Anda di halaman 1dari 18

GEOLOGI REKAYASA (7)

TANAH DAN BATUAN UNTUK BAHAN


BANGUNAN
I.Tanah dan Mineral
 Tanah, mineral dan batuan dapat dipergunakan untuk bahan baku bangunan
disamping kayu, bambu, besi dan logam lainnya. Penggunaannya disesuaikan
dengan persyaratan kemampuan bahan baku bangunan yang dapat diberikan.
 Tanah, mineral dan batuan dapat dipakai secara langsung dicampur dengan
bahan lain, atau baru dapat dipakai setelah mengalami pengolahan, misalnya
pembakaran dan sebagainya.
 Tanah dapat digunakan sebagai bahan urugan, tanggul, bendungan tanah,
atau sebagai bahan baku batu bata/genteng.
 Tanah untuk inti bendungan setelah mengalami proses pemadatan dan
konsolidasi hendaknya bersfat padat, tidak lolos air, kekuatan tekan tinggi,
tidak mengalami pengembangan dan slaking yang benar. Slaking adalah
adalah salah satu proses yang menyebabkan pelapukan, material akan hancur
oleh karena kontak dengan udara dan air atau mengalami pembasahan dan
pengeringan.
 Hal ini dapat tercapai jika tanah tidak seluruhnya terdiri dari lempung
khususnya monmorillonit; gradasi baik, dengan lempung – pasir - dan
kerikil; mengalami pemadatan dan konsolidasi yang baik.
 Tanah dapat berupa tanah hasil pelapukan dari batuan induknya tanpa
mengalami perindahan yang biasa disebut residual soil, misalnya tanah
laterit. Dapat juga berupa tanah endapan yaitu tanah yang terbentuk dari
hasil pelapukan kemudian mengalami transportasi (air, angin, es/gletser)
dan diendapkan pada tempat-tempat tertentu atau biasa disebut
transported soil, misalnya endapan aluvial.
 Pembentukan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu batuan
(rock), iklim (Clim), topografi (tipography), organisme (organism), dan
waktu (time).; dan biasa ditulis :

S = ∫( R, C, T, O, t ).
 Pembentukan Lapisan Dasar Tanah (pedologi) pada tanah residual soil
 Tanah endapan aluvial adalah tanah yang terbentuk dari hasil transportasi
dari media transportasi yang diendapkan di suatu tempat tertentu, tanah
ini disebut juga tanah transported soil.
II. Sifat-sifat fisis dari berbagai material geologis.

 Semua material yang membentuk bumi digolongkan kedalam material


geologis, yaitu batuan, tanah, air,minyak bumi, gas, es dan sebagainuya.
 Sifat-sifat fisis dan mekanis dari material geologis padat ditentukan oleh :
 Sifat-sifat berbagai material yang membentuknya (sifat-sifat yang
melakukan penyusunan).
 Sifat-sifat keseluruhan volume material (sifat-sifat massa).
 Material geologis seperti air dan minyak tidak memiliki bentuk khusus.
Materia geologis ini mengambil bentuk dari wadah mereka. Dalam geologi
rekayasa, zat cair tidak dapat dimampatkan, berbeda dengan gas.
 Material Geologis Padat (Tanah dan Batuan)
 Penggunaan Agregat untuk konstruksi bangunan
 Agregat kasar ( < 5 mm)
 Dapat berupa pasir alam atau pasir giling
 Terdiri dari butir-butir bersudut, keras, bersifat kekal, tidak mudah
larut atau lapuk, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
 Tidak mengandung mineral-mineral seperti garam, gipsum, sulfida,
fragmen kalsedon, filit, lempung, rijang yang berlebihan (dihindari).
 Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%, yang diartikan lumpur
atau lempung yaitu butiran yang melalui ayakan 0,063 mm.
 Jika lumpur (lempung) melebihi 5% maka pasir harus dicuci.
 Agregat tidak mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak.
 Agregat harus bergradasi baik, terdiri dari berbagai ragam ukuran
butir, yaitu sisa diatas ayakan 4mm (min. 2%), sisa diatas ayakan
1mm (min. 10%), sisa diatas ayakan 0,25 mm berkisar antara (80 –
95 %).
 Pasir laut sama sekali tidak boleh dipergunakan kecuali atas dengan
saran dan petunjuk dari Lembaga Pemeriksaan yang diakui.
 Agregat Kasar ( > 5 mm )
 Dapat berupa kerikil alam atau batu pecah
 Terdiri dari butir-butir bersudut, keras, tidak berpori, bersifat kekal,
tidak mudah larut atau lapuk, tidak pecah atau hancur karena
pengaruh cuaca seperti matahari dan hujan.
 Agregat harus segar, keras, dan menghindari penggunaan batuan yang
mudah larut seperti gipsum, batulempung, batupasir rapuh/berpori
dan sebagainya.
 Agregat pipih tidak melampaui 20% dari agregat seluruhnya.
 Tidak diperkenangkan mengandung butiran lempung lebih dari 1%
( < 0,063 mm).
 Jika lebih, maka agregat harus dicuci.
 Agregat kasar tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
seperti reaktif alkali seperti opal kalsedo, pirit/sulfida, sulfat, filit, kaca
alam/obsidian.
 Menurut United States Bureau of Reclamation (USBR), salah satu
lembaga negara di Amerika; agregat yang mengandung lebih dari
0,25% berat opal, lebih dari 5% kalsedon, atau lebih dari 3% kaca atau
batuan vulkanik asam/intermedit atau tufanya dapat menyebabkan
reaksi dengan semen alkali yang menghancurkan.
 Tidak mengandung bahan-bahan zat organik seperti batubara,
lempung atau serpih peat (gambut), dan sebagainya.
 Agregat harus terdiri dari berbagai ragam butiran, yaitu :
 Sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat.
 Sisa diatas ayakan 4 mm berkisar antara 90 – 98%.
II. Batuan
 Kegunaan Batuan
 Batu dapat berfungsi antara lain :
 Sebagai lapisan pelindung bendungan tanah
 Sebagai bahan untuk pondasi bangunan
 Penutup dinding bangunan
 Base dan Sub base landasan lapangan udara dan jalan
 Agregat beton dan lain sebagainya.
 Beberapa hal yang dapat mempengaruhi batu sebagai bahan
bangunan, yaitu destruksi kimia, destruksi fisik, frostaction pada musim
dingin.
 Selain utu, adalah komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan dan
sebagainya.
 Syarat penggunan batuan untuk daya dukung penerimaan beban besar
antara lain :
 Kekuatan lebih besar
 Jaringan tekstur granular
 Berbutir mineral sedang - halus
 Terdiri dari mineral keras
 Sementasi kuat, mineral keras.
 Batuan segar
 Struktur masif, tidak berlapis, tidak retak, tidak berpori.
 Tidak mengandung kaca
 Tidak mengandung zat organik
 Batuan keras atau sangat keras, tidak mengalami pengembanagn
atau slaking.
 Kekuatan batuan berkurang
 Jaringan tekstur terarah
 Berbutir mineral kasar
 Terdiri dari meneral rapuh, lunak, cleavage
 Sementasi rapuh dan lunak
 Batuan lapuk
 Struktur berlapis, laminasi, foliasi, vesikuler, berpori.
 Terdapat kaca
 Terdapat zat organik
 Batuan lunak, mengalami pengembangan atau slaking.
 Penggunaan batuan dengan nilai estatika, seperti batu tempel, marmer
dan sebagainya.
 Untuk penggunaan estatika ada bebrapa hal yang penting diperhatikan
antara lain :
 Warna; menarik, tidak berubah dengan waktu seperti suhu, pelarutan,
pelapukan dan sebagainya.
 Segar; tidak lapuk
 Cukup kuat; sesuai dengan penggunaan seperti kekuatan tekan,
kekuatan lentur, kekuatan abrasi dan sebagainya.
 Workable; mudah dibentuk menjadi lempeng-lempeng, dipahat,
digergaji, dan sebagainya. Hal ini sangat tergantung kepada komposisi
mineral, tekstur dan struktur batuannya.
 Penggunaan setelah diolah, misalnya industri semen dan sebagainya.
 Penentuan Kualitas Batuan dengan RQD
 Indeks kualitas batuan dengan pengukuran Rock Quality Designation
(RQD) oleh (D.U Deere dan D.W Deere, 1968).
 Nilai RQD diperoleh dari perhitungan retakan yang ada dalam inti bor
(bor recovery).
 RQD adalah modifikasi persentase inti bor terambil dengan semua
potongan inti batuan yang panjangnya lebih dari 100 mm (4 inci) yang
dibagi oleh panjang lari inti batuan.
 Untuk menghitung RQD dapat dilihat pada persamaan berikut.

Total panjang bagian yang lebih besar dari 10 cm


RQD = ------------------------------------------------------------------
Panjang sebelumnya (panjang yang ditekan)
Pada tabel berikut adalah kualitas batuan, dari Deere (1968)

No. Kekuatan Batuan RQD (%)


1. Sangat buruk < 25
2. Buruk 25 – 50
3. Sedang 50 – 75
4. Baik 75 – 90
5. Sangat baik > 90
Contoh Perhitungan RQD seperti pada gambar berikut.
Total panjang bagian yang lebih besar dari 10 cm
RQD = ------------------------------------------------------------------
Panjang sebelumnya (panjang yang ditekan)

(42 + 25 + 20 + 56)
RQD = --------------------------- x 100 %
200
= 71,5 % (kualitas batuan, sedang)

Anda mungkin juga menyukai