Anda di halaman 1dari 13

Asuhan Keperawatan

Pada Korban
Pemerkosaan
DEFINISI
 Pemerkosaan (rape) berasal dari bahasa latin
rapare yang berarti mencari,memaksa, merampas
atau membawa pergi (Haryanto, 1997).
 Pemerkosaan adalah suatu usaha untuk
melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh
seorang laki-laki terhadap perempuan dengan
cara yang dinilai melanggar menurut moral dan
hukum. (Wigjosubroto dalam prasetyo, 1997)
PENYEBAB TERJADINYA PEMERKOSAAN:
 1. Kemarahan
 2. Mencari kepuasan seksual
 3. Prilaku wanita-wanita yang
menggoda
 4. Gambar atau film porno
Resiko Psikis dan Kesehatan Reproduksi
 Korban perkosaan biasanya mengalami trauma
 Rasa takut yang berkepanjangan
 Tidak mampu kembali berinteraksi secara sosial dengan
masyarakat secara normal
 Tak jarang dikucilkan dan buang oleh lingkungannya
karena dianggap membawa aib
 Resiko tinggi menjadi tidak mampu melakukan
aktivitas seksual secara normal pada kehidupannya
dimasa datang
Fase Reaksi Psikolog Terhadap Perkosaan
 1. Fase disorganisasi akut
Fase yang di manifestasikan dalam 2 cara :
- Keadaan terekspresi yaitu syok, tidak percaya, takut, rasa memalukan,marah dan
bentuk emosi yang lainnya.
- Keadaan terkontrol, dimana perasaan tertutup atau tersembunyi dan korban
tampak tenang

 2. Fase menyangkal dan tanpa keinginan untuk bicara tentang kejadian,


diikuti tahap cemas yang meningkat, takut mengingat kembali, gangguan
tidur, terlalu waspada dan reaksi psikosomatik.

 3. Fase Reorganisasi
Dimana kejadian ditempatkan pada perspektif, beberapa korban tidak benar-benar
pulih dan mengembangkan gangguan stress kronik.
Diagnosis/Outcome
Identi fi cati on
• Sindrom pemerkosaan-trauma
terkait kekerasan seksual.
• Ketidakberdayaan
• Risiko keterlambatan
perkembangan.
Diagn os is 1: Rape trauma
syndrome
• Sangatlah penting untuk mengkomunikasikan beberapa hal ini kepada
pasien (korban pemerkosaan):
1) Kamu aman sekarang, kamu aman di sini, saat ini kamu aman,
kamu aman.
2) Maaf jika hal seperti itu harus terjadi padamu.
3) Saya bersyukur karena kamu selamat dari kejadian itu.
4) Kejadian itu bukanlah salahmu, tidak ada seseorangpun yang
berhak untuk mendapatkan perlakuan seperti itu.
5) Kamu sudah melakukan yang terbaik yang bisa kamu lakukan. Itu
semua sudah cukup.
Lanjut,

• Jelaskan setiap pengkajian, prosedur atau Tindakan apapun yang kan dilakukan
pada pasien, dan jelaskan pula mengapa Tindakan itu harus dan perlu dilakukan.
Pastikan tindakan apapun yang dilakukan (misalkan Tindakan pengumpulan data
kejadian) dapat dilakukan dengan penuh kelembutan hati, perhatian,
penghormatan, penghargaan dan kehati-hatian.
• Pastikan klien mendapatkan privacy yang adekuat untuk semua intervensi post-
crisis yang akan dilakukan oleh petugas. Jangan terlalu banyak melibatkan orang-
orang, tapi hanya libatkan orang-orang tertentu saja, satu atau dua orang paling
banyak.
• Dorong pasien untuk mengemukakan apapun yang Ia rasakan. Dengarkan, dan
jangan memotong pembicaraaan.
• Diskusikan dengan pasien, siapa yang bisa ditelpon atau dihubungi untuk
memberikan dukungan atau bantuan. Jika perlu, berikan daftar dari petugas
Kesehatan yang direkomendasikan, tapi jangan terlalu berlebihan.
Diagnosa 2 : Powerless
 Kolobarasi dengan dokter dalam menjalankan visum. Perhatikan protocol-
protocol Kesehatan yang perlu dan penting diperhatikan, jangan gegabah
dan haruslah selalu hati-hati.
 Ketika melakukan interview/wawancara, lakukanlah di tempat yang
menjamin kerahasiaan, keamanan dan kenyamanan pasien.
 Berikan pertolongan yang memang dibutuhkan, tapi selalu ingat bahwa
perawat bukanlah penanggung jawab dan beban masalah ini bukanlah di
pundak perawat. Keputusan haruslah tetap berada di tangan pasien.
 Perawat memberikan informasi yang diperlukan, terutama informasi yang
berhubungan dengan pertolongan-pertolongan yang bisa dihubungi oleh
pasien ketika Ia membutuhkannya.
 Perawat tidak memaksakan pasien untuk memilih pilihan A atau B, tapi memberikan
pertimbangan untuk setiap pilihan yang kemungkinan di pilih pasien.
D i a g n o s a 3: Risk f o r D e l a y e d D e v e l o p m e n t

• Berkolaborasi dengan profesi Kesehatan lainnya


dalam melakukan tindakan visum. Fokuskan
pada pengkajian fisik, dan psikologis yang
memang merupakan ranah keperawatan. Hati-
hati, cermat dan selalu
dokumentasikan apapun yang ditemukan.
Lanjut,

• Lakukanlah wawancara dengan ditemani oleh orang tua atau orang yang
bertanggung jawab terhadap anak, jika korban pemerkosaan adalah anak.
Selalu cek dan re-check! Validasi data apapun yang ada.
• Gunakan ‘games’ atau terapi bermain untuk mendapatkan kepercayaan
pasien anak. Gunakan teknik-teknik ini untuk menggali informasi dari sisi
pasien/korban.

”.
Outcome Criteria (Sexually Assaulted)
• Tidak lagi merasakan serangan panik
• Menunjukkan atau mendemonstrasikan derajat kepercayaan kepada
penolong (perawat utama).
• Menerima perhatian yang dibutuhkan, terutama untuk luka fisik yang Ia
terima.
• Sudah mulai menginisiasi tingkah laku yang berhubungan dengan
respon kehilangan/berduka.
Therapi modalitas yang
bisa diberikan :
• Crisis Intervention
• The Safe House (Rumah perlindungan) or
Shelter
• Terapi keluarga
• Terapi yang mengandung unsur “Religi”.

Anda mungkin juga menyukai