Anda di halaman 1dari 28

TERAPI LATIHAN LATIHAN PENGULURAN

A. FLEKSIBILITAS
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggerakkan sendi tunggal atau rangkaian sendi secara halus
dan mudah melalui ROM bebas nyeri yang tidak terbatas. Fleksibilitas merupakan kemampuan tubuh
untuk melakukan gerakan melalui ruang gerak sendi secara maksimal.
Macam-macam fleksibilits mrnurut Carolin kisner dan Colby (2012) , antara lain :

1. Fleksibilitas dinamis

Bentuk fleksibilitas ini juga disebut dengan mobilitas aktif atau ROM aktif, yaitu derajat kontraksi
otot aktif yang menggerakan segmen tubuh pada ROM sendi yang ada. Fleksibilitas dinamis
bergantung pada derajat sendi dapat digerakkan oleh kontraksi otot dan jumlah tahanan jaringan
yang terjadi selama gerak aktif.

2. Fleksibilitas Pasif

Aspek fleksibilitas ini, disebut juga mobilitas pasif atau ROM pasif, adalah derajat segmen tubuh
dapat digerakkan secara pasif pada ROM yang ada dan bergantung pada ekstensibilitas otot dan
jaringan ikat yang melintasi dan mengelilingi sendi. Fleksibilitas pasif adalah pra syarat untuk
fleksibilitas dinamis.
B. HIPOMOBILITAS
Hipomobilitas adalah penurunan mobilitas atau keterbatasan
gerak. Rentang proses patologis yang luas dapat membatasi gerak
dan menganggu mobilitas. Ada banyak factor yang dapat berperan
terhadap hipomobilitas dan kekakuan jaringan lunak, potensi
hilangnya ROM, dan terjadinya kontraktur.
C. KONTRAKTUR
Keterbatasan gerak dapat bervariasi dari pemendekan otot ringan hingga
kontraktur yang tidak dapat diperbaiki. Kontraktur didefinisikan sebagai
pemendekan adaptif unit muskulotendinosa dan jaringan lunak lain yang
melintasi maupun mengelilingi sendi dan menimbulkan tahanan yang signifikan
terhadap peregangan pasif atau aktif dan keterbatasan ROM, yang dapat
mengganggu kemampuan fungsional (Blanton, 2012).
Ada banyak factor dan alasan yang dapat menyebabkan pengurangan ROM
sendi, salah satunya adalah kekakuan otot, tightness dapat diakibatkan oleh
peningkatan ketegangan dari mekanisme aktif atau pasif. Secara pasif, otot bisa
memendek melalui adaptasi postural dtau jaringan parut. Secara aktif, otot bisa
memendek karena tightness yang menyebabkan berkurangnya ROM dapat
menimbulkan ketidak seimbangan otot (Phil, 2012).
Tidak ada gambaran jelas tentang besarnya keterbatasan gerak akibat hilangnya
ekstensibilitas jaringan lunak yang harus ada untuk menyatakan keterbatasan gerak sebagai
kontraktur. Menurut Kendal et al, 2005, kontraktur didefinisikan sebagai hampir hilangnya
seluruh gerak, sementara istilah pemendekan digunakan untuk menunjukkan kondisi
hilangnya gerak sebagian.
1. Penandaan kontraktur berdasarkan lokasi
Kontraktur dijelaskan dengan mengidentifikasi aksi otot yang memendek. Bila pasien
mengalami pemendekan fleksor siku dan tidak dapat mengekstensikan siku secara
penuh, pasien dinyatakan mengalami kontraktur fleksi siku.
2. JENIS -JENIS KONTRAKTUR
a. Kontraktur miostatik
Pada kontraktur miostatik (miogenik), walaupun unit muskulotendinosa mengalami pemendekan
adaptif dan terdapat kehilangan ROM yang signifikan, tidak terdapat patologi otot khusus yang
tampak. Dari perspektif morfologis walaupun terdapat penurunan jumlah unit sarkomer dlaam
rangkaian, tidak ada penurunan panjang sarkomer individual. Kontraktur miostatik dapat
dihilangkan dalam waktu yang relative singkat dengan latihan peregangan.
b. Kontraktur pseudomiostatik

Gangguan mobilitas dan keterbatasan ROM juga dapat terjadi akibat hipertonisitas (spastisitas/rigiditas)
sehubungan dengan lesi system saraf pusat, seperti cedera serebrovaskuler, cedera medulla spinalis atau
cedera otak traumatic. Spasme otot atau muscle guarding juga dapat menyebabkan kontraktur
pseudomiostatik.
c. Kontraktur artrogenik dan periartikuler

Disebabkan oleh patologi intra-artikuler. Perubahan ini dapat disertai perlekatan, proliferasi synovial,
efusi sendi, iregularitas kartilago sendi, atau pembentukan osteofit. Kontraktur periatikuler terjadi
Ketika jaringan ikat yang melintasi atau melekat pada sendi atau kapsul sendi kehilangan mobilitasnya
sehingga membatasi gerak artrokinematika normal.

d. Kontraktur fibrotic dan kontraktur yang tidak dapat diperbaiki

Perubahan fibrous pada jaringan ikat otot dan struktur periartikuler dapat menyebabkan perlekatan pada
jaringan-jaringan tersebut kemudian menyebabkan kontraktur fibrotic. Walaupun kontraktur fibrotic
dapat diregangkan dan ROM kemudian dapat ditingkatkan, panjang jaringan optimal sering kali sulit
dikembalikan.
D. PEREGANGAN
Latihan peregangan (stretching) adalah bentuk latihan meregangkan otot untuk meningkatkan
fleksibilitas otot dan meningkatkan jangkauan gerakan anggota tubuh yang melibatkan
persendian. Aktivitas peregangan biasanya dilakukan sebagai bagian dari latihan olahraga atau
rehabilitasi fungsi anggota tubuh.

Stretching adalah latihan modalitas terapeutik untuk meningkatkan rentang gerak sendi dan juga
memodifikasi fleksibilitas dan atau suatu bentuk terapi latihan yang dilakukan untuk
memanjangkan otot yang patologis berupa pemendekan otot yang menghambat jarak gerak
sendi yang normal. Stretching sering dilakukan sebelum berolahraga dengan tujuan untuk
meningkatkan jangkauan gerak (ROM) dan performa atletik (Knudson,2006).
Menurut Karolin dan Colby, 2017 ada beberapa teknik stretching antara lain :

1. Peregangan selektif

Peregangan selektif adalah proses Ketika fungsi keseluruhan pasien dapat ditingkatkan dengan
mengaplikasikan teknik peregangan secara selektif pada beberapa otot dan sendi tetapi
memungkinkan terjaddinya pembatasan gerak pada otot dan sendi tetapi memungkinkan
terjadinya pembatasan gerak paa otot atau sendi lain. Ketika menentukan otot yang akan
diregangkan dan yang akan sedikit diperpendek , terapis harus selalu mempertimbangkan
kebutuhan fungsional pasien dan pentingnya mempertahankan keseimbangan antara mobilitas
dan stabilitas untuk performa fungsional maksimum.
Keputusan untuk membiarkan terjadinya keterbatasan pada unit musculotendinosa dan sendi tertentu
biasanya dilakukan pada pasien dengan paralisis permanen . misalnya :
- Pada pasien dengan cedera medulla spinalis , stabilitas trunk diperlukan untuk duduk mandiri. Pada lesi
torasik dan servical, pasien tidak memiliki control aktif pada ekstensor punggung. Bila hamstring sering
diregangkan untuk meningkatkan atau mempertahankan ekstensibilitasnya dan hipomobilitas sedang dapat
terjadi pada ekstensor pinggang, pasien dpat bersandar ke struktur yang sedikit memendek dan mendpatkan
beberapa derajat stabilitas trunk untuk duduk dalam waktu lama. Namun, pasien tetap harus memiliki
fleksibilitas yang cukup untuk berpakaian dan transfer secara mandiri. Terlalu banyak pembatasan gerak pada
pinggang dapat mengurangi fungsi.
- Membiarkan terjadinya hipomobilitas ringan pada fleksor kaput longum jemari tangan sambil
mempertahankan mobilitas pergelangan tangan memungkinkan pasien dengan cedera medulla spinalis, yang
kekurangan inervasi otot intrinsic jemari tangan, untuk memperoleh Kembali kemampuan menggengam
menggunakan kerja tendonesis.
2. Peregangan berlebihan dan hipermobilitas

Peregangan berlebihan adalah peregangan yang melewati panjang otot dan ROM normal pada
sendi dan jaringan lunak sekitarnya (kendall et al, 2005) menyebabkan hipermobilitas.

- Menghasilkan hipermobilitas selektif dengan peregangan berlebih mungkin diperlukan pada individu
sehat tertentu yang memiliki kekuatan dan stabilitas normal, yang melakukan olahraga yang
membutuhkan fleksibilitas luas.

- Peregangan berlebihan akan merugikan dan menimbulkan instabilitas sendi jika struktur penopang
sendi dan kekuatan otot disekitar sendi tidak memadai dan tidak mampu mempertahankan sendi
dalam posisi fungsional yang stabil selama aktivitas. Instabilitas sendi seringkali menyebabkan nyeri
dan dapat mempengaruhi seseorang terhadap cedera musculoskeletal.
E. GAMBARAN INTERVENSI UNTUK MENINGKATKAN MOBILITAS JARINGAN
LUNAK

Banyak intervensi terapeutik yang telah dirancang untuk meningkatkan mobilitas jaringaan lunak
dan akibatnya, meningkatkan ROM dan fleksibilitas. Peregangan dan mobilitas/manipulasi
adalah istilah umum yang menjelaskan manuver terapeutik yang meningkatkan ekstensibilitas
jaringan lunak yang terbatas.

Berikut adalah istilah yang menjelaskan bebrapa teknik yang dirancang untuk meningkatkan
ekstensibilitas jaringan lunak dan mobilitas sendi, hanya bebrapa diantaranya adalah latihan
peregangan atau stretching.
Berikut ini adalah istilah yang menjelaskan beberapa teknik yang dirancang untuk meningkatkan ekstensibilitas
jaringan lunak dan mobilitas sendi, hanya beberapa diantaranya adalah latihan peregangan atau stretching.
 
1. Peregangan : Manual atau mekanis/ pasif atau asistif
Gaya peregangan lingkup akhir eksternal terus-menerus, diaplikasikan dengan tekanan berlebih dan dengan kontak
manual atau alat mekanik, memanjangkan unit muskulotendinosa dan jaringan ikat periarticular yang memendek
dengan menggerakkan sendi yang terbatas melewati ROM yang ada. Bila pasien mampu rileks maksimal, disebut
peregangan pasif. Bila pasien membantu menggerakan sendi kelingkup gerak yang lebih besar, disebut peregangan
asistif.
2. Peregangan mandiri
Setiap latihan peregangan yang dilakukan secara mandiri oleh pasien dengan instruksi dan pengawasan terapis
disebut sebagai peregangan mandiri. Istilah peregangan mandiri dan latihan fleksibilitas seringkali tertukar. Namun,
beberapa praktisi lebih memilih untuk membatasi definisi latihan fleksibilitas sebagai latihan peregangan yang
merupakan bagian dari program conditioning umum dan kebugaran yang dilakukan oleh individu yang tidak
memiliki gangguan mobilitas. Peregangan aktif adalah istilah lain yang terkadang digunakan untuk menjelaskan
prosedur peregangan mandiri. Namun, latihan peregangan yang menggabungkan teknik inhibisi atau fasilitasi dengan
manuver peregangan juga disebut dengan peregangan aktif.
3. Teknik fasilitasi dan inhibisi neuromuskuler
Prosedur fasilitasi dan inhibisi neuromuskuler adalah merealisasikan tegangan pada otot yang
memendek sebelum atau selama pemanjangan otot. Karena penggunaan teknik inhibisi atau
fasilitasi untuk membantu pemanjangan otot yang berhubungan dengan pendekatan latihan
dikenal sebagai fasilitasi neuromuscular propioseptif (proprioceptive neuromuscular
fascilitation,PNF) (Sullivan,1992) banyak klinisi dan beberapa penulis yang merujuk kombinasi
prosedur inhibisi/fasilitasi/pemanjangan otot ini menjadi beberapa istilah, termasuk peregangan
PNF (Davis et al, 2004). Inhibisi aktif, peregangan aktif, atau peregangan terfasilitasi (Sharman
et al ,2006).
4. Teknik energi otot
Teknik energi otot adalah prosedur manipulative yang berkembang dari pengobatan osteopatik
dan dirancang untuk memanjangkan otot dan fascia serta untuk memobilisasi sendi ( Chaitow,
2007). Prosedur ini menggunakan kontraksi otot volunteer dari pasien dalam arah yang
terkontrol dengan baik dan intensitas melawan gaya lawanan yang diaplikasikan oleh praktisi.
5. Mobilisasi/manipulasi sendi
Teknik manipulasi sendi adalah intervensi terapi manual terampil yang diaplikasikan secara spesifik pada
struktur sendi untuk memodulasi nyeri dan menangani gangguan sendi yang membatasi ROM
6. Mobilisasi/manipulasi jaringan lunak
Teknik manipulasi jaringan lunak dirancang untuk meningkatkan ekstensibilitas otot dan melibatkan
aplikasi gaya manual spesifik dan progresif ( missal dengan menggunakan tekanan manual terus-menerus
atau usapan lambat dan dalam) untuk memberi pengaruh perubahan pada struktur miofasial yang dapat
mengikat jaringan lunak dan mengganggu mobilitas. Teknik, termasuk pemijatan friksi, pelepasan
miofasial, akupresur, dan terapi trigger point, dirancang untuk meningkatkan mobilitas jaringan dengan
memanipulasi jaringan ikat yang mengikat jaringan lunak.
7. Mobilisasi jaringan saraf (mobilisasi neuromeningeal)
Setelah trauma atau prosedur bedah, dapat terjadi perlekatan atau jaringan parut disekitar meninges dan
akar saraf atau pada area cedera di pleksus saraf tepi. Tegangan yang terjadi pada perlekatan atau jaringan
parut akan menimbulkan nyeri atau gejala neurologis. Setelah melakukan tes untuk menentukan
mobilitas jaringan saraf , jaras saraf dimobilisasi melalui prosedur selektif.
INDIKASI
- ROM trbatas karena jaringan lunak kehilangan ekstensibilitasnya akibat perekatan , kontraktur dan
pembentukan jaringan parut, menyebabkan keterbatasan aktivitas (keterbatasan fungsional) atau
keterbatasan kemampuan (disabilitas)
- Keterbatasan gerak dapat menyebabkan deformitas structural yang seharusnya dapat dicegah
- Kelemahan otot dan pemendekan jaringan yang berlawanan menyebabkan keterbatasan rom
- Dapat digunakan sebelum dan sesudah latihan berat untuk mengurangi nyeri otot pasca latihan
KONTRAINDIKASI PEREGANGAN

- Bonyblock membatasi gerak sendi


- Fraktur baru dan penyambungan tulang belum sempurna
- Terdapat bukti inflamasi akut
- Terdapat hematoma atau indikasi trauma jaringan lain
- Terjadi hipermobilitas
MANFAAT PEREGANGAN
1. Peningkatan fleksibilitas dan ROM
Pengaruh primer dan hasil yang diharapkan dari program latihan peregangan adalah untuk
mengembalikan atau meningkatkan ektensibilitas unit muskulotendinosa dan karena itu,
mengembalikan atau mencapai fleksibilitas dan ROM yang dibutuhkan untuk aktivitas fungsional yang
penting atau diharapkan. Serangkaian fakta menunjukkan bahwa berbagai jenis latihan peregangan ,
terutama prosedur peregangan statis dan PNF, meningkatkan fleksibilitas dan meningkatkan ROM.
Mekanisme dasar untuk perolehan ROM yang dirangsang peregangan mencakup perubahan biomekanis
dan saraf pada elemen kontraktil dan nonkontraktil unit muskulotendinosa. Perubahan ini diduga
disebabkan oleh peningkatan ekstensibilitas dan panjang otot atau penurunan kekakuan otot.(tegangan
muskulotendinosa pasif).
2. Kebugaran umum

Selain meningkatkan fleksibilitas dan ROM, latihan peregangan secara rutin direkomendasikan untuk
pemanasan sebelum atau pendinginan setelah aktivitas fisik yang berat.tau pendinginan setelah aktivitas fisik
yang berat. Peregangan juga dianggap sebagai bagian penting pada program conditioning untuk kebugaran
umum, untuk aktivitas rekreasional atau pekerjaan, dan untuk latihan persiapan olahraga komppetitif.

3. Peningkatan performa

Manfaat lain dari peregangan adalah peningkatan performa fisik, seperti peningkatan kekuatan, tenaga, atau
daya tahan otot atau peningkatan fungsional fisik, mencakup kecepatan berjalan atau berlari dan kemampuan melompat.
Sudah umum bagi individu, yang melakukan program kebugaran atau latihan terkait olahraga untuk melakukan latihan
peregangan sebelum sesi latihan penguatan. Peregangan juga umumnya dilakukan tepat sebelum mengikuti acara atletik
yang membutuhkan kekuatan atau tenaga, seperti lari cepat atau melakukan lompat vertical.
Latihan stretching dilakukan terutama untuk meningkatkan
fleksibilitas jaringan.latihan penguluran dpat memperkuat dan
memperpanjang struktur kolagen. Latihan ini secara alami dibatasi
oleh rasa nyeri. Hal yang harus diperhatikan adalah waktu yang
tepat untuk memulai latihan aktif mengingat cedera akut pada fase
awal memerlukan immobilisasi untuk mencegah terjadinya cedera
lanjut. Sebelum melakukan penguluran, seseorang harus yakin
keadaanya tidak kontraindikasi terhadap pemguluran (fraktur tidak
stabil, adanya hematoma dan infeksi jaringan, pasca operasi seperti
cangkok kulit dan perbaikan tendo). Pertimbsangkan kombinasi
latihan penguluran dengan modalitas fisioterapi lain, seperti hot
pack atau hidroterapi.
Adapun pedoman penguluran/ stretching adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi sebelum stretching
a. Menentukan keterbatasan fungsi akibat LGS terbatas
b. Menentukan keterbatasan jaringan lunak atau sendi untuk memilih teknik stretching yang tepat
c. Nilai kekuatan otot yang menyebabkan keterbatasan LGS

2. Sebelum memulai stretching


d. Tentukan tipe stretching yang tepat
e. Terangkan tujuan stretching
f. Posisi pasien nyaman dan stabil saat stretching
g. Terangkan prosedur stretching pada pasien
h. Bebaskan area yang di stretch dari pakaian yang sempit, bandage atau splint
i. Menjelaskan kepada pasien harus relax selama stretching
j. Gunakan pemanasan atau latihan pemanasan
3. saat melakukan stretching
a. gerakan perlahan
b. mengembangkan keseimbangan
c. pegang bag proximal dan distal
d. cegah penekanan sendi (traksi soft/mild)
e. perlahan tekanan peregangan
 
4. setelah stretching
a. lakukan pendinginan
b. pasien diminta melakukan latihan aktif (dengan ROM baru)
c. mengembangkan keseimbangan kekuatan untuk otot antagonis
prinsip keamanan dan ketepatan dalam melakukan stretching perlu diperhatikan oleh terapis
untuk mencegah efek yang buruk akibat latihan penguluran yang tidak sesuai dengan
ketentuan dapat mengakibatkan kerusakan struktur otot. Berikut panduan pelaksanaan
latihan penguluran sesuai dengan teknik yang akan diaplikasikan kepada klien/pasien
1. passive stretching
a. manual passive stretching
1) menggunakan tenaga dari luar dengan control arah, kecepatan, intensitas, dan jarak stretch jaringan
lunak yang kontraktur yang menghambat LGS.
2) Stretching dimulai dari keterbatasan LGS
3) Pasien harus relaks
4) Stretch force paling sedikit 6 detik, pengulangan beberapa kali dalam 1 sesion
5) Intensitas dan durasi stretching sesuai toleransi pasien

b. prolonged mechanical passive stretching


6) teknik stretching menggunakan alat mekanik dalam waktu yang lama sampai 10% berat badan
7) dengan menggunakan posisi badan, dengan beban tarikan dan system pulley atau dinamik splint.
8) Lama regangan 20-30 menit.
2. pada latihan penguluran aktif
a. hold relax
kontraksi isometric pada akhir LGS dari otot yang tegang , sebelum secara passive
otot tersebut dipanjangkan/elongation.
Prosedur :
1) otot yang tegang dalam posisi mengulur yang nyaman
2) pasien diminta melakukan kontraksi isometric pada otot yang tegang tersebut selama 5-10
detik. Tidak boleh menimbulkan nyeri.
3) Kemudian pasien diminta untuk relaks
4) Fisioterapis kemudian mengulur otot tersebut sampai batas kemampuan untuk LGS
5) Ulangi prosedur ini setelah beberapa detik istirahat
b. hold relax dengan agonis contraction
prosedur pelaksanaan sama dengan hold relax. Setelah pasien melakukan kontraksi isometric,
pasien diminta melakukan kontraksi konsentrik otot agonis (lawan dari otot yang tegang) untuk
menambah LGS.
c. agonis contraction
Prosedur :
1) otot yang tegang dipasif stretching dampai posisi nyaman
2) pasien diminta kontraksi kosentrik dengan sendi bergerak
3) akan didapatkan otot yang tegang menjadi rileks dan memanjang akibat resiprokal inhibisi
4) tidak boleh memberikan tahanan yang kuat saat otot berkontraksi, karena akan terjadi
penyebaran ketegangan otot sehingga menghambat gerakan sendi dan menimbulkan nyeri.
5) Prosedur ini digunakan Ketika spasme otot menghambat gerakan sendi
Tujuan dari teknik ini adalah menambah LGS dan mobilitas jaringan
sekitar sendi senormal mungkin; mencegah kontraktur yang menetap;
fleksibilitas dan mencegah/ meminimalkan risiko cedera
musculotendineus berkaitan aktivitas fisik yang spesifik dan sport.

Anda mungkin juga menyukai