Proseedings
Proseedings
Jakiatin Nisa
Macam-
Pengertian PostStruktur Critical Text
Beranda Macam Teori Strukturalis Kesimpulan
Teori Sastra alis Analysis
Sastra
Strukturalis PostStrukturalis
Formalis
S. Dinamis Postmodernisme
Semiotika Poststrukturalis
Postkolonial
Dekonstruksi
Posstrukturalisme Naratologi
Macam-
Pengertian PostStruktur Critical Text
Beranda Macam Teori Strukturalis Kesimpulan
Teori Sastra alis Analysis
Sastra
• dari kata narratio (bahasa Latin, berarti cerita, perkataan, kisah, hikayat) dan
logos (ilmu). Naratologi juga disebut teori wacana (teks) naratif. Baik naratologi
maupun teori wacana (teks) naratif diartikan sebagai seperangkat konsep
mengenai cerita dan pen (cerita) an. Naratologi berkembang atas dasar analogi
linguistik, seperti model sintaksis, sebagaiman hubungan antara subjek,
predikat, dan objek penderita.
• Konsep-konsep yang berkaitan dengan narasi dan narator, demikian juga
dengan wacana teks, berbeda-beda sesuai dengan para penggagasnya. Narasi
baik sebagai cerita maupun penceritaan didefinisikan sebagai representasi
paling sedikit dua peristiwa faktual atau fiksional dalam urutan waktu.
• Narator atau agen naratif (Mieke Bal dalam Ratna dalam Hudayat, 2007: 72)
didefinisikan sebagai pembicara dalam teks, subjek secara linguistik, bukan
person, bukan pengarang. Kajian wacana naratif dalam hubungan ini dianggap
telah melibatkan bahasa, sastra, dan budaya yang dengan sendirinya sangat
relevan sebagai objek ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora).
Macam-
Pengertian PostStruktur Critical Text
Beranda Macam Teori Strukturalis Kesimpulan
Teori Sastra alis Analysis
Sastra
Postmodernisme
• Ciri-ciri utama teori postmodern (Linda Hutcheon dalam Ratna,
2012: 154) dan dengan sendirinya juga postrukturalisme adalah
penolakan terhadap adanya satu pusat, kemutlakan, narasi-narasi
besar, metanarasi, gerak sejarah yang monolinier.
• ostmodernisme mengakui identitas lain sebagai retivisme budaya.
Oleh karena itu, metode yang dianggap tepat adalah kualitatif,
sebab tujuannya bukanlah objektifitas, tatapi dasar-dasar berpikir
yang berbeda.
Poststrukturalisme
• definitif poststrukturalisme adalah teori-teori sastra sesudah
strukturalisme. Persamaan yang dimaksudkan, baik strukturalisme
maupun poststrukturalisme memandang struktur yaitu unsur-
unsur dengan mekanisme antar hubungannya sebagai masalah
utama. Perbedaannya, apabila strukturalisme memandang antar
unsur dengan mekanisme hubungan yang relatif stabil, bahkan
statis, maka postsrukturalisme memadang model hubungan
tersebut bersifat labil dan dengan sendirinya dinamis. Secara
praktis kelompok strukturalis berusaha menguasai teks, kemudian
berusaha mengungkapkan rahasia-rahasia yang terkandung di
dalamnya.
resepsi sastra
• Secara definitif resepsi sastra, berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris),
yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca. Dalam arti luas
resepsi didefinisikan sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna
terhadap karya, sehingga dapat memberikan respons terhadapnya. Respons yang
dimaksudkan tidak dilakukan antara karya dengan seorang pembaca, melainkan
pembaca sebagai proses sejarah, pembaca dalam periode tertentu.
• Secara etimologis resepsi berarti tanggapan. Analog dengan pengertian tersebut,
maka rsepsi sastra berarti tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Sesuai
dengan namanya pendekatan ini mencoba memahami dan menilai karya sastra
berdasarkan tanggapan para pembaca terhadap karya sastra tertentu.
Pendekatan tersebut dilandasi oleh pandangan bahwa sejak terbitnya karya sastra
selalu mendapat tanggapan dari para pembacanya (Pradopo dalam Wiyatmi,
2008: 102).
interteks
• Pemahaman secara intertekstual menggali secara maksimal makna-
makna yang terkandung dalam sebuah teks. Menurut teori interteks,
pembacaan yang berhasil justru apabila didasarkan pada pemahaman
terhadap karya-karya terdahulu. Dalam interteks, sesuai dengan hakikat
teori-teori poststrukturalis, pembaca bukan lagi menjadi konsumen,
melainkan produsen. Oleh karena itulah, secara aktif aktivitas interteks
terjadi melalui dua cara, yaitu: (a) membaca dua teks atau lebih secara
berdampingan pada saat yang sama, (b) hanya membaca sebuah teks
tetapi dilatarbelakangi oleh teks-teks lain yang sudah pernah dibaca
sebelumnya. Intertekstualitas yang sesungguhnya adalah yang kesua,
sebab aktivitas inilah yang memungkinkan terjadinya teks jamak, teks
tanpa batas.
Feminis
• Sesuai dengan latar belakang kelahirannya, sebagai gerakan politik,
sosial dan ekonomi, analisis feminis dengan demikian termasuk
penelitian multidisiplin, melibatkan berbagai ilmu pengetahuan.
Keberagaman dan perbedaan objek dengan teori dan metodenya
merupakan ciri khas studi feminis.
• Dalam kaitannya dengan sastra, bidang studi yang relevan diantaranya:
tradisi literer perempuan, pengarang perempuan, pembaca
perempuan, ciri-ciri khas bahasa perempuan, tokoh-tokoh perempuan,
novel populer dan perempuan, dan sebagainya. Dalam kaitannya
dengan kajian budaya, permasalahan perempuan lebih banyak
berkaitan dengan kesetaraan gender. Tokoh terpenting feminis
kontemporer yaitu Luce Irigarai, Julia Kristeva, Helene Cixous, dan
Donna Haraway.
• Postkolonial
• Paling sedikit terkandung empat alasan mengapa karya sastra dianggap tepat untuk dianalisis
melalui teori-teori postkolonial, yaitu:
• Sebagai gejala kultural sastra menampilkan sistem komunikasi antara pengirim dan penerima,
sebagai mediator masa lampau dengan masa sekarang.
• Karya sastra menampilkan berbagai problematika kehidupan, emosionalitas dan intelektualitas, fiksi
dan fakta, karya sastra adalah masyarakat itu sendiri.
• Karya sastra tidak terikat oleh ruang dan waktu, kontemporaritas adalah manifestasi yang paling
signifikan.
• Berbagai masalah yang dilukiskan secara simbolis, terselubung, sehingga tujuan-tujuan yang
sesungguhnya tidak tampak.
(Said, 2003:44-45, visi postkolonial menunjukkan bahwa pada masa penjajahan yang ditanamkan
adalah perbedaan sehingga jurang pemisah antara kolonial dengan pribumi bertambah lebar.
• Analisis wacana postkolonialis bisa digunakan, di satu pihak untuk menelusuri aspek-aspek yang
tersembunyi atau sengaja disembunyikan, sehingga dapat diketahui bagaimana kekuasaan itu
bekerja, di pihak lain membongkar disiplin, lembaga, dan ideologi yang mendasarinya. Dalam
hubungan inilah peranan bahasa, sastra dan kebudayaan pada umumnya dapat memainkan peranan
sebab dalam ketiga gejala tersebutlah terkandung wacana sebagaimana diintesikan oleh kelompok
kolonialistik.
• Dekonstruksi
• merupakan metode pembacaan teks. Dengan dekonstruksi ditunjukkan
bahwa dalam setiap teks selalu hadir anggapan-anggapan yang dianggap
absolut. Padahal, setiap anggapan selalu kontekstual: anggapan selalu
hadir sebagai konstruksi sosial yang menyejarah. Maksudnya, anggapan-
anggapan tersebut tidak mengacu kepada makna final. Anggapan-
anggapan tersebut hadir sebagai jejak (trace) yang bisa dirunut
pembentukannya dalam sejarah.
• Prinsip dekonstruksi yaitu melacak unsur-unsur aporia (makna paradoks,
makna kontradiktif, dan makna ironi) dan Membalikkan atau merubah
makna-makna yang sudah dikonvensionalkan. Metode dekonstruksi yang
dilakukan Derrida lebih dikenal dengan istilah dekonstruksi metaforik.
Metafora di sini bukan dipahami sebagai suatu aspek dari fungsi ekspresif
bahasa tapi sebagai suatu kondisi yang esensial tentang tuturan.
Dekonstruksi mentut kita lebih teliti dan kritis terhadap teks sastra.
• Naratologi
• adalah bidang ilmu mengenai narasi, studi mengenai bentuk dan
fungsi naratif.Secara definitife menurut Luxemburg, dkk (Ratna,
2012: 240) yang dimaksudkan dengan struktur wacana atau teks
naratif adalah semua wacana atau teks yang isinya merupakan
rangkaian peristiwa, yang dibedakan menjadi struktur narasi fiksi
dan struktur narasi nonfiksi.
• Dalam sastra oral (Ruth Finnegan dalam Ratna 2012: 243) karya
sastra tidak dapat dipahani semata-mata melalui teks, melalui
struktur naratif sebab karya selalu berubah setiap kali dipentaskan.
Pementasan tidak bisa dianggap sebagai aspek sekunder atau
pelengkap, melainkan merupakan bagian integral totalitas.