Anda di halaman 1dari 17

Macam-

Pengertian PostStruktur Critical Text


Beranda Macam Teori Strukturalis Kesimpulan
Teori Sastra alis Analysis
Sastra

Literary Theory dan Critical Text Analysis

Jakiatin Nisa
Macam-
Pengertian PostStruktur Critical Text
Beranda Macam Teori Strukturalis Kesimpulan
Teori Sastra alis Analysis
Sastra

Strukturalis PostStrukturalis

Formalis

S. Dinamis Postmodernisme

Semiotika Poststrukturalis

S. Genetik Resepsi Sastra


Interteks
S. Naratologi
Feminis

Postkolonial

Dekonstruksi

Posstrukturalisme Naratologi
Macam-
Pengertian PostStruktur Critical Text
Beranda Macam Teori Strukturalis Kesimpulan
Teori Sastra alis Analysis
Sastra

S. Generik - Naratologi, dari kata


Formalis - studi ilmiah
Semiotika- studi sastra bersifat Secara definitif narratio (bahasa Latin,
tentang sastra S. Dinamik - Mukarovsky semiotik itu adalah usaha untuk
strukturalisme berarti cerita, perkataan,
dengan cara meneliti dan Felik Vodicka menganalisis karya sastra
kisah, hikayat) dan logos
unsur-unsur (Fokkema dalam Ratna, sebagai suatu memungkinkan genetik adalah
karya sastra mempunyai makna- (ilmu). Naratologi juga
kesastraan puitika, 2012: 93). Menurutnya, analisis struktur
karya sastra adalah makna. Dengan melihat variasi- disebut teori wacana
asosiasi, oposisi, dan variasi di dalam struktur karya dengan
proses komunikasi, fakta (teks) naratif. Baik
sebagainya. Metode sastra atau hubungan-dalam memberikan
semiotik, terdiri atas naratologi maupun teori
yang digunakan (internal relation) antar
adalah metode
tanda, struktur, dan nilai- unsurnya akan dihasilkan perhatian wacana (teks) naratif
nilai. Karya seni adalah bermacam-macam makna. terhadap asal- diartikan sebagai
formal. Metode petanda yang Bahasa sebagai sistem semiotik usul karya. seperangkat konsep
formal tidak merusak memperoleh makna tingkat pertama diorganisasikan
Secara ringkas mengenai cerita dan pen
teks, juga tidak dalam kesadaran sesuai dengan konvensi-
pembaca. Oleh karena (cerita) an. Naratologi
mereduksi, melainkan konvensi tambahan yang berarti bahwa
itulah, karya seni harus memberikan makna dan efek- berkembang atas dasar
merekonstruksi strukturalisme
dikembalikan pada efek lain dari arti yang diberikan analogi linguistik, seperti
dengan cara oleh penggunaan bahasa biasa. genetik sekaligus
kompetensi penulis, model sintaksis,
memaksimalkan Oleh karena memberi makna
masyarakat yang memberikan sebagaiman hubungan
konsep fungsi, menghasilkannya, dan karya itu dengan jalan mencari
sehingga menjadikan tanda-tanda yang perhatian antara subjek, predikat,
pembaca sebagai
memungkinkan timbulnya terhadap analisis dan objek penderita.
teks sebagai suatu penerima.
makna sastra, maka
kesatuan yang menganalisis karya sastra itu
intrinsik dan
terorganisasikan. adalah memburu tanda-tanda. ekstrinsik
Formalis
• studi ilmiah tentang sastra dengan cara meneliti unsur-unsur
kesastraan puitika, asosiasi, oposisi, dan sebagainya.
• Metode yang digunakan adalah metode formal. Metode formal
tidak merusak teks, juga tidak mereduksi, melainkan
merekonstruksi dengan cara memaksimalkan konsep fungsi,
sehingga menjadikan teks sebagai suatu kesatuan yang
terorganisasikan.
S. Dinamik
• Mukarovsky dan Felik Vodicka (Fokkema dalam Ratna, 2012: 93).
Menurutnya, karya sastra adalah proses komunikasi, fakta
semiotik, terdiri atas tanda, struktur, dan nilai-nilai.
• Karya seni adalah petanda yang memperoleh makna dalam
kesadaran pembaca. Oleh karena itulah, karya seni harus
dikembalikan pada kompetensi penulis, masyarakat yang
menghasilkannya, dan pembaca sebagai penerima.
Semiotika
• adalah usaha untuk menganalisis karya sastra sebagai suatu yang
memungkinkan karya sastra mempunyai makna-makna. Dengan
melihat variasi-variasi di dalam struktur karya sastra atau
hubungan-dalam (internal relation) antar unsurnya akan dihasilkan
bermacam-macam makna.
• Bahasa sebagai sistem semiotik tingkat pertama diorganisasikan
sesuai dengan konvensi-konvensi tambahan yang memberikan
makna dan efek-efek lain dari arti yang diberikan oleh penggunaan
bahasa biasa.
• Oleh karena memberi makna karya itu dengan jalan mencari
tanda-tanda yang memungkinkan timbulnya makna sastra, maka
menganalisis karya sastra itu adalah memburu tanda-tanda.
Strukturalisme genetik
• ditemukan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis.
• Secara definitif strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan
memberikan perhatian terhadap asal-usul karya. Secara ringkas berarti bahwa
strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis intrinsik
dan ekstrinsik.
• Secara definitif strukturalisme genetik harus menjelaskan struktur dan asal-usul
struktur itu sendiri, dengan memperhatikan relevansi konsep homologi, kelas
sosial, subyek transindividual, dan pandangan dunia. Dalam penelitian, langkah-
langkah yang dilakukan, di antaranya:
• a) meneliti unsur-unsur karya sastra,
• b) hubungan unsur-unsur karya sastra dengan totalitas karya sastra,
• c) meneliti unsur-unsur masyarakat yang berfungsi sebagai genesis karya sastra,
• d) hubungan unsur-unsur masyarakat dengan totalitas masyarakat, e) hubungan
karya sastra secara keseluruhan dengan masyarakat secara keseluruhan.
S. Naratologi,

• dari kata narratio (bahasa Latin, berarti cerita, perkataan, kisah, hikayat) dan
logos (ilmu). Naratologi juga disebut teori wacana (teks) naratif. Baik naratologi
maupun teori wacana (teks) naratif diartikan sebagai seperangkat konsep
mengenai cerita dan pen (cerita) an. Naratologi berkembang atas dasar analogi
linguistik, seperti model sintaksis, sebagaiman hubungan antara subjek,
predikat, dan objek penderita.
• Konsep-konsep yang berkaitan dengan narasi dan narator, demikian juga
dengan wacana teks, berbeda-beda sesuai dengan para penggagasnya. Narasi
baik sebagai cerita maupun penceritaan didefinisikan sebagai representasi
paling sedikit dua peristiwa faktual atau fiksional dalam urutan waktu.
• Narator atau agen naratif (Mieke Bal dalam Ratna dalam Hudayat, 2007: 72)
didefinisikan sebagai pembicara dalam teks, subjek secara linguistik, bukan
person, bukan pengarang. Kajian wacana naratif dalam hubungan ini dianggap
telah melibatkan bahasa, sastra, dan budaya yang dengan sendirinya sangat
relevan sebagai objek ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora).
Macam-
Pengertian PostStruktur Critical Text
Beranda Macam Teori Strukturalis Kesimpulan
Teori Sastra alis Analysis
Sastra
Postmodernisme
• Ciri-ciri utama teori postmodern (Linda Hutcheon dalam Ratna,
2012: 154) dan dengan sendirinya juga postrukturalisme adalah
penolakan terhadap adanya satu pusat, kemutlakan, narasi-narasi
besar, metanarasi, gerak sejarah yang monolinier.
• ostmodernisme mengakui identitas lain sebagai retivisme budaya.
Oleh karena itu, metode yang dianggap tepat adalah kualitatif,
sebab tujuannya bukanlah objektifitas, tatapi dasar-dasar berpikir
yang berbeda.
Poststrukturalisme
• definitif poststrukturalisme adalah teori-teori sastra sesudah
strukturalisme. Persamaan yang dimaksudkan, baik strukturalisme
maupun poststrukturalisme memandang struktur yaitu unsur-
unsur dengan mekanisme antar hubungannya sebagai masalah
utama. Perbedaannya, apabila strukturalisme memandang antar
unsur dengan mekanisme hubungan yang relatif stabil, bahkan
statis, maka postsrukturalisme memadang model hubungan
tersebut bersifat labil dan dengan sendirinya dinamis. Secara
praktis kelompok strukturalis berusaha menguasai teks, kemudian
berusaha mengungkapkan rahasia-rahasia yang terkandung di
dalamnya.
resepsi sastra
• Secara definitif resepsi sastra, berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris),
yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca. Dalam arti luas
resepsi didefinisikan sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna
terhadap karya, sehingga dapat memberikan respons terhadapnya. Respons yang
dimaksudkan tidak dilakukan antara karya dengan seorang pembaca, melainkan
pembaca sebagai proses sejarah, pembaca dalam periode tertentu.
• Secara etimologis resepsi berarti tanggapan. Analog dengan pengertian tersebut,
maka rsepsi sastra berarti tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Sesuai
dengan namanya pendekatan ini mencoba memahami dan menilai karya sastra
berdasarkan tanggapan para pembaca terhadap karya sastra tertentu.
Pendekatan tersebut dilandasi oleh pandangan bahwa sejak terbitnya karya sastra
selalu mendapat tanggapan dari para pembacanya (Pradopo dalam Wiyatmi,
2008: 102).
interteks
• Pemahaman secara intertekstual menggali secara maksimal makna-
makna yang terkandung dalam sebuah teks. Menurut teori interteks,
pembacaan yang berhasil justru apabila didasarkan pada pemahaman
terhadap karya-karya terdahulu. Dalam interteks, sesuai dengan hakikat
teori-teori poststrukturalis, pembaca bukan lagi menjadi konsumen,
melainkan produsen. Oleh karena itulah, secara aktif aktivitas interteks
terjadi melalui dua cara, yaitu: (a) membaca dua teks atau lebih secara
berdampingan pada saat yang sama, (b) hanya membaca sebuah teks
tetapi dilatarbelakangi oleh teks-teks lain yang sudah pernah dibaca
sebelumnya. Intertekstualitas yang sesungguhnya adalah yang kesua,
sebab aktivitas inilah yang memungkinkan terjadinya teks jamak, teks
tanpa batas.
Feminis
• Sesuai dengan latar belakang kelahirannya, sebagai gerakan politik,
sosial dan ekonomi, analisis feminis dengan demikian termasuk
penelitian multidisiplin, melibatkan berbagai ilmu pengetahuan.
Keberagaman dan perbedaan objek dengan teori dan metodenya
merupakan ciri khas studi feminis.
• Dalam kaitannya dengan sastra, bidang studi yang relevan diantaranya:
tradisi literer perempuan, pengarang perempuan, pembaca
perempuan, ciri-ciri khas bahasa perempuan, tokoh-tokoh perempuan,
novel populer dan perempuan, dan sebagainya. Dalam kaitannya
dengan kajian budaya, permasalahan perempuan lebih banyak
berkaitan dengan kesetaraan gender. Tokoh terpenting feminis
kontemporer yaitu Luce Irigarai, Julia Kristeva, Helene Cixous, dan
Donna Haraway.
• Postkolonial
• Paling sedikit terkandung empat alasan mengapa karya sastra dianggap tepat untuk dianalisis
melalui teori-teori postkolonial, yaitu:
• Sebagai gejala kultural sastra menampilkan sistem komunikasi antara pengirim dan penerima,
sebagai mediator masa lampau dengan masa sekarang.
• Karya sastra menampilkan berbagai problematika kehidupan, emosionalitas dan intelektualitas, fiksi
dan fakta, karya sastra adalah masyarakat itu sendiri.
• Karya sastra tidak terikat oleh ruang dan waktu, kontemporaritas adalah manifestasi yang paling
signifikan.
• Berbagai masalah yang dilukiskan secara simbolis, terselubung, sehingga tujuan-tujuan yang
sesungguhnya tidak tampak.
(Said, 2003:44-45, visi postkolonial menunjukkan bahwa pada masa penjajahan yang ditanamkan
adalah perbedaan sehingga jurang pemisah antara kolonial dengan pribumi bertambah lebar.
• Analisis wacana postkolonialis bisa digunakan, di satu pihak untuk menelusuri aspek-aspek yang
tersembunyi atau sengaja disembunyikan, sehingga dapat diketahui bagaimana kekuasaan itu
bekerja, di pihak lain membongkar disiplin, lembaga, dan ideologi yang mendasarinya. Dalam
hubungan inilah peranan bahasa, sastra dan kebudayaan pada umumnya dapat memainkan peranan
sebab dalam ketiga gejala tersebutlah terkandung wacana sebagaimana diintesikan oleh kelompok
kolonialistik.
• Dekonstruksi
• merupakan metode pembacaan teks. Dengan dekonstruksi ditunjukkan
bahwa dalam setiap teks selalu hadir anggapan-anggapan yang dianggap
absolut. Padahal, setiap anggapan selalu kontekstual: anggapan selalu
hadir sebagai konstruksi sosial yang menyejarah. Maksudnya, anggapan-
anggapan tersebut tidak mengacu kepada makna final. Anggapan-
anggapan tersebut hadir sebagai jejak (trace) yang bisa dirunut
pembentukannya dalam sejarah.
• Prinsip dekonstruksi yaitu melacak unsur-unsur aporia (makna paradoks,
makna kontradiktif, dan makna ironi) dan Membalikkan atau merubah
makna-makna yang sudah dikonvensionalkan. Metode dekonstruksi yang
dilakukan Derrida lebih dikenal dengan istilah dekonstruksi metaforik.
Metafora di sini bukan dipahami sebagai suatu aspek dari fungsi ekspresif
bahasa tapi sebagai suatu kondisi yang esensial tentang tuturan.
Dekonstruksi mentut kita lebih teliti dan kritis terhadap teks sastra.
• Naratologi
• adalah bidang ilmu mengenai narasi, studi mengenai bentuk dan
fungsi naratif.Secara definitife menurut Luxemburg, dkk (Ratna,
2012: 240) yang dimaksudkan dengan struktur wacana atau teks
naratif adalah semua wacana atau teks yang isinya merupakan
rangkaian peristiwa, yang dibedakan menjadi struktur narasi fiksi
dan struktur narasi nonfiksi.

• Dalam sastra oral (Ruth Finnegan dalam Ratna 2012: 243) karya
sastra tidak dapat dipahani semata-mata melalui teks, melalui
struktur naratif sebab karya selalu berubah setiap kali dipentaskan.
Pementasan tidak bisa dianggap sebagai aspek sekunder atau
pelengkap, melainkan merupakan bagian integral totalitas.

Anda mungkin juga menyukai