN
Tujuan pengkajian kelayakan adalah untJtk
menjawab pertanyaan layak tidaknya suatu
gagasan atau usulan diwujudkan menjadi
kenyataan. Hal ini dikaitkan dengan tingkat
keberhasilan yang hendak diraih.
Melihat kegunaannya yang strategis, yaitu
sebagai bahan pengambilan keputusan, maka sua
tu studi kelayakan haruslah mencakup berbagai
aspek yang terkait serta memperhatikan mutu
dan jangkauan pengkajian.
Aspek-aspek yang akan disorot
tergantung dari lingkup usaha dan tujuannya.
Untuk proyek atau investasi membangun
industri, aspek-aspek yang disorot umumnya
meliputi pemasaran, teknis, finansiat
ekonomi, serta dampak lingkungan.
Kriteria kelayakan
Kelayakan harus memperhatikan hal-hal
berikut ;
– Aspek yang dikaji,
– Mutu hasil pengkajian,
– Jangkauan pengkajian.
2. ASPEK PASAR
Pengkajian apsek pasar berfungsi
menghubungkan manajemen suatu organisasi
dengan pasar yang bersangkutan melalui
informasi. Selanjutnya, informasi ini digunakan
untuk mengidentifikasi kesempatan dan
permasalahan yang berkaitan dengan pasar dan
pemasaran.
Proses pengkajian pasar
3. ANALISIS PERMINTAAN & PENAWARA
a.) permintaan
Qx = f(Px, N, I, Py, T)

Qx = komoditas x yang diminta oleh pasar


per satuan waktu
Px = harga komoditas x per unit
I = pendapatan konsumen
Py = harga dari komoditas yang ada
hubungannya dengan komoditas x
(substitusi atau komplementer)
T = selera konsumen
N = jumlah konsumen
b.) Elastisitas
– Elastisitas harga permintaan
c.) Penawaran
Qs = f(Px, T, I)

di mana,
Qx = komoditas x yang ditawarkan
Px = harga komoditas x per unit
T = teknologi
I = input price
d.) harga keseimbangan
BAB 6
ASPEK TEKNIS
Pada dasarya lingkup pengkajian aspek teknis
terdiri dari ;
• penentuan letak geografis lokasi,
• pemilihan teknologi produksi,
• penentuan kapasitas,
• denah instalasi, dan
• bangunan instalasi.
1. Letak geografis lokasi
Pemilihan letak lokasi mula-mula dilakukan
melalui identifikasi daerah kemudian dipersempit
dengan menentukan lokasi. Dalam hal ini, faktor-
faktor yang perlu diperhatikan adalah sumber bahan
mentah, daerah pemasaran, tenaga kerja dan
transportasi, demikian juga tersedianya fasilitas
pendukung lain seperti prasarana, utiliti, dan situasi
lingkungan.
2. Teknologi proses produksi
Memilih teknologi produksi berarti memilih
proses menghasilkan produk atau servis, yang pada
tahap berikutnya akan menentukan macam denah,
peralatan, dan desain engineering. Hal ini selanjutnya
menentukan juinlah biaya yang diperlukan.
3. Denah instalasi
Penentuan denah instalasi besar pengaruhnya
terhadap efisiensi produksi dan keselamatan kerja.
Ini dikerjakan dengan mempertimbangkan
parameter-parameter penampungan dan penyimpanan
produk, letak peralatan hubungannya dengan proses
produksi, ruang gerak, dan penanganan material.
4. Kapasitas produksi
Kapasitas produksi memberikan plafon atas
produksi yang dapat dicapai oleh suatu instalasi hasil
proyek. Plafon ini memberikan parameter untuk
perhitungan dan pengkajian selanjutnya seperti
desain engineering, perhitungan titik produksi, dan
lain-lain.
BAB 7
ASPEK FINANSIAL
Rencana aliran kas, dan bukan laporan rugi-laba
atau neraca keuangan, dipakai sebagai model
analisis pengkajian kelayakan proyek dan aspek
finansial-ekonomi.
Dalam rangka menyusun aliran kas, langkah
pertama adalah membuat perkiraan biaya pertama,
biaya operasi dan produksi, di samping pengeluaran
dan pemasukan yang lain. Adapun komponen
pokok biaya operasi dan produksi terdiri dari
pengeluaran-pengeluaran untuk pengadaan bahan
mentah, kompensasi dan pegawai, serta utiliti.
Khusus dalam menyusun aliran kas proyek
(investasi) perlu diperhatikan sifatnya yang
harus incremental, melihat opportunity cost, dan
perhitungannya didasarkan pada pendapatan
setelah dipotong pajak (earning after income
tax).
Dalam rangka mengkaji kelayakan proyek
dari segi finansial, proyek dikelompokkan
menjadi proyek dengan modal terbatas dan
modal tak terbatas. Proyek dengan modal tak
terbatas dibagi menjadi proyek mandiri dan
proyek saling meniadakan. Yang terakhir ini
selanjutnya terdiri dari proyek yang berumur
sama, berumur berbeda, dan skala berbeda.
Kriteria seleksi dapat digolongkan menjadi 2
kelompok. Kelompok pertama yang tidak
memperhitungkan nilai waktu dari uang (periode
pengembalian, ROI), sedangkan kelompok
kedua memperhitungkan nilai waktu dari uang
(NPV, IRR, IP, BCR).
Secara umum arti risiko terkait dengan
kemungkinan (probabilztas) terjadinya peristiwa
di luar yang diharapkan. Dalam konteks ini,
risiko proyek/investasi adalah variabilita.s
pendapatan sebagai dampak dari variasi aliran
kas masuk dan keluar selama umur proyek/
investasi.
Pengukuran kuantitas risiko didekati dengan
konsep probabilitas dengan parameterparameter
varians dan deviasi standar.
Macam risiko proyek dikelompokkan menjadi
risiko proyek/investasi tunggal dan kombinasi
multiproyek (investasi) atau dikenal sebagai
risiko portofolio.
Teknik yang lazim untuk mengkaji risiko
proyek tunggal adalah dengan menggunakan
decision tree, analisis sensitivitas, dan simulasi.
BAB 8
ASPEK SOSIAL EKONOMI
1. BENEFIT, DISBENEFIT, dan BIAYA
Pengkajian aspek sosial ekonomi
menitikberatkan pada penelitian masalah biaya
(cost), manfaat (benefit), dan kerugian atau
beban (disbenefit) proyek (investasi) dari sudut
kepentingan masyarakat/nasional secara
menyeluruh. Dalam banyak segi, hal ini
mencakup faktor-faktor yang lebih luas dari
sekedar aspek finansial.
2. SISTEMATIKA ANALISIS
– Pajak
– Subsidi
– Ketidaksempurnaan pasar
– Konsep consumer/producer surplus
– Dampak eksternal
– Pemerataan pendapatan
– Tabungan ( saving )
3. EFEKTIVITAS & EFESIENSI PEMAKAIAN
SUMBER DAYA
Sebagai jalan keluar digunakan pendekatan
dengan menganalisis efektivitas pembiayaan
(cost effectiveness), yaitu dinyatakan dalam
rupiah per unit sasaran yang harus dicapai.
Misalnya sebagai berikut:
• Proyek pemberantasan buta huruf
• Proyek keluarga berencana
• Proyek pelestarian lingkungan hidup
4. ARUS PENGEMBALIAN
Menurut H. J. Lang 1 989, konsensus yang
banyak diterapkan selama ini adalah memilih di
antara kemungkinan-kemungkinan berikut:
• Sama besar dengan suku bunga dari dana
pinjaman yang dipakai untuk membiayai
proyek sektor publik yang bersangkutan.
• Opportunity cost dari modal yang tersedia. Ini
dengan anggapan bahwa modal yang ada pada
pemerintah adalah langka sehingga
penggunaannya sejauh mungkin haruslah
memilih tingkat pengembalian yang tertinggi.
• Opportunity cost masyarakat yang akan
mendapatkan manfaat proyek (investasi).
BAB 9
PENDANAAN PROYEK
1. SUMBER & MACAM PENDANAAN
PROYEK
Pendanaan proyek berurusan dengan kegiatan
mendapatkan dana atau modal untuk proyek,
termasuk mengkaji sumber, syarat-syarat
pinjaman, menganalisis tingkat bunga terhadap
keputusan investasi, dan lain-lain.
Pada dasarnya sumber dana dikelompokkan
menjadi ;
• modal sendiri : terdiri dari penerbitan saham
atau laba yang ditahan,
• berasal dari luar : sedangkan yang dari luar
adalah utang
2. KEGIATAN KEPUTUSAN INVESTASI &
PENDANAAN
Pertanyaan yang mendasar dari calon investor
(swasta) adalah apakah tingkat keuntungan yang
diperoleh akan dapat menutup biaya modal. Salah
satu cara untuk menjawabnya adalah menggunakan
kriteria seleksi-NPV di mana besar arus diskonto
(hurdle rate) sama dengan biaya modal (COC).
Selanjutnya dipilih investasi yang menjanjikan
tingkat keuntungan lebih besar dari biaya modal.
3. MENGHITUNG BIAYA MODAL
Proyek-proyek besar memerlukan biaya besar
dengan melibatkan lebih dari satu sumber. Untuk
memperhitungkan biaya modal digunakan angka
biaya modal rata-rata tertimbang atau weighted
average cost of capital.
Di dalam mengkaji arus pengembalian atau
tingkat keuntungan, dikenal parameter yang
disebut arus pengembalian minimal yang
menarik (minimum attractive rate of return-
MARR). Ini diinginkan lebih besar COC.
4. PERANAN PENYANDANG DANA
Pemberi pinjaman atau penyandang dana selalu
mengharapkan bahwa si peminjam secara
meyakinkan dapat mengembalikan pokok serta
bunga sesuai syarat-syarat pinjaman, atau (untuk
pinjaman lunak) ingin melihat bahwa proyek-
proyek yang dibiayai berhasil seperti yang
direncanakan. Untuk maksud tersebut penyandang
dana ingin mempunyai peranan yang cukup
ekstensif dalam memantau kemajuan implementasi
proyek.
5. PENDANAAN NON-RECOURSE
Salah sa tu macam pendanaan proyek yang
mulai terkenal adalah non recourse project
financing, yaitu pendanaan di mana pihak
pemberi pinjaman menyandarkan hanya pada
aliran kas pemasukan dari unit ekonomi tertentu
(hasil proyek) sebagai sumber dana untuk
membayar kembali utang, dan aset unit ekonomi
tersebut sebagai kolateral.
BAB 10
AMDAL & DAMPAK
LINGKUNGAN PROYEK E-MK
Dampak lingkungan adalah perubahan
lingkungan yang disebabkan oleh suatu kegiatan.
Kegiatan dapat terjadi oleh proses alami atau
dilakukan oleh manusia. Sedangkan clampak
yang terjadi clapat bersifat positif maupun
negatif terhadap lingkungan.
1. ANDAL/AMDAL
Guna menjaga pelestarian daya dukung
lingkungan maka pembangunan harus diclasarkan
atas wawasan lingkungan. Untuk maksud tersebut
dikeluarkan UU No. 4 Tahun 1982 sebagai ketentuan
pokok untuk landasan pengelolaan lingkungan hidup
serta PP No. 29 Tahun 1986 sebagai peraturan
pelaksanaannya, yang antara lain memuat pasal yang
mengharuskan penyusunan ANDAL/ AMDAL untuk
kegiatan yang berdampak penting.
Analisis dampak lingkungan (ANDAL)
adalah telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak penting suatu kegiatan yang
direncanakan. Sedangkan analisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL) adalah hasil studi
mengenai dampak suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.
2. DAMPAK LINGKUNGAN PROYEK E-MK
Dampak lingkungan proyek E-MK seperti
pembangunan industri dapat menyentuh
berbagai aspek dengan lingkup luasnya meliputi
sosial budaya, biologi, ekonomi, fisika, dan
kimia.
Dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu ;
• Dampak pada waktu membangun proyek
(pembebasan tanah dan konstruksi), serta
• Dampak pada waktu unit hasil proyek/pabrik
beroperasi.
Dampak yang dihasilkan dari operasi pabrik
yang perlu diperhatikan adalah pembuangan
limbah yang dapat menimbulkan pencemaran
terhadap udara, air, tanah, dan kebisingan.
BAGIAN III
PERENCANAAN,PERANGKAT,DAN
PESERTA
BAB 11
PERENCANAAN STRATEGIS &
OPERASIONAL PROYEK
1. SISTEMATIKA PERENCANAAN
Sistematika proses perencanaan merrgikuti urutan
berikut;
– penentuan tujuan,
– penentuan sasaran,
– pengkajian posisi awal terhadap tujuan,
– pemilihan alternatif, dan
– penyusunan rangkaian langkah untuk mencapai
tujuan.
2. PERENCANAAN STRATEGI PROYEK
Perencanaan strategi meliputi keputusan-
keputusan yang mempunyai implikasi besar
terhadap penyelenggaraan proyek, seperti
filosofi desain, penentuan bobot sasaran pokok,
pemilihan bentuk kontrak, penggunaan
organisasi ketiga untuk menangani
implementasi, dan lain-lain.
3. PERENCANAAN OPERASIONAL
Perencanaan operasional adalah action plan
yang menjabarkan perencanaan strategis ke
dalam tindakan-tindakan yang perlu dilakukan
dalam usaha mencapai sasaran.
4. UNSUR-UNSUR PERENCANAAN
OPERASIONAL PROYEK
Dengan mengacu pada area ilmu manajemen
proyek PM-BOK yang dibahas dalam Bab 4,
perencanaan operasional proyek terdiri dari:
• Perencanaan lingkup.
• Perencanaan mutu.
• Perencanaan waktu dan penyusunan jadwal.
• Perencanaan biaya.
• Perencanaan sumber daya manusia.
• Program pengelolaan risiko.
• Perencanaan kontrak dan pembelian.
• Perencanaan komunikasi.
BAB 12
PERENCANAAN WAKTU &
JARINGAN KERJA
1. BAGAN BALOK
H. L. Gantt merintis pengelolaan waktu,
khususnya perencanaan clan pengendalian waktu
proyek yang sistematis clan analitis dengan
memperkenalkan metode bagan balok. Metode ini
mengidentifikasi urutan kegiatan clan unsur waktu
yang terdiri dari waktu mulai, waktu selesai, clan saat
pelaporan.
2. JARINGAN KERJA
Jaringan kerja merupakan penyempurnaan dari
metode bagan balok. Pada jaringan kerja, telah
terjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berapa lama
kurun waktu penyelesaian proyek tercepat, kegiatan
mana bersifat kritis clan nonkritis, clan lain-lain.
Prosedur dan sistematika menyusun jaringan
kerja berturut-turut adalah mengkaji dan
memecah lingkup proyek menjadi komponen-
komponen kegiatan, menyusun kembali sesuai
dengan logika ketergantungan, memberikan
perkiraan waktu, dan mengidentifikasi jalur
kritis. Dan bila diinginkan, dilanjutkan dengan
mencari jadwal yang ekonomis dan optimal.
3. MENGIDENTIFIKASI & MENGURAIKAN
LINGKUP PROYEK MENJADI KOMPONEN-
KEMPONENNYA
– Terminologi & kaidah dasar ; Kaidah dasar
jaringan kerja (CPM/PERT) adalah kecuali
sebagai kegiatan awal, maka sebelum suatu
kegiatan dapat mulai, kegiatan terdahulu
(predecessor) harus sudah selesai.
Dikenal dua macam estimasi kurun waktu,
CPM memakai cara deterministik satu angka,
sedangkan PERT memakai tiga angka
probabilitas dengan rentang waktu.
BAB 13
METODE, TEKNIK PERENCANAAN
WAKTU & MENYUSUN JADWAL
1. METODE JALUR KRITIS ( CPM )
Pada jaringan kerja terdapat jalur kritis yang
terdiri dari rangkaian komponen kegiatankegiatan
kritis. Besar kurun waktu jalur kritis menunjukkan
waktu penyelesaian proyek tercepat.
– JALUR KRITIS & FLOAT
Untuk mengetahui kurun waktu penyelesaian
proyek tercepat dilakukan hitungan maju. Sedangkan
untuk mengidentifikasi float digunakan hitungan
mundur.
2. TEKNIK EVALUASI & REVIEW PROYEK
(PERT)
Metode PERT direkayasa untuk merencanakan
dan mengendalikan kegiatan dengan kurun waktu
yang memiliki ketidakpastian cukup tinggi, sehingga
dipakai tiga angka estimasi a, m, dan b.
Di dalam proses memperkirakan besar angka-
angka a, m, dan b tersebut harus diperhatikan
beberapa faktor, sehingga tidak mengurangi faedah
yang akan diperoleh dari tujuan menggunakan
metode ini.
• Teori Probabilitas
Teori Probabilitas dari ilmu statistik dengan kurva
distribusinya dipergunakan untuk
mengkuantifikasikan ketidakpastian, sehingga
mendapatkan hubungan-hubungan tertentu antara a,
m, dan b, demikian pula angka te, yaitu besar kurun
waktu yang diharapkan.
• Deviasi Standar & Varians kegiatan
Untuk menunjukkan adanya rentang waktu bagi
masing-masing kegiatan maupun peristiwa selesainya
milestone atau proyek, diperkenalkan parameter
deviasi standar dan varians.
3. METODE DIAGRAM PRESEDEN (PDM)
PDM adalah jaringan kerja dengan kegiatan
terletak di dalam node (AON), sedangkan anak panah
berfungsi menunjukkan hubungan antara node yang
bersangkutan. • Berbeda dengan CPM maupun
PERT, maka PDM mengenal adanya konstrain antara
kegiatan yaitu SS, SF, FS dan FF, yang
memungkinkan menggambarkan kegiatan tumpang
tindih lebih sederhana dan tidak memerlukan dummy.
Karena dalam PDM menampung
kemungkinan kegiatan boleh mulai sebelum
kegiatan yang mendahuluinya selesai 100
persen, maka dapat terjadi waktu penyelesaian
proyek lebih pendek dibandingkan dengan
metode CPM a tau PERT, terkecuali bila
kegiatan-kegiatan tersebut dipecah-pecah yang
memerlukan banyak dummy.
BAB 14
JADWAL DAN SUMBER DAYA
Tiga hal yang hendaknya diperhatikan
mengenai hubungan antara jadwal dan sumber
daya, yaitu ;
• menyusun jadwal yang paling ekonomis,
• keterbatasan sumber daya, dan
• pemerataan penggunaan sumber daya.
1. JADWAL YANG EKONOMIS
Menyusun jadwal yang ekonomis didekati dengan
metode cost and schedule trade off, yang
menganalisis sejauh mana jadwal dapat diperpendek
dengan menambahkan biaya (langsung) terhadap
kegiatan yang masih bisa dipercepat kurun waktu
pelaksanaannya dari segi teknis.
2. KETERBATASAN SUMBER DAYA
Keterbatasan sumber daya dapat mempengaruhi
jadwal proyek seperti berkurangnya besar float total,
dan terbentuknya jalur kritis baru. Bahkan bila
keterbatasannya terlalu besar akan sulit menerapkan
kaidah-kaidah jaringan kerja, seperti yang
menyangkut penentuan jalur kritis.
3. PEMERATAAN PENGGUNAAN SUMBER
DAYA
Pemerataan pemakaian sumber daya dimaksudkan
mengurangi fluktuasi jumlah tenaga kerja atau
peralatan yang terlalu tajam. Hal ini diusahakan
dengan menggunakan semaksimal mungkin float
yang ada.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai